Dalam catatan penyelenggaraan Olimpiade, gelaran ini pernah melakukan penolakan negara untuk ikut berlaga. Bukan salah atletnya, tapi karena kebijakan yang dianggap tidak sejalan dengan nilai kemanusian, keberadaban dan masalah pelanggaran ketentuan IOC selaku organisasi yang menaungi.
Olimpiade merupakan wujud dari nilai mulia manusia secara universal. Pertandingan dimanifestasikan sebagai persahabatan dalam kesetaraan. Indonesia pernah menolak ikut saat keluar dari keanggotaan PBB saat demokrasi terpimpin zaman Bung Karno.
Pun, penyelenggara olimpiade pernah menolak negara yang terlibat dalam perang dunia pertama, menolak Afrika Selatan saat dipimpin rezim apartheid, atau saat ini menolak Rusia yang terlibat perang dan menyerbu Ukraina.
Tapi sayang, IOC tak berdaya menolak kehadiran Israel yang secara nyata melakukan penyerangan membabi buta terhadap Palestina. Serangan yang sudah merupakan genosida itu tak memiliki pengaruh saat kontingen Israel tetap ikut berlaga.
Saya sebagai relawan kemanusian sangat menyesalkan, penolakan bisa diartikan bahwa dunia internasional tidak setuju dengan cara kekerasan yang membunuh orang sipil tak berdosa. Sayang dan miris bila akhirnya suasana penyelenggaran menjadi mencekam dengan pengawalan berlapis lapis dari pihak keamanan Perancis.
Sikap rasis saja sangat ditolak di dunia olahraga, apalagi tindakan pengeboman dan serangan yang menyebabkan ribuan orang tewas. Semoga perhelatan Olimpiade berjalan lancar dan aman.
Saya berdoa agar kontingen Indonesia berhasil meraih medali emas, medali perak dan medali perunggu. Apapun hasilnya, saya tetap mendukung Indonesia.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI