komunitas. Lepas dari rutinitas kerja yang perlu 'pelampiasan'.
Minggu pagi adalah waktu yang pas untuk melepaskan kepenatan. Berkumpul Bersama keluarga , sekedar jalan jalan atau bertemu dengan teman temanMinggu (2/3) agenda saya ketemu dengan dari dua komunitas sekaligus. Ketapels dan Koteka , dua komunitas yang kolabs satu acara. Ketemu dengan seorang narasumber yang punya profesi menarik, seorang dubber, Utami Isharyani biasa dipanggil mba Tami.
Tempat yang dipilih Tebet Eco Park. Sebuah ruang terbuka hijau diselatan Jakarta. Walau sudah sering mendengar dan membaca tentang taman ini, baru minggu kemarin saya berkesempatan mengunjungi taman yang luasnya mencapai 7 hektar. Dulunya taman ini adalah hutan kota sebelum dibenahi dan di tata pada era Gubernur Anies Baswedan.
Sebelum berangkat saya mencari rute terdekat dan tercepat dari moda transportasi publik. Dari rumah saya yang nun jauh saya harus berangkat pagi pagi sekali. Jam enam pagi sudah di stasiun Tigaraksa, dengan hitungan waktu pertemuan dijadwalkan jam 8.
Ada dua cara untuk sampai ke Tebet Eco Park untuk saya, pertama saya naik KRL turun di Stasiun Cawang dengan dua kali transit di stasiun Tanah Abang dan Stasiun Manggarai. Dengan pilihan ini saya tak perlu ganti moda. Cukup terus  naik KRL dengan waktu tempuh satu jam tiga  puluh lima menit.
Dari stasiun Cawang, menurut perkiraan Maps jaraknya 1,4 Km dengan perkiraan waktu 20 menit dengan jalan kaki. Kalau ganti naik ojek motor hanya perlu 6 menit.
Kedua, saya bisa memilih naik Trans Jakarta (TJ) , dengan rute saya turun di stasiun Palmerah dan berganti moda TJ lalu turun di halte Tebet BUMD. Jaraknya 1,1 Km lebih dekat sedikit. Tapi berhubung hari libur, TJ dari Stasiun Palmerah menuju Halte JCC Senayan tidak tersedia, maka pilihan pertama yang saya gunakan.
Pilihan turun distasiun cawang memang pas, awalnya ada keraguan untuk turun di Stasiun Tebet. Saran bang google saya memilih cawang. Awalnya saya akan memilih naik ojek agar segera sampai lokasi mengingat waktu yang telah mepet ke jam 8.
Tapi uniknya Babang Ojek malah menyarankan saya jalan kaki saja karena dekat. Alhasil saya akhirnya memilih jalan kaki dan saya lihat banyak rombongan anak muda yang nampaknya punya tujuan yang sama.
Selama perjalanan, petunjuk menuju Tebet Eco Park sangat jelas tertempel beserta jarak yang harus ditempuh. Ternyata jarak sebenarnya hanya sekitar 800 meter tidak terlalu jauh.
Ngobrol Asik Seluk Beluk Dunia Dubber
Sesampainya di Tebet Eco Park saya langsung bertemu punggawanya acara , mba Erni yang biasa dipanggil Denik (saya baru tahu arti Denik : Bude Erni). Saya datang terlambat beberapa menit tapi nampaknya acara juga belum dimulai.
Yang sudah hadir Pak Iswadi Suhari dengan tiga putrimya, Mba Tami dan dua kakak beradik yang pakai jilbab seragam mba Emma dan Fenny.
Lesehan diatas rumput acara sangat bernuansa kekeluargaan. Apalagi dengan potluck, setiap yang hadir diminta membawa snack masing masing dan makan bareng. Ngobrol pun semakin asik. Sudah tidak ada lagi  sekat umur dan latar belakang.
Sambil menunggu pak Sutiono yang dalam perjalanan acara dimulai mengingat waktu izin menggunakan taman dibatasi. Pak Iswadi didapuk menjadi moderator sekaligus MC. Acara pertama perkenalan peserta agar lebih akrab. Selanjutnya Pak Iswadi mulai memandu acara ngobrol asik tentang dunia dubber.
Mba Tami dengan lugas menjawab pertanyaan yang diajukan Pak Iswadi, saya dan peserta jadi tahu seluk beluk dunia dubber. Mulai dari awal menjadi seorang dubber, proses belajar lalu  mulai mendapat tawaran job hingga suka  dukanya termasuk bayaran yang didapat seorang dubber.
Mba Tami memulai menjadi dubber sejak 2020 diawal pandemi covid-19, proses belajarnya sempat terhenti karena PSBB. Latihan menjadi seorang dubber kurang maksimal menggunakan metode online. Menurut mba Tami perlu tempat khusus yang tidak banyak gangguan suara untuk berlatih vocal.
Untuk belajar menjadi dubber, mba Tami membutuhan waktu hampir satu tahun, tawaran pertamanya mengisi suara hafizd dan hafizah dalam sebuah program  anak muslim untuk belajar mengaji di channel Youtube.
Menjadi seorang dubber harus memiliki potensi, bakat dan kemauan yang keras. Ternyata bukan hanya modal suara saja, seorang dubber juga dituntut  menguasai pendalaman karakter si tokoh yang akan di dubbing. Bahkan terkadang seorang dubber sampai terbawa suasana di tokoh.
Mba Tami bercerita ia bisa sampai menagis untuk sebuah tokoh yang harus di dubbing. Emosi Dubber menentukan kesuksesan dari suara yang akan diambil. Pendalaman karakter sangat diperlukan untuk seorang dubber. Layaknya seorang yang akan memerankan tokoh didalam film atau teater.
Dubber harus memiliki vocal suara yang unik, menarik bahkan bisa menirukan tokoh tokoh berbeda gender dan usia. Bahkan ada dubber yang bisa menirukan suara dari umur bayi hingga lansia.
 Setelah bincang dunia dubber acara dilanjutkan dengan games dan pembacaan puisi. Semua peserta aktif mengikuti semua rangkaian acara.
Mba Erni cukup piawai memandu acara games, mulai dari tebak kata , kuis hingga pembacaan puisi. Saya menikmati games seru, sayang saya tidak mendapatkan kesempatan menang. Mba Emma menjadi pemenang terbanyak dengan memborong tiga hadiah sekaligus, adiknya Fenny menjadi urutan kedua.
Pembacaan puisi menjadi kegiatan yang menarik perhatian pengunjung lainnya. Ada hadiah  bagi peserta yang membacakan puisi. Saya akhirnya dapat hadiah juga karena memilih membaca puisi. Lumayan.
Kebersamaan dengan teman komunitas merupakan hal yang menarik bagi saya, bisa menambah teman baru, mendapatkan ilmu bermanfaat dan healing karena penatnya dunia kerja.
Bersyukur karena banyak sekali komunitas di kompasiana sehingga banyak aktifitas bertemu dengan kompasianer lainnya. Semakin sering ikut kegiatan komunitas akan semakin banyak teman yang dikenal.
Diakhir sesi kami bertemu dengan mas Ony Jamhari, pengurus Koteka. Mas ony membagikan pengalaman menarik tentang sakit yang dialaminya. Pengalaman yang sangat berharga untuk saya dan peserta lainnya. Semoga cepat sembuh Mas Ony.
Sumber Foto : ErniÂ
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H