Mohon tunggu...
Novaly Rushans
Novaly Rushans Mohon Tunggu... Relawan - Relawan Kemanusian, Blogger, Pekerja Sosial

Seorang yang terus belajar, suka menulis, suka mencari hal baru yang menarik. Pemerhati masalah sosial, kemanusian dan gaya hidup. Menulis juga di sinergiindonesia.id. Menulis adalah bagian dari kolaborasi dan berbagi.

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Jakarta 1987-1990 (Autobiografi #15)

23 Juni 2023   21:00 Diperbarui: 23 Juni 2023   21:02 683
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kawassan Blok M era 90-an (Instagram/potolawas)

Artikel ini adalah  lanjutan dari artikel sebelumnya, sila dibaca disni

Saat SMP juga aku mulai melakukan petualangan kota. Jakarta di awal 1990 mulai berbenah. Gedung bertingkat semakin banyak, fasilitas umum juga mulai ramai. Hal yang menarik untukku adalah toko buku besar seperti Gramedia di Jalan Matraman  dan Gunung Agung di Kwitang.

Di tahun  1987 sedang trend cerita Lupus karya Hilman Hariwijaya atau Balada si Roy karya Gola Gong. Khusus untuk cerita Lupus , aku rela berjam jam membaca secara gratis di Toko Gramedia. Tak ada yang melarang bila hanya sekedar membaca selama tidak duduk dilantai.

Beberapa judul buku Lupus aku beli dengan cara menabung. Sayangnya beberapa buku lupus yang aku miliki tak kembali ketika dipinjam teman. Lupus menjadi model tulisan yang aku suka. Enak dibaca, sesuai selera remaja, banyak sisi humornya tapi memiliki makna yang bisa diambil.

Majalah HAI juga sedang trend saat itu, majalah gaya hidup anak muda ini menjadi trendsetter. Artis artis remaja seperti  Ryan Hidayat, Onky Alexander, Nike Ardila, Anggun C Sasmi, Desi Ratnasari digandrungi remaja saat itu.

Film Catatan Si Boy dibuat dalam 5 skuel , sejak  1987 hingga 1991. Film yang dinanti remaja saat itu laris manis, bioskop penuh . Termasuk Ketika Lupus mulai di film-kan pada 1987. Dengan Judul Tangkaplah Daku Kau Kujitak ini diperankan Ryan Hidayat.

Era 1985 hingga awal 1990 Film Indonesia terus meroket, berbagai genre memenuhi bioskop kala itu. Untuk musik banyak bermunculan band band anak muda yang terus melegenda hingga hari ini,  Dewa 19 dan Slank adalah dua band era 90 yang tetap eksis.

Aku sangat menggemari musik saat remaja. Salah satunya dari Radio yang tumbuh subur. Radio Sonora yang terkenal dengan AMKM , Anda Meminta Kami Memutar. Lagu lagu yang sedang trend selalu diputar. Radio Prambors , Radio SK (suara kejayaan) yang banyak menelurkan artis dan pelawak dizamannya. Grup Bagito , Patrio, Komeng, Ulfa dan beberapa nama lainnya.

Radio terus menjadi media hiburanku, Saat SMP hingga SMA Radio telah menjadi sahabat yang tak terpisahkan. Bahkan Ketika mulai booming alat pemutar musik Walkman , aku masih setia dengan Radio.

Dulu toko toko kaset bertebaran , baik kaset asli dan kaset bajakan. Perusahan rekaman saat itu juga menangguk untung. Mengoleksi kaset salah satu kebiasaan remaja di era 80-90. Bila lagi tak punya uang, kaset bekas pun menjadi incaran.

Mengoleksi kaset seperti mengoleksi buku. Bisa dipajang di ruangan tamu atau kamar pribadi. Namun banyak suka duka memutar kaset yang kadang kusut. Untuk memutar ulang harus melakukan rewind, dan proses inilah kaset sering kali kusut.

Pulpen atau pensil jadi alat pemutar manual agar kaset bisa didengar ulang. Unik dan menarik. Tape Recorder dengan suara yang semakin canggih mulai bermunculan.

Sumber : Antara
Sumber : Antara

Di era 1990 mulai lahir TV Swasta yang secara pelan pelan menggantikan hegemoni TVRI. Film film barat terus merangsek masuk. Apalagi muncul grup Bioskop modern Cineplex 21. Bioskop rakyat mulai merasakan persaingannya. Apalagi film holywood jadi lebih mudah di tonton.

Ekonomi Indonesia terus membaik, jumlah keluarga kelas menegah juga terus bertambah. Kendaraan roda empat juga semakin banyak dijalanan Jakarta. Mobil mobil jenis baru bermunculan. Aku yang saat itu masih remaja merasakan trend gaya hidup yang berkiblat ke Barat. Sepatu, pakaian , aksesoris dan barang lainnya. Merk merk terkenal dunia sudah biasa dikenakan remaja saat itu.

Tempat belanja yang sering aku kunjungi adalah Kawasan Blok M dan Pasar baru. Blok M di awal tahun 90an merupakan lokasi belanja favorit anak muda Jakarta. Lokasinya yang strategis karena terdapat terminal Blok M yang melayani dari berbagai rute di Jakarta.

Untuk ke Blok M , Aku naik bus dari jalan Let Jend Suprapto. Ada bus patas dan regular. Cuma harus berhati hati sejak di bus hingga masuk Kawasan Blok M banyak copet berkeliaran. Lengah sedikit dompet melayang.

Kawasan lain yang sering aku kunjungi adalah Kawasan Pasar Baru. Wilayah ini menarik bagiku karena toko toko kuno sejak zaman Belanda masih bediri dengan terawat. Aslinya kawasan Pasar baru adalah lokasi belanja sejak zaman Belanda.

Ada dua etnis yang mendominasi Kawasan ini, etnis Tionghoa dan Etnis India. Dua etnis ini banyak berjualan dikawasan Pasar baru, Etnis India banyak berjuakan kain, bahan dan pakaian jadi. Sedang etnis Tionghoa berjualan perhiasan, sepatu , kuliner dan barang lainnya.

Bila menjelang lebaran Kawasan  Blok M, Senen, Pasar Baru, Jatinegara akan penuh. Mal belum banyak dibangun. Sarinah masih menjadi Mal ternama saat itu. Biasanya aku berpetualang bersama teman sekolah atau teman main dirumah.

Naik Bus dan memilih duduk didepan dekat sopir karena banyak kejahatan terjadi dibangku belakang. Terminal Senen sangat terkenal sebagai lokasi kriminal. Aku punya trik agar tidak turun didalam terminal dan menghindari berada disekitar terminal senen  bila malam tiba.

Termasuk planet senen  saat itu kumuh karena banyak dihuni tunawisma, preman dan WTS. Warung warung menjual minuman keras. Anak anak jalanan  hidup terlantar.

Aku bila melewati Kawasan senen lebih baik jalan kaki melalui jalan bungur raya terus lanjut ke pasar Nangka dan tembus di jembatan sukamulia. Jalur itu jauh lebih aman. Saat itu jalan kaki dari Senen menuju rumah tak begitu jauh. Tapi sekarang seperti jauh sekali.

Bersambung....

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun