Mohon tunggu...
Novaly Rushans
Novaly Rushans Mohon Tunggu... Relawan - Relawan Kemanusian, Blogger, Pekerja Sosial

Seorang yang terus belajar, suka menulis, suka mencari hal baru yang menarik. Pemerhati masalah sosial, kemanusian dan gaya hidup. Menulis juga di sinergiindonesia.id. Menulis adalah bagian dari kolaborasi dan berbagi.

Selanjutnya

Tutup

Hobby Artikel Utama

Untuk Burung Kesayangan, Uang Tak Lagi Disayang

25 Juli 2023   08:30 Diperbarui: 26 Juli 2023   00:46 500
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ada beberapa ciri yang menandakan burung sakit dan menjelang mati, salah satunya adalah bulu yang terlihat kusam dan makin tak bercahaya.(Unsplash/Charles Postiaux) 

Saya salah satu penggemar burung berkicau, untuk hobi satu ini rasanya tak pernah bisa berhenti. Kegemaran saya memelihara hewan dimulai sejak saya kanak kanak. 

Hewan pertama yang saya pelihara adalah ikan cupang. Setelah ikan cupang saya memelihara ayam jago yang saya jadikan seperti teman bermain. Kemana saya main, ayam jago juga ikut saya bawa. Uniknya ayam jago saya ini bisa pulang sendiri ke kandangnya walau saya bawa cukup jauh.

Sayang ayam jago ini mati diserang tikus pada suatu malam. Luka luka yang dialaminya cukup parah sehingga ayam kesayangan saya mati kehilangan banyak darah. 

Setelah ayam jago, saya juga memelihara jangkrik aduan. Hanya saja karena dilarang ibu. Jangkrik tak pernah saya bawa pulang ke rumah. Tapi saya simpan di tumpukan kayu bakar dirumah tetangga. Tiap pagi dan sore, saya beri makan selain saya mainkan sebentar. Sekadar diadu agar fisiknya tetap fit.

Saya baru memulai memelihara burung berkicau ketika kelas 5 SD, saking inginnya memelihara burung, saya rela naik sepeda dari rumah di Kemayoran Jakarta pusat ke pasar burung pramuka di Jakarta timur. 

Burung pertama yang saya beli Jalak hitam atau jalak kebo. Burung yang tidak terlalu mahal sebenarnya, tapi saat itu menurut saya sudah sangat mahal. Saya menyisihkan uang jajan yang tidak seberapa. Berbulan bulan hanya untuk memiliki seekor burung berkicau.

Kegemaran saya memelihara hewan tak pernah ditentang orang tua kecuali memelihara jangkrik. Hampir tak pernah saya tak punya hewan peliharaan. Apalagi sejak saya memiliki penghasilan sendiri. Kegemaran saya membeli burung berkicau semakin menggila.

Gaji Pertama Beli Burung Berkicau

Saya masih ingat saya langsung pergi ke pasar burung di Jatinegara ketika gaji pertama saya terima di bulan Februari, burung jenis Hwa Mei atau burung Wambi ini berasal dari RRC. Dulu harganya tidak terlalu mahal. Kalau saat ini harga burung jenis ini sudah jutaan karena sudah sulit mendapatkannya.

Burung ini menjadi saksi kegilaan saya terhadap burung sudah luar biasa. Setelah itu burung berikutnya menjadi koleksi saya. Berbagai jenis burung berkicau pernah saya pelihara. Burung robin, poksay, kacer, pentet hingga naik kasta memelihara burung murai.

Untuk burung jenis ini merupakan burung kalengan yang harga belinya sudah mahal apalagi bila burung sudah gacor dan pernah memenangi kejuaran burung harganya sudah tidak masuk akal.

Selain burungnya saya juga mengoleksi sangkar burung kelas kontes yang harganya ratusan ribu hingga jutaan. Sangkar ini menaikkan pamor pemain burung. Terutama saat burung yang akan diadu  pada kontes.

Untuk membeli seekor burung bekicau, saya menggunakan uang khsusus. Biasanya uang yang saya gunakan bukan dari gaji utama tapi dari uang lembur atau uang bonus. Maka saat saya sudah menikahpun saya tak punya masalah dengan istri karena membeli burung berkicau yang harganya lumayan mahal.

Untuk biaya perawatan burung berkicau tidaklah mahal, sama seperti hewan peliharan lainnya seperti memelihara kucing atau anjing.

Burung murai. (tangkapan layar via radarjabar.disway.id)
Burung murai. (tangkapan layar via radarjabar.disway.id)

Menurut saya memelihara burung berkicau malah lebih memguntungkan, karena harga burung bisa naik karena telah gacor (istilah untuk burung yang sudah rajin berkicau). Saya biasanya membeli burung 'bahan' lalu saya rawat hingga rajin berkicau.

Saya tidak terlalu berminat untuk ikut kontes burung karena waktu saya terbatas karena bekerja. Dan juga kurang percaya diri bila harus beradu dengan burung burung kelas kolektor yang harganya bisa puluhan juta rupiah.

Burung Paling Mahal yang Pernah Saya Beli

Sepanjamg saya memelihara burung berkicau hingga tulisan ini dibuat, burung murai lah yang paling mahal. 

Saya membeli dari seorang teman seharga dua juta rupiah (saya berharap khusus artikel ini tidak dibaca istri saya, he he). Karena biasanya saya tidak akan memberitahukan secara terbuka kepada istri saya, khawatir ia bisa pundung karena untuk urusan burung saya bisa tidak masuk akal,

Saya pernah memiliki lebih dari 12 kandang burung berkicau, berbagai jenis yang bila ditotal harganya bisa mencapai sepuluh juta rupiah. Harga ini tentu biasa berubah tergantung kondisi burung. Semakin fit dan rajin berbunyi, maka harganya bisa meningkat.

Memelihara burung butuh ketekunan, kesabaran dan luasnya pertemanan. Rajin belajar dari sesama penghobi burung , belajar tips untuk meningkatkan performa burung. Mulai dari pakan tambahan, memandikan dan menjemur burung.

Namun kelelahan dan uang yang dihabiskan akan terbayar ketika melihat dan mendengar burung berkicau dengan rajin. Kegembiraan yang membuat hormon endorphin meningkat tajam.

Burung dan Kelestarian Alam

Saya pernah gamang ketika diberitahu hobi saya memelihara burung bisa merusak ekosistem alam. Burung yang ditangkap liar dari alam akan mengalami kepunahan.

Apalagi burung akan dikurung di dalam sangkar, walau diberi makanan dan minuman enak ia akan kesepian dan tidak bisa terbang kemana ia suka.

Tapi hal ini terjawab Ketika saya tidak lagi memelihara burung yang ditangkap liar dari alam. Saya hanya memelihara burung hasil penangkaran. Artinya hanya burung yang diternakkan penghobi lainnya yang memiliki peternakan burung.

Burung sesekali dimasukkan ke kandang umbar yang cukup luas untuk berolahraga terbang. Kebutuhan biologis disalurkan dengan memasangkan dengan betina yang siap kawin. Kandang besar disediakan untuk burung berbulan madu lalu bertelur dan memiliki generasi penerus.

Burung burung seperti murai, kacer, cucak hijau, love bird, perkutut, jalak suren dan beberapa jenis lainnya sudah bisa ditangkarkan. Jadi mengurangi kepunahan burung di alam.

Manfaat Memiliki Hewan Piaraan

Dalam penilaian saya pribadi, saya merasakan kebahagian bila memiliki hewan peliaharaan. Ada kegiatan yang membuat fisik tak diam saja. Paling tidak akan memiliki kesibukan tersendiri yang positif seperti membersihkan kandang, memberi makan minum, memandikan , menjemur hingga membawanya untuk Latihan Bersama (Latber) dengan penggemar lainnya.

Bagi saya burung kesayangan seperti teman bahkan ada ungkapan hewan peliharaan itu seperti "istri kedua". Rasa kasing sayang kepada hewan peliharaan kadang sulit dijelaskan dengan kata kata. Sedih bila melihat hewan kesayangan sakit.

Manfaat yang saya dapatkan adalah keuntungan secara ekonomi karena saya biasanya menjual burung yang telah menguntungkan karena keekonomiannya sudah didapat. Uangnya bisanya kembali digunakan untuk membeli burung bahan, selisihnya bisa digunakan untuk biaya perawatan burung burung lainnya.

Begitulah hobi burung berkicau yang saya jalani hingga hari ini. Hanya saja saya sudah tak 'segila' dulu. Sekarang hanya dua kandang yang saya pelihara.

Sebagai penghobi, saya menyarankan untuk realistis dalam membiayai hewan peliharaan. Jangan sampai karena biaya hewan peliharaan yang tinggi harus bertengkar dengan pasangan atau keluarga. Buatlah perencanaan keuangan agar tidak menggangu keuangan rumah tangga.

Salam Bahagia...

*Berdasarkan pengalaman pribadi

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun