Mohon tunggu...
Novaly Rushans
Novaly Rushans Mohon Tunggu... Relawan - Relawan Kemanusian, Blogger, Pekerja Sosial

Seorang yang terus belajar, suka menulis, suka mencari hal baru yang menarik. Pemerhati masalah sosial, kemanusian dan gaya hidup. Menulis juga di sinergiindonesia.id. Menulis adalah bagian dari kolaborasi dan berbagi.

Selanjutnya

Tutup

Diary

Hari Pertama Masuk Sekolah dan Tragedi Menyanyi (Autobiografi #11)

15 Juni 2023   22:12 Diperbarui: 16 Juni 2023   05:56 245
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Credit : Kemendikbud

Aku sendiri tak berhenti berlari , terus berlalri seperti ada orang yang mengejar dari belakang. Pelarian itu baru berakhir setelah aku sendiri bingung dimana aku berada. Sebuah perempatan jalan yang ramai yang belum pernah aku lewati.

Aku pun hanya berdiri dekat tiang listrik dengan mata basah karena menangis. Tak ada yang berhasil mengejarku. Sekarang aku sendirian dan tak tahu lokasiku dimana. Sejenak aku hanya berdiri  melihat lalu Lalang kendaraan dan orang orang yang asing.

Aku akhirnya berupaya mengingat arah sekolah dan berjalan kembali kearah sekolah. Tujuanku bukan kembali ke kelas tapi aku ingin pulang ke rumah dan mogok sekolah.

Dijalan mendekati sekolah ibuku sudah berdiri menunggu dengan wajah marah. Tapi aku tahu ia berusaha sabar dan membujukku kembali ke kelas. Sukma salahsatu temanku dengan baik hati menjemputku untuk masuk kelas Kembali. Tapi aku memutuskan ingin pulang ke rumah. Ibuku akhirnya menuruti permintaanku . Aku dan Ibuku pulang ke rumah. Sesampainya di rumah aku ceritakan kekesalan dan kemarahannku. Ayahku mendengarkan sambil menahan tawa.

Ayahku merasa bersalah karena ia tak pernah mengajarkan cara bernyanyi. Untuk membayar kesalahannya ayahku besok akan kesekolah dan meminta guruku tak memintaku bernyanyi lagi. Sejak hari itu , akulah satu satunya murid kelas satu SD yang tak pernah bernyanyi. Jadi aku tak pernah lagi  dipanggil untuk maju kedepan kelas untuk menyanyi. Sebuah keistimewaan bukan ?

Anti Ulang Tahun

Soal menyanyi merupakan momok bagitu. Sejak kanak kanak mungkin akulah satu satunya anak di muka bumi ini yang membenci acara ulang tahun. Setiap undangan ulang tahun dipastikan aku tak akan hadir. Aku akan mengamuk sambil menangis keras bila harus dipaksa menghadiri ulangtahun.

Bagiku saat kanak kanak , acara ulang tahun  seperti acara 'pembantaian' . Keriuahan ,suara anak anak bernyanyi , suara kegembiraan siempu acara bagiku seperti teriakan yang menakutkan. Karena hal inilah seringkali jadi bahan ledekan anak anak lain. Ibuku sendiri tak pernah berhasil meminta aku hadir pada undangan ulangtahun.

Kisah tak menghadiri ulang tahun terus terjadi hingga aku bersekolah dijenjang menengah atas. Hanya satu kali aku menghadiri ulang tahun Ketika aku duduk di kelas satu SMA. Itupun karena aku merasa dijebak. Karena undangan yang aku terima makan makan di KFC Kelapa Gading bersama teman satu kelas.

Yang terjadi acara ulang tahun salah satu teman wanita di kelas kami. Yang memalukan acara itu berakhir dengan perkelahian antar tamu undangan. Perkelahian yang menurutku tidak jelas asalnya. Aku sendiri memilih tak ikut berkelahi karena bingung.(Bersambung...)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun