Musim kemarau masih melanda sebagian besar wilayah Indonesia. Cuaca panas dan kering membuat banyak wilayah mulai terdampak kesulitasn air bersih. Tombol sinyal darurat kekeringan mulai ditekan kepala daerah. Sawah, ladang, kebun , hewan ternak mulai merasakan dampaknya. Tak terkecuali  sumur warga yang tak lagi mengalirkan air bersih.
Kalaupun keluar jumlahnya sangat sedikit dan kualitasnya tidak baik. Keruh, berbau dan kadang berminyak. Kekeringan di Indonesia diprediksi lebih panjang hingga bulan November. Kekeringan di Indonesia juga dipengaruhi fenomena El Nino.
Mengutip Kepala Pusat Informasi Perubahan Iklim BMKG, A. Fachri Rajab, Fenomena El Nino dapat memicu musim kemarau lebih panjang dari biasanya sehingga menyebabkan kekeringan, curah hujan  semakin berkurang dan peningkatan suhu yang signifikan.
Kesulitan air bersih merupakan kendala yang mengimbas pada bidang lainnya, seperti ekonomi karena ada pengeluaran tambahan yang cukup besar karena harus membeli air, Kesehatan karena air baku yang ada tidak memenuhi syarat air bersih sehingga berpotensi menyebabkan penyakit kulit, belum lagi masalah untuk pertanian, perikanan dan peternakan.
Kekeringan tentu lebih parah dirasakan didaerah karst, daerah dengan batuan kapur berpori yang tidak bisa mengendapkan air. Air akan langsung merembes masuk kedalam lapisan bumi. Seperti inilah yang dialami di Kabupaten Wonogiri.Â
Sebagian wilayah Kabupaten Wonogiri termasuk  dalam keadaan kekeringan yang cukup parah, pada tahun ini ada delapan kecamatan yang terkena dampak kesulitan air bersih. Kecamatan Paranggupito, Pracimantoro, Giritantro, Giriwoyo, Eromoko, Tirtomoyo, Jatisrono dan Selogiri. Sebagian wilayah berada ditanah berkapur (karst) yang memang sulit mendapatkan air.
Joko Memberikan Pengertian kepada warga (dok : Joko Sulistyo)
Dari Masalah Jadi Berkah
![Joko Memberikan Pengertian kepada warga (dok : Joko Sulistyo)](https://assets.kompasiana.com/items/album/2023/10/10/joko-menunjukkan-dokumentasi-gua-suruh-kepada-warga-desa-dok-joko-sulistyo-6525650d110fce1692289c02.jpeg?t=o&v=770)
Masalah yang hadir seringkali membuat kita merasa terganggu, kadang membuat kegundahan yang mengganggu hati. Padahal bila dilihat dari sisi berbeda bisa jadi masalah malah menjadi sumber kekuatan. Jalan keluar masalah bisa muncul dari akar masalah itu sendiri.
Seperti yang terjadi di Desa Pucung Kecamatan Eromoko. Desa yang seringkali menghadapi masalah kesulitan air. Awalnya desa ini hanya memiliki satu pompa air sebagai sumber air seluruh warga desa. Letaknya juga harus ditempuh 2 km perjalanan. Cukup menyita waktu karena warga harus membawa wadah berupa derijen plastik.
Jumlah air yang bisa dibagikan juga tidaklah banyak, karena harus berbagi agar semua warga bisa mendapatkan air bersih. Belum lagi bila pompa air mengalami masalah atau masuk ke musim kemarau. Debit air sangat kecil bahkan nyaris tak mengeluarkan air sama sekali.
Kalau sudah begitu, warga terpaksa membeli  air dalam truk tangki 6000 Liter, harganya antara 150-200 ribu. Sudahlah harus merogoh kocek masing masing, jumlah airnya juga terbatas. Tak sampai 3 hari air sudah habis. Musim kemarau pengeluaran warga jadi lebih besar.
 Joko -- biasa ia disapa-  menyukai aktifitas  melihat langsung  keajaiban perut bumi dengan menjelajahi gua gua di desa pucung. Total ada 13 gua yang pernah disambangi Joko bersama  teman temannya.
Joko Sulistyo ,Seorang Local Champion bertangan dingin (Dok : Joko Sulistyo)
Munculnya Harapan  dari Gua Suruh
![Joko Sulistyo ,Seorang Local Champion bertangan dingin (Dok : Joko Sulistyo)](https://assets.kompasiana.com/items/album/2023/10/10/joko-sulistyo-dok-pribadi-652567fc110fce748d0d7022.jpeg?t=o&v=770)
Dari 13 gua, ada  gua yang ternyata memiliki Sungai bawah tanah yang cukup besar. Gua Suruh, sebuah gua vertical yang cukup disegani warga karena mitos dan dijadikan tempat wingit.
Perlu kemampuan khusus untuk bisa memasuki Gua Suruh. Joko dan anggota Giri Bahama mengajak perwakilan warga untuk ikut melihat Sungai bawah tanah ini. Gua yang selama ini tak pernah dimasuki warga desa. Selain itu Joko merekam apa yang ada didalam Gua Suruh dan memutar videonya di balai desa.
Dalam wawancara jarak jauh, Joko mengungkapkan adanya kendala utama adalah medan atau kondisi di dalam gua dengan lorong vertical 17 meter, dan 11 meter, keterbatasan pencahayaan (gelap abadi) hanya mengandalkan cahaya senter, keterbatasan ruang dalam proses pekerjaan pembuatan bendungan, ancaman banjir saat musim hujan. Selain medan kendala dirasakan adalah faktor sumber daya manusia karena proses pengerjaan memerlukan ketrampilan khusus dan mental yang berani  karena memiliki resiko tinggi. Selain harus mampu menggunakan peralatan vertical dan rope acces.
Bisa dibayangkan teknologi yang harus digunakan dan biaya yang harus disiapkan. Selain itu perlu dibuatkan material untuk membendung air sungai sehingga air yang terkumpul akan disedot oleh mesin yang mendorongnya ke atas.
Setelah air berhasil didorong keatas, maka akan dialirkan melalui pipa khusus lalu  ditampung dalam  tangka penampungan ukuran besar, karena air sungai bawah tanah merupakan air baku yang masih bercampur dengan zat kapur. Perlu ada proses pengendapan agar air yang akan disalurkan kembali dari tanki penampungan lebih bersih dan bisa dipakai untuk keperluan sehari hari.
Bahkan pihak yang sudah melihat langsung dan turun kedalam gua belum yakin akan program ini. Hal ini sempat membuat Joko miris. Beruntung dukungan masyarakat mulai terbangun saat tokoh masyarakat dan perangkat desa ikut turun dan menyaksikan langsung sumber air yang berpontensi untuk di angkat kepermukaan guna kebutuhan air baku, pada saat itu benar benar merasakan kekeringan yang setiap tahun melanda
Joko juga mengungkapkan melakukan pendekatan kultural dan sosial budaya, kita coba presentasikan kondisi dan rencana berupa video dan  foto pada waktu acara adat setempat, pertemuan warga, rapat desa, kumpulan arisan warga
Perjuangan mengalirkan air dari Gua Suruh bila dihitung sejak ditemukan pada tahun 2001 hingga berhasil dimanfaatkan pada tahun 2013, maka total waktu yang dibutuhkan 12 tahun. Hitungannya sejak Joko masih duduk dibangku kuliah hingga telah menikah dan memiliki momongan.
Tapi itulah perjuangan yang dilakukan Joko, perjalanan yang berliku liku, dari warga yang masih pesimis hingga mau bahu membahu melakukan segala daya upaya hingga air mengalir ke rumah rumah warga.
Tak kurang 500 KK terbantu memilki sumber air dari dalam gua, bila dihitung rumah yang teraliri terhitung 400 rumah. Apa yang dilakukan Joko melakukan perubahan nyata untuk warga masyarakat. Bukan saja proses mengalirkan air dan membangun fisik bangunan, tapi yang lebih penting merubah pola pikir masyarakat untuk berani mengambil perubahan walau resiko yang diambil tidaklah ringan.
Apa yang dilakukan Joko sesuai dengan semangat ASTRAÂ untuk perubahan hari ini untuk Indonesia yang lebih baik. Joko Sulistyo mendapatkan anugerah Semangat ASTRA Untuk (SATU) Indonesia pada tahun 2013 dalam kategori lingkungan. Sejatinya bukan penghargaan yang menjadi semangat Joko melakukan perubahan tapi lebih dari panggilan jiwa untuk berbuat kebaikan untuk warga yang kesulitan air.
Di Indonesia permasalah air bersih masih menjadi problem yang harus dicarikan solusinya. Khususnya wilayah yang masuk dalam kawasan sulit air, karena tanah berkapur atau rendahnya curah hujan. Â Apa yang dilakukan Joko Sulistyo menjadi role model yang bisa diduplikasi di tempat lain.
Local Champion yang mampu menggerakkan masyarakat lingkungannya, mengajak kolaborasi pihak pihak lain dan bersinergi untuk sebuah perubahan nyata yang berguna.
Referensi Artikel:
Wawancara Jarak Jauh Joko sulistyo
Data BMKG
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI