Kelakuan menyebalkan ini sering disebut PHP atau pemberi harapan palsu. Namun ada juga yang lebih menyebalkan, ketika barang dikirim dengan metode COD, si pembeli juga tak mau membayar dan juga hilang entah ke mana.
Kelakuan pembeli palsu ini sangat membuat kesal para seller, sudah capek capek live berjam-jam eh malah kena prank, kena PHP. Pelakunya seperti sengaja membuat banyak akun untuk tetap bisa ikut live. Mereka memanfaatkan situasi ramai saat terjadi penawaran.Â
Dampak kerugiannya bagi seller, barang yang seharusnya laku terjual akhirnya tertahan. Jalan tengahnya, dibuat waiting list (WL). Bila si orang pertama tidak close order dan tidak bayar dalam waktu yang ditentukan akan diberikan kepada orang kedua yang ikut 'fix'.Â
Hal ini mungkin bisa membantu namun tetap menjadi pekerjaan tambahan, karena si seller harus menghubungi pembeli kedua yang prosesnya bisa memakan waktu. Adakalanya si pembeli kedua sudah tidak berminat lagi. Si Seller harus menghubungi pembeli ketiga untuk menawarkan barang yang, cukup merepotkan.
Pembeli palsu di era digital nampaknya punya motif tertentu melakukan fake buyers. Entah ada unsur persaingan bisnis, entah karena iseng, entah karena dibayar oleh pihak tertentu atau karena gangguan kesehatan jiwa. Alasannya bisa bermacam macam.
Dalam artikel ini saya akan membahas kemungkinan orang melakukan pembelian palsu karena gangguan kesehatan jiwa. Hal yang ternyata mungkin terjadi, seseorang merasa puas bila mendapat sensasi berbelanja. Berlaku seakan akan memiliki uang banyak dan bisa membeli semuanya.
Dengan keranjang belanja ia berkeliling mengambil barang, terus berlaku sebagai pembeli yang sedang memborong barang. dengan melakukan hal ini, kesenangan yang didapat, merasa puas. gangguan kesehatan jiwa seperti ini disebut compulsive buying disorder.Â
Pembelian bisa palsu dengan benar-benar tidak berniat membayar atau mungkin melakukan pembayaran namun tidak jelas untuk apa pembelian dilakukan. Hanya memenuhi dorongan keinginan yang tidak terkendali.
Gangguan kepribadian borderline (Borderline personality disorder) juga bisa melakukan pembelian palsu karena seringkali mengalami ketidakstabilan emosi yang ekstrim. yang mendorong pelaku melakukan tindakan impulsif. Merasa ketika berbelanja banyak layaknya sultan, kebahagian palsu yang didapat.
Ditengah himpitan kesulitan ekonomi, perasaan tak dihargai karena kemiskinan kadang membuat orang melakukan tindakan impulsif. Seolah olah menjadi orang yang mampu berbelanja di tempat tempat mewah.
Pembeli palsu bisa juga dilakukan oleh orang yang dulunya kaya raya, mampu membeli barang yang ia mau. Namun saat jatuh, kekayaan hilang, kekuasaan menjauh, orang orang kepercayaan menarik diri. Ia kehilangan diri, masih merasa menjadi orang yang kaya raya, berkuasa. Sehingga ia melakukan tindakan impulsif dengan berbelanja banyak barang namun tidak lagi memiliki kemampuan untuk membayar. Ujungnya, ia bisa melakukan pembeli palsu. Atau malah bisa terjatuh melakukan pencurian.