Perpindahan dari Stasiun Sudirman ke stasiun Dukuh Atas menurut saya cukup lumayan menguras tenaga. Jaraknya lumayan jauh. Saya membayangkan bila lansia atau disabilitas akan menemui kesulitan bila tidak dibantu secara khusus.
Dari JPM yang menghubungkan stasiun commuter Sudirman dan stasiun LRT Dukuh Atas perkiraan saya jaraknya sekitar 200 meteran. Jadi lumayan untuk menambah jumlah langkah kaki hingga 10.000 langkah perhari.
Merasakan LRT Buatan INKA
Stasiun LRT Dukuh Atas adalah stasiun awal dari perjalanan LRT lintas Bekasi dan lintas Cibubur. Stasiun Jatimulya merupakan stasiun terakhir di lintas Bekasi, jaraknya sekitar 27 Km, bisa ditempuh 40 menit  namun saat ujicoba masih 57 menit  karena beberapa hal teknis yang harus dijajal.
Memasuki Stasiun LRT Dukuh Atas saya bisa merasakan nuansa modern namun minimalis.  Kesan ini melihat tampilan stasiun yang didominasi bahan besi yang dirangkai. Dilantai dua tersedia toilet, mushola dan kantor operasional stasiun. Setelah tapping saya hanya perlu melihat papan petunjuk menuju peron yang akan saya tuju.
Papan petunjuk cukup jelas sehingga bagi saya yang baru pertama kali bisa langsung paham dan tak perlu bertanya kepada petugas. Fasilitas untuk naik ke lantai 3 ada tangga manual, tangga berjalan dan lift.
Sebenarnya pengguna LRT bisa memilih masuk dari sisi kanan dan kiri. Hal ini dibuat kemungkinan untuk memecah arus penumpang agar tidak menumpuk di satu sisi. Hal yang bagus menurut saya.
Karena saya akan ke arah Jatibening , saya harus memastikan LRT yang saya naiki adalah lintas Bekasi. Lampu di peron Dukuh Atas  hidup secara otomastis saat LRT memasuki stasiun dan kembali mati saat LRT meninggalkan stasiun.
Tak menunggu lama LRT menuju Bekasi sudah bergerak memasuki stasiun Dukuh Atas. Ada 6 rangkaian , dengan tampilan depan LRT yang aerodinamis untuk mengurangi tekanan angin saat LRT bergerak maju. LRT segera membuka pintu bersamaan dengan pintu pembatas. Ketepatan berhenti LRT harus presisi.
Tinggi pintu LRT memang tidak terlalu tinggi, bagi orang yang memiliki tinggi 175 cm keatas harus berhati hati bila kepalanya tak mau terpentok bagian atas pintu. Desain pintu LRT kemungkinan mengikuti tinggi rata rata  orang Indonesia. Â
Bagian dalam LRT memang disain dengan kesan mewah. Kursi dilapisi bahan yang cukup nyaman dengan aksen warna biru. Volume ruang dalam LRT terkesan lebih sempit bila dibanding gerbong commuter, terutama bagasi untuk menaruh bawaan diatas kabin. Hanya bisa menyimpan barang atau tas dengan ukuran sedang.
Bahan lantai LRT sepertinya dibuat dari bahan yang agak sulit dibersihkan bila terkena noda, saat saya naik LRT sudah ada bekas noda yang tertinggal di lantai LRT. Hal ini perlu mendapatkan perhatian khusus.