Pemilu 2024 layaknya sebuah pertandingan. Banyak hal yang tak terduga bahkan tak terbersit terjadi pada gelaran pemilu 2024. Yang terbesar adalah dan akan selalu diingat, saat 'perceraian' PDIP dan kader utama dam terbaiknya yang selalu dinisbatkan sebagai 'petugas partai'. Kader yang diusung sejak ditemukan lalu dinaikkan ke panggung politik.
Dari seorang pengusaha mebel menjadi seorang walikota. Seorang laki laki sederhana dengan tampilan seperti orang kebanyakan. Takdir baiknya menghantarkan laki laki ini menjadi walikota yang terkenal karena dekat dengan rakyat , gemar blusukan hingga tak canggung masuk gorong gorong untuk mengecek program Pembangunan berjalan sesuai dengan rencana.
Laki laki ini lalu terus naik daun, namanya harum hingga seantero Indonesia sebagai walikota berprestasi selama 2 periode. PDI P tentu sangat bangga dengan kadernya ini sehingga merasa pantas untuk menjadi gubernur Jakarta. Jabatan prestisius yang tak mungkin dipercayakan kepada orang yang tidak memiliki kapasitas dan nama harum untuk dipilih rakyat Jakarta .
Laki laki itu pun berhasil dengan gemilang terpilih menjadi gubernur Jakarta. Menjadi penguasa Ibukota telah dalam genggaman. Lagi lagi PDI P-lah yang membawa dan bekerja untuk memenangkan laki laki ini. Tahun 2014 tahun pergantian pimpinan nasional. Suksesi 10 tahunan. Partai Demokrat harus berganti posisi dengan PDIP sebagai partai penguasa.
Laki laki yang memimpin Jakarta itu harus mengikuti titah ketua umum untuk bersaing  menjadi orang nomor satu sebagai presiden . Persaingan pun terjadi, lawannya seorang jenderal berpengalaman yang pernah menjadi bagian keluarga presiden masalalu. Latar belakang militer dan pengusaha yang tajir dengan aset tanah, bangunan, dan segala macam simbol kekayaan.
Pemilu 2014 menjadi tonggak penting untuk laki laki sederhana ini, ia berhasil mengalahkan mantan jenderal berpengalaman dengan angka yang cukup telak. Bintang terang terus menerangi laki laki ini hingga di lima tahun berikutnya harus bertemu dan bersaing kembali dengan mantan Jenderal berpengalaman ini.
Pemilihan presiden berjalan alot, bukan hanya ini adalah lima tahun kedua. Tapi pembelahan dengan dua calon sangat berpotensi dalam keamanan nasional. Beruntung walau panas suasana tetap kondusif. Walau sang jenderal berpengalaman mendapat dukungan banyak pihak termasuk para alim ulama, kelompok muslim yang baru saja berjuang untuk memenangkan Pilkada Jakarta yang menaikkan seorang laki laki yang pernah mengenyam Pendidikan di Amerika. Laki laki yang pandai berbicara dan terlihat intelek ini juga bukan orang baru.
Laki laki yang pernah terlibat sebagai Jubir pada pilpres 2014 untuk laki laki sederhana. Karena jasanya dan latar belakangnya ia mendapat posisi  sebagai salah satu Menteri yang akhirnya kena reshuffle pada 2017. Laki laki intelek berkaca mata ini juga bersinar, tak menunggu lama ia dipinang untuk posisi Gubernur Jakarta. Posisi yang pernah diduduki laki laki sederhana yang sudah naik kelas menjadi presiden.
 Tapi kali ini Laki laki  intelek ini dipinang  oleh pihak yang sebagian besar menjadi seteru pada 2014. Di Akhir tahun 2016, Jakarta bergolak pasca isu penistaan agama. Keadaan ini menjadikan pilkada Jakarta sarat dengan aroma perseteruan yang sangat seru.
Mantan Jenderal berpengalaman ini kembali berhadapan untuk kedua kali dalam pilpres 2019. Sejarah akhirnya mencatat, sang jenderal bertekuk lutut walau sudah melalui sidang gugatan MK. Kekalahan untuk kedua kali.
Tapi unik hanya berselang beberapa bulan dalam tahun yang sama, sang jenderal berpengalaman ini ikut bergabung dalam pemerintahan si laki laki sederhana. Posisi seorang Menteri yang terhormat dan cukup disegani. Kementerian Pertahanan.
Sang Jenderal dengan sepenuh hati mengubah posisi dari diluar pemerintahan sebagai oposisi menjadi pendukung pemerintah. Seluruh puja puji dihamburkan buat sang presiden. Sebagai junjungan yang sangat menginspirasi.
Tak tanggung tanggung. Sang putra tertua Presiden dilamar untuk menjadi pendamping berkuasa kelak. Aturan pilpres tentang usia batas minimal diubah melalui Keputusan dramatis yang akan dikenal sebagai pelanggaran etik berat dalam pengambilan Keputusan.
 Keputusan yang dilahirkan di Gedung DPR berhasil diubah dalam keputusan MK. Aroma kurang sedap Keputusan diambil karena ketua MK saat Keputusan diambil adalah paman (hubungan keluarga) , ada potensi conflict interest yang besar.
Apa lacur, Keputusan sudah diambil dan bersifat final mengikat. Sang putra sulung telah resmi dicalonkan dan didaftarkan di KPU. Tak ada rasa pertimbangan tentang Keputusan etika yang dijatuhkan Majelis kehormatan MK.
Blunder dan Kisah Akhir yang Masih Bergulir
Pilpres 2024 merupakan cerita yang akan menjadi Sejarah. Didalamnya ada banyak perubahan dan hal yang bagi politik semua hal mungkin terjadi. Tak ada hal aneh di politik. Termasuk terjadi blunder yang terus menjadi bahan perbincangan seru dan menarik untuk diberitakan.
Kisah laki laki sederhana, mantan jenderal berpengalaman, laki laki intelek berkacamata lalu ada cerita sang putra sulung presiden. Semuanya tersaji dalam satu percaturan politik Tingkat tinggi. Yang dulu berkawan kini berlawanan dan sebaliknya yang dulu berlawananan kini saling bergandengan untuk mengalahkan pihak lain.
Rakyat yang dulu memilih sang jenderal pada 2019 tentu banyak mengubah arah. Orang yang dulu membenci sang jenderal kini malah menjadi satu barisan. Merayu rayu, memuji muji setinggi langit.
Laki laki sederhana yang kini banyak dikritik karena sedang mendirikan dinasti politik melalui kedua anak anaknya dan sang menantu. Â Laki laki sederhana yang tak malu lagi tampil memberikan dukungan pada partai sang putra bungsu.
Bagaimana dengan partai pengusung yang telah membawanya ke panggung politik ? arah yang berubah dan entah apa alasannya , laki laki sederhana itu sudah tidak dalam satu perahu. Kedua pihak telah mengambil arah berbeda.
Relawan pendukung pun terbelah, ada yang masih tetap bersama dan ada yang telah berubah sebagai lawan dan mengambil posisi sebagai penghujat dan pembenci.
Kisah sang mantan jenderal berpengalaman juga telah dalam satu barisan untuk melanjutkan pemerintahan laki laki sederhana. Walau banyak yang menduga, gaya kepemimpinan tentu akan jauh berubah. Agenda pemerintah tentu akan memiliki gaya yang belum tentu sesuai dengan gaya laki laki sederhana dalam memimpin.
Sementara ada tawaran perubahan dari laki laki intelek berkacamata. Lalu ada laki laki wakil dari partai pengusung pemerintahan. Yang juga menawarkan gagasan  pemerintahan yang dulunya sebagai pelanjut dengan pemerintahan yang menawarkan melanjutkan dan merubah.
Dalam hitungan survey, sang mantan jenderal masih unggul dari kedua lawannya. Namun semua hal bisa berubah. Survey bisa terbaik dengan kenyataan yang ada.
Saatnya rakyat memilih dengan hati nurani, dengan kewarasan, dengan rekam jejak , dengan catatan sejarah yang pernah dicatat.
Kelak akan ada laki laki yang memimpin negara ini, bangsa ini. Semoga ada perubahan kebaikan dan kemajuan yang terjadi untuk lebih 270 juta rakyat Indonesia.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H