Pancasila Saat Ini
Sejak keluarnya Keppres No 24 tahun 2016 , Presiden Jokowi mngeluarkan keputusan untuk menjadikan tanggal 1 Juni sebagai hari lahirnya Pancasila dan menjadikannya sebagai hari libur nasional.
Di mata anak milenial Pancasila seakan hal yang jauh dan bahkan tak menarik untuk dibahas. Sebagai dasar negara Pancasila masuk kedalam ruang ruang terbatas dan tertutup. Anak muda secara umum tak terlalu paham akan Pancasila.
Indonesia saat ini telah mengalami perkembangan. Baik secara ekonomi dan politik. Sebagai negara, Indoneia telah berkembang menjadi negara modern yang dalam tataran global telah diakui sebagai negara G20 , saat ini pun Indonesia dipercaya sebagai ketua ASEAN.
Secara ekonomi , prestasi Indonesia cukup membanggakan walau catatan kesenjangan masih menganga, tingkat kemiskinan masih tinggi, korupsi merajalela, hutang negara yang terus naik, Pendidikan yang belum merata. Akses Kesehatan yang masih terbatas.
Sila kelima Pancasila adalah sila yang harus terus diperjuangkan: Keadikan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Kantong kemiskinan terus tumbuh, tak hanya di luar jawa. Jawa sebagai pulau utama saja masih menyimpan kemiskinan yang menyedihkan .
LIberasasi tumbuh dengan suburnya. Indonesia telah berubah menjadi negara dengan ekonomi liberal. Bandul harga sepenuhnya dikuasi pasar bebas. Kenaikan harga komiditas dikendalikan oleh 'mafia' harga. Saat harga minyak goreng naik secara tak terkendali, pemerintah hampir tak punya daya.
MInyak goreng seperti hilang dari pasaran Ketika pemerintah menetapkan batas harga tertinggi. Intervensi harga oleh pemerintah malah berujung kekacauan. Akibatnya Menteri Perdagangan harus mundur karena tak kunjung bisa menyelesaikan masalah kenaikan harga minyak goreng.
Liberalisasi terjadi didunia Pendidikan, hal ini menambah kesenjangan mutu Pendidikan. Sekolah mahal yang punya kualitas tentu hanya bisa dinikmati anak anak dari ekonomi menangah atas. Bagi yang tak memiliki uang hanya menikmati pendidikan ala kadarnya.
Pancasila saat ini hadapkan dengan liberalisasi, oligarki yang semakin subur dan kuat. Demokratisasi di dunia politik harus dikotori dengan politik uang. Bahkan alasan untuk memilih calon legislatif atau memilih parpol  hanya alasan tunggal :  uang.  Calon yang memilki banyak uang punya peluang lebih besar untuk terpilih.
Gagasan dan ide perubahan tak laku lagi. Apalagi idealisme. Kualitas anggota legislatif tentu akan dipenuhi oleh orang orang 'aneh'. Bisa jadi calon pemimpin bangsa yang akan menjadi calon presiden harus memiliki dana fantastis untuk meyakinkan rakyat  untuk memilihnya.