Mohon tunggu...
Novaly Rushans
Novaly Rushans Mohon Tunggu... Relawan - Relawan Kemanusian, Blogger, Pekerja Sosial

Seorang yang terus belajar, suka menulis, suka mencari hal baru yang menarik. Pemerhati masalah sosial, kemanusian dan gaya hidup. Menulis juga di sinergiindonesia.id. Menulis adalah bagian dari kolaborasi dan berbagi.

Selanjutnya

Tutup

Worklife Artikel Utama

Hopeless of Job, Kenapa Bisa Terjadi?

30 Juli 2024   18:46 Diperbarui: 31 Juli 2024   12:04 235
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ketiga, Ketidaksesuaian antara pendidikan dan pekerjaan , atau istilah industrinya link and match. Ketidaksesuaian ini sering membuat seseorang sulit mendapatkan pekerjaan sesuai dengan minat dan skill yang dimiliki. Orang yang hanya lulusan SMA umum sulit diterima di pekerjaan konstruksi atau manufaktur yang membutuhkan keterampilan khusus.

Keempat, Terjadi perubahan dan pergeseran budaya kerja yang fleksibel. Salah satu hal positif saat pandemi adalah perubahan cara kerja offline menjadi online atau gabungan dari keduanya yang biasa disebut hibrid. Perubahan ini juga membuat perusahaan tidak memerlukan kantor yang luas bahkan yang bekerja dari coworking space atau dari cafe.

Dampaknya, pekerjaan semakin lebih mudah dan perusahaan bisa mengurangi jumlah pekerjanya. apalagi teknologi informasi yang sudah sangat mudah dengan adanya kecerdasan artifisial (AI). Banyak pekerjaan bisa dikerjakan secara cepat tanpa memerlukan keterampilan tertentu.

Lalu Apa Solusi yang Bisa dilakukan ?

Hopeless of Job terjadi karena sulitnya mencari pekerjaan yang didambakan. Keterbatasan pekerjaan di sektor formal. Terjadi persaingan yang ketat di kalangan calon pekerja. Semakin tersedianya aplikasi untuk kemudahan beberapa pekerjaan.

Orang yang tak kunjung diterima kerja formal sejatinya bisa beralih menjadi pekerja mandiri untuk hal kreatif. Memang dibutuhkan keterampilan tambahan, dibutuhkan jaringan dan market yang lebih luas. Tak melulu di wilayah lokal tapi bisa menjangkau nasional bahkan global.

Ada orang yang menjual baju batik dari sebuah wilayah yang masuk kategori desa di Jawa Tengah, namun dengan keterampilan penjualan online, usahanya bisa meraup omset yang besar. Pembelinya dari seluruh wilayah di Indonesia bahkan ke luar negeri. Tempat bekerja sudah tak memandang kota atau desa. Semua akan sama saja. Asal ada jaringan internet yang stabil dan baik. Itu yang menyebabkan lebih baik pemerintah bisa memberikan jaringan internet yang mudah dan gratis ketimbang memberikan makan gratis (maaf keluar konteks).

Solusinya adalah cobalah menjadi pekerja mandiri , bisa Enterpreneur, Solopreneur, atau apalah sebutannya. Gunakan media sosial yang ada, atau marketplace yang banyak tersedia.

Hopeless of Job bisa diatasi dengan merubah mindset, dari pelamar kerja menjadi pembuat kerja. Dari melamar pekerjaan menjadi dilamar untuk suatu pekerjaan. banyak jalan namun perlu effort, perlu kesabaran. Perlu banyak belajar. Perbanyak jaringan. 

Karena sudah banyak contoh berhasil, sudah banyak orang sukses dari cara menjadi pekerja mandiri. Percayalah dan banyaklah berdoa dengan ikhtiar terbaik. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun