Proses memasak kerak telor dengan cara membakar dengan bara api yang terus dikipasi layaknya membakar sate. Mengipasinya dari samping di celah yang dibuat untuk bara api terus membara. Selain itu penjual kerak telor harus terus menambah arang bila tidak mau kehilangan panas yang cukup.
Itu proses membakarnya, untuk memasaknya diperlukan penggorengan kecil diameter 25 cm. Tak diperlukan minyak goreng, karena bahan baku utamanya ketan putih yang sudah direndam dengan air. Proses perendaman ini memudahkan ketan putih berubah seperti bubur.
Saat setengah matang ketan ditambahkan telor, bisa telor ayam atau telor bebek sesuai pilihan pembeli. ketan putih dan telor terus diaduk aduk menggunakan rotan pengaduk yang dibuat khusus. pada proses ini, ketan dan telor juga ditambahkan bumbu rahasia , ebi kering dan srundeng. Semua bahan ini terus diaduk hingga merata.Â
Penggorengan harus dibalik agar panas bara api bisa menjangkau kerak telor. Proses ini sejatinya melawan gravitasi bumi. adonan kerak telor tidak jatuh kedalam bara api. Ini bisa terjadi karena ketan, telor, ebi, srundeng dan bumbu rahasia sudah solid bersatu padu seperti koalisi partai agar calonnya menang.
Proses membalik penggorengan inilah yang menarik perhatian pembeli. Dengan dimasak dengan dibalik maka rasa yang keluar sangat menggoda rasa. Butuh 5 menit hingga adonan kerak telor jadi untuk siap disajikan. Kipas harus full pada proses ini.
Penjual kerak telor yang duduk di dingklik (kursi kayu  kecil) akan terus memperhatikan, karena salah salah kerak telor bisa hangus  atau over cook. Sesekali penjual harus mengintip dengan cara membalikkan penggorengan.
Setelah masak, kerak telor harus diberi topping, dan toppingnya harus original. Remahah Srundeng dan bawang goreng. Cukup banyak topping yang diberikan. Karena inilah penambah rasa dari Kerak telor.
Untuk harga , kerak telor akan mengikuti lokasi berjualan, ini salah satu pertimbangan. Kalau dijual saat pameran, pertunjukan budaya khas betawi yang dihadiri para pejabat teras, harga bisa melonjak lumayan mahal apalagi bila si penjual sudah memakai pakaian khas Betawi secara lengkap.
Tapi kalau dijual seperti teman saya ini, dijual di pasar malam, pasar kaget, di pasar  tradisional di lokasi UMKM dengan kaos seadanya, apalagi kaos sisa pilpres  maka harga cukup merakyat. Tidak membuat kantong jadi  'bolong'.