Mohon tunggu...
Novaly Rushans
Novaly Rushans Mohon Tunggu... Relawan - Relawan Kemanusian, Blogger, Pekerja Sosial

Seorang yang terus belajar, suka menulis, suka mencari hal baru yang menarik. Pemerhati masalah sosial, kemanusian dan gaya hidup. Menulis juga di sinergiindonesia.id. Menulis adalah bagian dari kolaborasi dan berbagi.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Ngobrol Asik dengan Orang Baduy di Commuter Line

29 Agustus 2023   13:36 Diperbarui: 29 Agustus 2023   13:41 291
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Eli sedang menikmati perjalanan Commuter Line | Sumber : Pribadi

Siang itu commuter line dari Tanah Abang ke Tigaraksa yang saya naiki  tidaklah padat, Saya masih bisa memilih bangku yang saya inginkan. Bangku paling pinggir menjadi pilihan saya, karena bisa me-nyenderkan badan dan tidak mengganggu penumpang lainnya.

Tak lama dua penumpang laki laki duduk disamping saya mengenakan pakaian hitam hitam dengn ikat kepada biru bermotif. Dari tampilannya saya bisa menebak keduanya berasal dari suku Baduy, suku yang mendiami kawasan di kabupaten lebak.

Saya memiliki pengalaman khusus karena pernah mengunjungi Suku  Baduy Dalam bersama teman teman penyuka traveling dan pernah saya tuliskan di laman kompasiana, bisa dibaca disini.

Yang menarik perhatian saya karena kedua laki laki ini  naik commuter line, naik moda transportasi. Saya menduga keduanya berasal dari Baduy Luar. Karena keduanya sudah memakai alas kaki sepasang sendal jepit yang terlihat lusuh.

Saya mengajak keduanya mengobrol, karena keduanya dengan baik hati memberikan tempat duduknya kepada dua orang ibu ibu  setengah baya sehingga keduanya berdiri dekat pintu. Posisinya persis disamping saya. Tentu ini semakin memudahkan  saya untuk mengajaknya mengobrol.

Saya memang mendominasi untuk bertanya karena ada beberapa hal yang menarik untuk saya ketahui. Kepo tingkat tinggi . Saya memposisikan diri sebagai orang yang tidak paham tentang Baduy.

Dari banyak pertanyaan yang saya ajukan maka artikel ini saya tuliskan. Sebagai upaya menghormati budaya Baduy yang unik dan menarik. Kearifan lokal yang patut dipertahankan.

Eli begitu ia mengenalkan namanya. Hanya itu saja. Perawakannya sedang dengan tubuh proporsional, tidak kurus dan tidak gemuk , sahabatnya bernama Riwan. Berdiri tak jauh dari Eli. Tinggi keduanya hampir sama. Perkiraan saya 160 cm .

Eli mengaku berumur 25 tahun walau dengan menambahkan dengan kata 'mungkin'. Itu artinya Eli tidak terlalu yakin berapa umurnya sebenarnya. Riwan juga mengaku berumur sepantar dengan Eli. Hanya saja Riwan lebih pendiam dan tak banyak memberikan jawaban. Sepertinya juru bicara telah diberikan kepada Eli.

Mereka bedua berencana akan turun di stasiun Rawa buntu, stasiun yang berada di Tangerang selatan. Alasan turun di Rawa buntu karena  ada pos untuk istirahat di Rawa Buntu selain mereka ingin menjual beberapa botol madu yang masih tersisa. Eli berencana pulang keesokan harinya karena sudah lebih dari satu pekan meninggalkan keluarganya di Baduy.

Eli dan Riwan berasal dari Wilayah Ciemis , masih berada dikawasan Baduy luar. Sebagai orang Baduy luar mereka sudah belajar menulis dan membaca tapi ketika saya tanya apakah Eli bersekolah jawabannya hanya dengan gelengan kepala yang menandakan Eli tidak bersekolah.

Tapi Eli menjawab bisa membaca dan menulis walau saya lihat Eli tidak berusaha menuliskan pesan di gawai yang ia bawa. Eli mengirim pesan suara (voice note) dengan bahasa Baduy kepada seseorang.

Eli menjelaskan bahwa orang Baduy Dalam dan Baduy Luar kerap melakukan perjalanan keluar untuk mencari tambahan penghasilan dengan menjual madu dan aksesoris Baduy.

Badui Dalam melakukan perjalanan secara berkelompok biasanya 5 orang bisa juga lebih. Baduy dalam tidak menggunakan kendaraan, mereka berjalan kaki sepanjang perjalanan.

Pakaian Baduy Dalam selalu mengenakan pakaian putih dengan ikat kepala putih, salah satu ciri perbedaan antara Baduy Dalam dan Baduy Luar. Selain itu Baduy Dalam tidak pernah menggunakan alas kaki seperti sendal atau sepatu  kemanapum mereka pergi.

Eli sendiri sudah memiliki istri dan satu orang anak, dikampungmya Istrinya juga ikut mencari penghasilan  dengan bertani beberapa tanaman, simgkong , Jagung, Padi dan tanaman sayuran. Hasil tanamannya sebagian dijual dan sebagian dikonsumsi sendiri.

Wanita Baduy adalah wanita mandiri dan tangguh. Ketika saya berkunjung ke Baduy  saya menyaksikan sendiri, para Wanita Baduy membawa anak anak mereka  ke kebun , mereka tak canggung  mengambil air bersih yang mereka simpan dalam bambu bambu

Dalam perjalanan kali ini Eli dan Riwan membawa 10 botol madu harga yang ditawarkan perbotol Rp 150.000 namun masih bisa ditawar.  Bila semua madu habis Eli dan Riwan bisa membawa pulang paling tidak lebih dari satu juta rupiah.

Tapi seringkali tidak semua madu terjual dan dibawa kembali pulang. Bisa hanya separuhnya saja yang terjual. Biasanya Eli dan Riwan menambah jumlah hari umtuk berkelana menjajakan madu. Lokasi keramaian menjadi sasaran. Stasiun, pasar, atau halte dimana mereka bisa meletakkan madu mereka.

Cara berjualan orang Baduy unik, mereka tak pernah menawarkan secara persuasif apalagi secara atraktif, mereka hanya duduk duduk , diam tak menawarkan produk mereka. Mungkin ini yang disebut  silent marketing.

Orang baduy baru berbicara ketika ada calon pembeli yang datang dan menanyakan harga.'Tak berupaya melakukan promosi , madu yang mereka bawa madu asli dari lebah pohon yang tumbuh di hutan hutan Baduy.

Perjalanan Menuju Baduy Dalam | Sumber : Novaly Rushan
Perjalanan Menuju Baduy Dalam | Sumber : Novaly Rushan
Keberadaan Baduy dan Perubahan Zaman

Sebagai suku yang dianggap masih dengan ketat memegang tradisi dan ketentuan adat yang berlaku. Baduy mengalami 'benturan' budaya, riak riak perubahan zaman, kemajuan teknologi dan tarikan kesenangan menjadi 'gula gula' yang mempengaruhi anak muda Baduy.

Khususnya anak anak muda Baduy Dalam yang masih memegang aturan ketat terhadap teknologi. Wlaau pada akhirnya saya melihat ada perubahan yang akhirnya mempengaruhi orang baduy. Sentuhan budaya luar seperti menggoda anak anak baduy. Saya bisa merasakan bagaimana gawai yang mereka miliki dan jaringan internet yang mereka nikmati akhirnya memberikan hal hal baru.

Anak anak Baduy Dalam sendiri diam diam juga memiliki gawai pintar yang mereka simpan di teman atau keluarga mereka yang sudah menjadi Baduy Luar. Bahkan anak anak Baduy Dalam juga mandi memakai sabun dan sanpho ketika mandi di luar wilayah Baduy Dalam.

Anak anak baduy juga mulai tertarik untuk belajar membaca dan menulis bahkan sebagian sudah mulai mengenyam pendidikan formal. Ada cerita anak Baduy yang menjadi santri disebuah pondok pesantren.

Tradisi Baduy memang menghadapi tantangan dari kemajuan zaman. Kemudahan dan kenikmatan dunia luar yang  mereka lihat dan dorongan untuk mencoba hal baru nampaknya menarik minat sebagian orang Baduy

Saya menilai menjaga budaya dan tradisi itu memang perlu namun memberikan hak untuk anak anak Baduy bisa bersekolah, mendapatkan pendidikan  hingga jenjang perguruan tinggi harus diberikan dan difasilitasi.

Terutama ilmu yang bersifat praktik yang bisa digunakan seperti ilmu pertanian, peternakan, pembuatan pupuk, perikanan atau ilmu pengolahan pasca panen.

Saya melihat masih banyak orang Baduy yang hidup dalam kekurangan, rumah yang tidak sesuai dengan standar Kesehatan. Karena saya pernah menginap satu malam didalam rumah orang Baduy Dalam yang tidak memiliki sekat untuk dijadikan kamar.

Selain rumah utama, orang Baduy juga memiliki rumah kebun yang bentuknya kecil dan hanya digunakan untuk beristrirahat. Saya berharap perubahan yang dilakukan bukan untuk menghilangkan tradisi dan budaya tapi memperkaya dengan perubahan zaman yang sesuai.

Salam Bahagia

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun