Bila sebagian teman kuliahnya memilih pekerjaan di lingkungan pemerintahan atau  sekolah sekolah favorit di tengah kota, Risna malah memilih dusun terpencil di Papua. Sebuah pilihan yang mungkin dianggap 'gila'.
Apa yang dilakukan Risna membantu para anak dan Wanita suku Arfak bukan perkara mudah, halangan dan rintangan menghadang karena apa yang diupayakan Risna bisa dianggap mencoreng nama baik karena  membuka aib. Bahkan keluarga besar Risna belum mendukung penuh apa yang ia perjuangkan mengingat kekhawatiran atas keselamatan dirinya di tempat yang jauh
Halangan dan rintangan berbentuk  kekerasan fisik bahkan kekerasan seksual pernah dirasakan , Risna nyaris diperkosa pemuda setempat, beruntung Risna berhasil melawan dan lolos dari tindakan keji tersebut , hal ini terjadi hingga dua kali. Selain kekerasan fisik juga pernah dirasakan Risna, dipukul hingga wajahnya lebam, apa yang dialami Risna sempat membuatnya goyah dan berpikir untuk kembali ke Maluku. Namun permintaan anak anak didiknya membuatnya mengurungkan niatnya untuk meninggalkan Papua.
Baginya membuat sebuah perubahan adalah tantangan dalam hidupnya walau ia harus berkorban. Harus ada yang berani mengupayakan perbaikan pendidikan anak anak dan wanita suku Arfak.
Pada tahun 2012, Risna bersama teman temannya menjadi relawan untuk wilayah binaan Fakfak dan Sorong. Sebuah pengalaman yang semakin menebalkan semangatnya. Setelah masa KKN lalu menjadi relawan, Risna telah melarung harapan besar untuk membantu anak anak dan Wanita di Papua.
Â
Mendirikan Rumah Cerdas Arfak
Tahun 2014 Risna dengan biaya dari kantung sendiri datang ke dusun Kobrey. Kedatangannya tentu bukan karena nekat atau pelarian mencari jatidiri. Risma paham apa yang harus ia perbuat. Ia perlu dukungan dari  pemimpin suku Arfak. Ia sadar kehadirannya bisa menajdi sia sia apabila tidak mendapatkan pemimpin atau tokoh lokal.
Beruntung kepala suku (kampung) Kobrey Esap Inyomusi yang masih berusia 27 tahun menyambut dengan tangan terbuka, begitu pula dengan sang istri Yosina Inyomusi yang usianya terpaut satu tahun dengan sang suami.
Kepala Kampung Kobrey memberikan fasilitas tempat tinggal dan fasilitas berkegiatan kepada Risna. Problem utama suku arfak adalah pandangan minor terhadap wanita yang menempuh pendidikan formal. Bila pun, ada biasanya akan putus sekolah di kelas 3. Dan belum bisa membaca dan menulis.
Suatu hal yang menyedihkan, belum lagi kualitas kesehatan suku Arfak. Banyak Wanita Arfak meninggal karena terkena kanker. Hal ini terbanding lurus dengan literasi yang sangat rendah. Selain Kesehatan, pendapatan masyarakat suku Arfak sangatlah terbatas, sebagian besar hidup dalam kondisi miskin.