Mohon tunggu...
Novaly Rushans
Novaly Rushans Mohon Tunggu... Relawan - Relawan Kemanusian, Blogger, Pekerja Sosial

Seorang yang terus belajar, suka menulis, suka mencari hal baru yang menarik. Pemerhati masalah sosial, kemanusian dan gaya hidup. Menulis juga di sinergiindonesia.id. Menulis adalah bagian dari kolaborasi dan berbagi.

Selanjutnya

Tutup

Worklife Artikel Utama

Hopeless of Job, Kenapa Bisa Terjadi?

30 Juli 2024   18:46 Diperbarui: 31 Juli 2024   12:04 235
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi (sumber via /thefederalist.com)

BPS menamai fenomena ini dengan sebutan Hopeless Of Job, putus asa dalam mencari kerja. Keadaan ini ditengarai menjadi potensi seseorang terkena frustrasi hingga depresi. Seseorang yang secara terus menerus mengalami apa yang dialami Didin dan Ulfa, apalagi bila keadaan sekelilingnya malah menyalahkan dan tidak memberikan dukungan positif maka kesehatan mental bisa terganggu.

Bahkan dalam kondisi tertentu ada keluarga yang memberikan support yang salah, dengan mengaitkan kesulitan mendapat pekerjaan dengan hal yang berbau mistik. Usaha yang tak masuk akal malah dijadikan solusi dengan berkonsultasi dengan 'orang pintar' alias dukun. Bukannya menyelesaikan malah menambah masalah baru. 

Atau ada seseorang yang telah putus asa karena tak juga kunjung diterima kerja malah terjebak dengan judi online. Berharap mendapatkan uang dengan cara berjudi. Sudahlah menganggur malah menjadi beban keluarga dan lingkungan. Apalagi bila uang berjudi didapat dari mengambil pinjaman online (pinjol). Semakin dalam jurang yang dimasuki.

Ilustrasi (sumber via /thefederalist.com)
Ilustrasi (sumber via /thefederalist.com)

Apa Penyebab Hopeless Of Job?

Terjadi hopeless of job merupakan multifaktor. Keadaan saat pandemi beberapa tahun yang lalu menaikkan angka hopeless of job cukup signifikan. Dimana banyak perusahaan mengurangi bahkan merumahkan pekerjanya. Angkanya mencapai 1,1 Juta atau setara dengan 20,82 % pada tahun 2022. 

Keadaan ekonomi makro dan keadaan politik juga sedikit banyak memberikan dampak sulitnya memperoleh pekerjaan. Di Kabupaten Tangerang yang merupakan wilayah Industri banyak pabrik yang tutup. Persaingan mendapatkan pekerjaan menjadi sangat tinggi. Sementara lulusan dari jenjang sekolah menengah atas dan sarjana terus bertambah.

Secara umum ada empat hal yang ditengarai sebagai faktor tingginya angka hopeless of job,

Pertama, faktor rendahnya tingkat pendidikan yang 55,8% lulusan SMP ke bawah. Ditambah dengan rendahnya skil yang dimiliki. Pekerjaan formal mensyaratkan lulusan jenjang SMA untuk pekerja pabrik, sales lapangan, operator dan beberapa pekerjaan lainnya. Bahkan untuk tingkat ini lulusan S1 juga ikut melamar. 

Lulusan di bawah SMP biasanya banyak diserap sebagai pekerja informal. Baik sebagai pelayan hingga bagian kebersihan. Walaupun sektor informal jauh lebih besar dari sektor formal , kebanyakan pekerjanya si pemilik usahanya sendiri atau masih punya hubungan keluarga.

Kedua, Kurangnya lapangan pekerjaan formal. Menurut data BPS , sektor formal menyumbang 40,69% (Data Agustus 2022). Angka ini tentu membuat angka keterserapan pekerja menjadi terbatas. Sektor formal juga banyak tersedia di perkotaan atau wilayah industri.

Hal inilah yang membuat terjadinya pergerakan orang dari daerah menuju kota untuk mencari kerja. Pekerjaan sebagai petani juga tidak menarik minat anak muda, selain tanah yang sudah banyak berubah fungsi menjadi perumahan baru.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun