Mohon tunggu...
Novaly Rushans
Novaly Rushans Mohon Tunggu... Relawan - Relawan Kemanusian, Blogger, Pekerja Sosial

Seorang yang terus belajar, suka menulis, suka mencari hal baru yang menarik. Pemerhati masalah sosial, kemanusian dan gaya hidup. Menulis juga di sinergiindonesia.id. Menulis adalah bagian dari kolaborasi dan berbagi.

Selanjutnya

Tutup

Money Artikel Utama

"Harga Teman", Emang Boleh di Dunia Marketing?

21 Agustus 2024   12:40 Diperbarui: 21 Agustus 2024   14:06 74
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Boleh dong pakai harga teman." 

"Massa ga bisa pakai harga teman."

"Ini sudah pakai harga teman, kalau orang lain lebih mahal Bro."

Seperti itulah percakapan tentang "harga teman". Sebuah kalimat yang sering dipakai ketika ingin meminta harga khusus. Tapi uniknya, ketika percakapan ketiga, nampaknya si penjual malah menggunakan "harga teman" sebagai strategi marketing.

Penggunaan "harga teman" dalam percakapan transaksi bisnis kadang masih sering terdengar, kadang menggunakan kata yang sedikit berbeda tapi punya makna yang mirip dan serupa.

Seperti "harga saudara", "harga tetangga", "harga persahabatan" dan beberapa kata lain. Permintaan untuk meminta harga khusus ini seperti bermuka dua. Di satu sisi akan dipandang sebagai sebuah pemanfaatan hubungan pertemanan untuk mendapat privilege harga. 

Hal ini ada yang menganggapnya mental miskin yang tidak mensupport bisnis teman malah minta harga khusus yang lebih murah. Bukan memberikan dukungan dengan membeli sesuai harga yang pantas (pasar), malah ingin menangguk keuntungan .

Seharusnya kalau melihat teman sedang berjuang dengan usahanya, bantu dengan ikut membeli produknya dengan harga normal. Bahkan ikut membantu mempromosikannya. Itu idealnya. Tapi untuk sebagian orang, meminta harga khusus kepada teman adalah hal yang lumrah saja. Toh, dengan memberikan harga khusus akan membuat persahabatan semakin erat.

Malah ada yang tak menerima uang pemberian dari teman, diberikan gratis. Tidak enak menerima dari teman yang hubungannya sangat dekat. Hal ini mungkin terjadi. Tapi biasanya teman yang bijak pasti menolak saat diberikan gratisan. 

Dalam dunia bisnis, sejatinya tak ada "harga teman" atau "harga saudara". Semuanya harus dinilai dengan profesional. Sesuai dengan harga yang sudah ditetapkan. Kalau hal ini terjadi secara umum bisa dibayangkan akan timbul kerugian bagi seorang pebisnis. Lebih baik punya teman sedikit daripada punya banyak teman tapi menggerogoti laba yang seharusnya didapat.

Asal muasal timbulnya "harga teman" memang sulit diketahui. Namun budaya ini terjadi dan menjadi sebuah kebiasaan yang muncul dalam kehidupan sehari-hari. 

Dari sisi penjual atau pemilik ada perasaan ewuh pakewuh bila yang menawar seorang teman yang hubungannya dekat apalagi memiliki utang budi. Atau yang menjadi pembeli adalah keluarga dekat yang sangat dihormati. Harga yang ditawarkan bisa berubah lebih murah agar si teman atau si keluarga dekat tidak diperlakukan sama dengan orang lain. Sebuah penghormatan

Harga Teman, Bukan untuk Bisnis

Menerapkankan "harga teman" pada saat transaksi bisnis bisa membawa pengaruh kurang baik. Bila pelanggan lain tahu ada perbedaan harga karena hubungan pertemanan akan merasa kecewa. Bisa jadi akan timbul ketidak percayaan karena berbeda sikap pelayanan karena status pertemanan. 

Bisa jadi ia akan ikut menggunakan atau memanfaatkan orang lain yang dianggap teman si penjual untuk ikut ikutan meminta "harga teman" Mendapat harga spesial yang lebih murah. 

Atau si pelanggan akan meninggalkan si penjual karena dianggap tidak adil dan tidak profesional. Harga merupakan hal sensitif sekaligus krusial. Keputusan orang membeli mayoritas karena alasan harga. Membandingkan harga adalah hal yang lumrah.

Dari sisi penjual memang dibutuhkan ketegasan untuk memberikan edukasi bagi teman yang iseng meminta "harga teman". Tegas namun tetap baik dalam penyampaian. Karena bisa jadi ungkapan permintaan "harga teman" hanya sebuah candaan alias gimmick saja.

Yang menjadi perhatian bila memang ada teman memaksa meminta diberikan "harga teman". Lalu ketika ditolak si teman ini malah membuat berita yang sesat, melakukan provokasi hingga sengaja menjelekkan agar timbul kerugian.

Bila hal itu terjadi penjual wajib memberikan peringatan tegas atas sikap yang kurang terpuji ini, bisa menggunakan orang yang dihormati oleh si teman ini agar tidak melakukan hal yang merugikan. Kadang tidak sesederhana dalam menanggapinya.

Tapi jelas "harga teman" tidak cocok dan cenderung merugikan bagi pelaku usaha. Semua pelanggan atau pembeli berhak mendapatkan harga yang sama sesuai dengan kualitas barang. Tidak ada perlakuan khusus bagi teman, saudara atau siapapun. Hal ini juga memudahkan dalam pencatatan transaksi, item barang sama tapi pencatatan harga beda tentu akan menyulitkan.

Strategi Marketing "Harga Teman"

Anomali bisa saja terjadi pada dunia marketing. Hal yang tidak biasa dilakukan bahkan dihindari malah dijadikan senjata dalam memasarkan produk. Salah satunya dengan menawarkan "harga teman".

Produk yang biasanya menyasar pada orang terdekat itu lalu dilabeli dengan ;harga teman'. Seolah olah harga yang ditawarkan harga spesial hanya untuk orang yang jadi sasaran marketing. 

Seperti penawaran 'private' yang hanya khusus diberikan kepada orang tersebut. Padahal ke setiap orang yang ditawarkan label "harga teman" tetap ditempel. Sehingga orang merasa spesial dengan harga yang menarik.

Kadang dibumbui dengan "kalau orang lain harganya beda, lebih mahal. ini karena kita udah lama kenal, saya kasih harga teman aja nih, mau ambil berapa kak?"

Pernah mendapat tawaran seperti ini? Mungkin sebagian orang pernah mendapatkan tawaran "harga teman". Memang sih kita kenal dengan penjualnya, tapi kan bukan teman juga. Sebatas kenal saja. Tapi ya itu tadi, tujuannya agar orang merasa spesial dan merasa harga yang ditawarkan lebih murah. Transaksi pun terjadi. 

Saya pernah mengalami penawaran dengan "harga teman", sebuah produk kacamata. Kalau pakai harga teman bisa dapat diskon 50%. Pembandingnya harga di optik ternama. Saya cuma berpikir, kalau dibanding dengan optik ternama, saya sendiri tidak tahu harganya. Jadi sebagai konsumen saya buta harga dari produk yang sama di optik ternama. Ujungnya saya tidak mengambil produk yang ditawarkan. 

Lagi pula saya menganggap orang yang menawarkan jadi sok akrab dan menganggap seperti kenal dekat. Padahal saya kenal sepintas saja. Mengobrol pun jarang, hanya sesekali menyapa saja. 

Tapi sebagai upaya marketing saya anggap sah-sah saja. Menarik minat untuk membeli bisa dari bermacam cara, selama tidak memaksa, tidak ada unsur penipuan. "Harga teman" sesuai dengan teman (baca: penjual) yang bisa memberikan harga yang masuk akal.

Jadi kesimpulannya, dari sisi pemakai atau pembeli hindari menggunakan frasa "harga teman" untuk mendapatkan harga lebih murah. Lebih baik tawar saja secara normal, bila sepakat maka transaksi terjadi.

Dari sisi penjual, silahkan saja menggunakan frasa "harga teman" tapi pastikan tidak membuat risih calon pembeli dan harga yang ditawarkan sesuai dengan nilai barang. Bukan cuma harga murah, konsumen juga butuh nilai kualitas barang atau produk yang ditawarkan.

So, jadi gimana? Mau beli barang pakai "harga teman"?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun