Mohon tunggu...
Noval Palandi
Noval Palandi Mohon Tunggu... Penulis - #penulis

Menulis sampai akhir

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Menemukan Tradisi, Menjadi Kader Ummat

9 Maret 2022   19:08 Diperbarui: 9 Maret 2022   19:14 113
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Rasa memiliki. Plus minus bahwa menjadi kader PII di Jatim membuat banyak kader merasa cukup hanya menjadi PII dan tidak menjadi yang lain. Di NTB misalnya, sepuluh orang pengurus bisa mewakili 10 kepentingan fikroh. Sehingga tidak jarang konfilik yang ada di dalam struktur, tidak hanya dipengaruhi oleh persoalan internal organisasi tetapi juga dapat diduga dipengaruhi oleh warna fikroh yang berbeda yang tidak dikelola dalam kacamata ke-PII-an.

Di Jatim masih banyak KB yang hanya cukup dengan menjadi keluarga Besar PII saja. Sehingga kontribusi moril dan materil juga diarahkan sepenuhnya kepada PII.

Keinginan Membesarkan. Di Jatim pula saya belajar bahwa pasca struktur memiliki tanggung jawab yang tidak ringan memback up PII dalam meraih tujuannya. 

Ada rasa yang kuat untuk terlibat membesarkan PII. Ada kekhawatiran yang kuat PII tidak lagi mendapat tempat di dakwah pelajar. Sehingga KB Muda PII di Jatim memilih lebih aktif menjemput informasi ke-PII sehingga mereka bisa mengambil bagian.

Pelibatan. Satu hal yang tidak dimiliki oleh PII di daerah saya, adalah sesuatu yang sebut pelibatan. Dan Jatim punya itu. Di Jatim implementasi dari tugas instruktur seumur hidup memberi dampak selalu dilibatkannya semua instruktur pasca struktur untuk hadir dalam forum-forum keinstrukturan.

Di forum keinstrukturan itulah semua instruktur beda zaman bisa share banyak soal kaderisasi. Sehingga kultur kaderisasi terpelihara dengan baik sekalipun beda periode dan beda pengelolanya.

Beberapa hal itu yang menurut saya adalah sesuatu yang berharga menjadi PII di jatim, sehingga tidak ada istilah pensiun, semua level struktur dan pasca struktur memiliki peran masing-masing dalam memback up aktivitas PII.

Disini, Menjadi kader ummat
Sebagaimana yang lain di Jatim, saya juga termasuk yang merasa cukup hanya menjadi alumni PII saja dan tidak menjadi yang lain. Sekalipun sudah tidak lagi distruktur kepengurusan. Terus terang itu juga menjadi dialog tersendiri bagi hati saya disaat awal-awal meninggalkan Jatim.

Saya juga sadar bahwa saya adalah kader Partai Keadilan Sejahtera (PKS) yang pada saatnya ketika amanah menjadi pengurus partai disematkan, saya harus berwajah partai. Saya harus berdialog panjang pula soal khittah PII.

Tetapi saya sadar bahwa fase hidup itu menuntut kita mengelola tanggung jawab yang tidak selalu sama, pasti banyak hadapan, tuntutan, dan amanah lain yang menjadi ruang dakwah bagi kita. Sehingga sampai pada titik bahwa memang fasenya beda. Saya sudah tidak lagi menjadi kader PII aktif, sekarang menjadi kader ummat. Saatnya memberi kontribusi pada ummat. Memasuki ruang-ruang dakwah yang lain untuk berkontribusi untuk ummat.

Dan hari ini saya menjadi Sekretaris Umum DPD PKS Kab.Dompu. Sejak disini meski baru dan banyak belajar jati diri sebagai kader PII tidak bisa dilepaskan. Bagi saya cukuplah PII menjadi rumah kita, dimana dahulu kita dididik dan dibesarkan, hingga dewasa sampai hari ini. Dan sekarang saatnya kita berbuat untuk ummat. Memberi yang terbaik hingga PII bangga pernah memiliki kader seperti kita.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun