Para pendiri Partai Keadilan Sejahtera (PKS) diawal kemunculannya tentu telah membaca segala kemungkinan yang akan dihadapi oleh Partai Islam ini dimasa yang akan datang. Sesuatu yang pertama kali dibaca sebagai sebuah keniscayaan adalah transformasi.
Sebagai partai politik, PKS pasti memahami eksistensi partai yang lain yang bisa saja berbeda cara dalam membangun Indonesia tentu melahirkan banyak tantangan baik internal maupun eksternal. Hal ini kemudian dengan segala tantangan perubahan transformasi menjadi suatu hal yang niscaya bagi PKS.
Menurut Ketua MPR RI Hidayat Nur Wahid justru tidak mungkin Islam bisa menghadirkan rahmatan lil alamain kalau penganutnya tidak bisa menghadirkan transformasi.
Untuk itu sejak awal PKS meyakini bahwa ketika pilihannya menjadi partai politik dan itu adalah partai Islam, partai yang rahmatan lil alamin, maka sejak dari itu prinsip transformasi sudah terbawa bersama PKS.
Untuk itu semangat transformasi dan kolaborasi tidak hanya menjadi bekal tetapi juga menjadi batu lompatan kemenangan bagi PKS pada tahun 2024.
Transformasi, tantangan terbesarnya adalah kesiapan PKS untuk bertransisi. Stigma Eksklusif bagi PKS baik sebagai sebuah kenyataan maupun sebagai sebuah anggapan pada akhirnya harus dirubah reputasinya menjadi inklusif.
Transformasi yang paling cepat adalah transformasi digital. Tetapi tema ini sejak awal sudah disiapkan oleh PKS, sehingga dimunculkan misi Good party governance, pada periode M.Sohibul Iman. Muara dari ajakan Ayo Lebih Baik pada masa-masa sebelumnya.
Tantangan terbesar yang utama adalah tantangan internal di tubuh PKS sendiri. Pertanyaan yang menggeliti adalah tentang kesiapan kader PKS untuk memulai sejak dalam pikiran tentang transformasi digital.
Bukti keseriusan DPP PKS dalam menghadapi era digital adalah dengan melakukan banyak inovasi digital.
Menyiapkan pendaftaran anggota melalui E-KTA, sehingga mempermudah siapa saja untuk mendaftar menjadi anggota PKS tanpa harus mendatangi kantor PKS.
Selanjutnya E-BCAD, atau aplikasi yang disiapkan untuk penjaringan Bakal Caleg di PKS. Penjaringan Bakal Caleg di PKS yang dahulunya sangat Panjang alurnya, sekarang dipermudah oleh inovasi E-BCAD sehingga setiap kader bisa langsung menuliskan usulan nama BCAD di aplikasi tersebut.
Selanjutnya E-Perpus, atau perpus digital berbasis aplikasi yang pengelolaannya seperti perpustakan pada umumnya. Dimana didalam aplikasi sudah disiapkan daftar buku yang tersedia berikut statusnya yang masih tersedia maupun yang sudah dipinjam baca oleh pengunjung di aplikasi tersebut.
Selanjutnya E-Arsip, aplikasi surat menyurat PKS yang bisa diakses secara cepat.
Selanjutya adalah E-iuran. Aplikasi yang disediakan untuk pelaporan keuangan dan infaq anggota oleh PKS yang status notifikasinya terhubung ke bendahara disemua jenjang struktur.
Dan bahkan disiapkan satu aplikasi pengaduan utk masyarakat dengan berbasis foto dan menandai lokasi yang butuh dilayani dan diadvokasi oleh pejabat publik PKS.
Ini adalah sederet inovasi yang disiapkan dan harapannya semua kader PKS dimanapun bisa langsung menyesuaikan diri dengan transformasi yang digagas terlebih dahulu oleh pengurus di tingkat pusat.
Kolaborasi itu bekalnya adalah kokoh diri dan luas bergaul. Ini juga tantangan internal yang cukup serius, dimana barangkali masih ada stigma ekslusif tadi. Tetapi diusianya yang mulai beranjak dewasa, PKS berikut kader-kadernya sudah cukup mahfum memposisikan diri.
Kolaborasi ini kunci utama untuk mengantarkan PKS pada cita-cita besarnya. PKS sangat menyadari bahwa visi besar yang hari ini diemban tidak bisa dituntaskan sendiri, harus dengan kerja-kerja kolaborasi antara anggota, struktur partai disemua jenjang, dan anggota dewan sebagai etalase partai, serta dengan pihak luar yang se-visi dalam membangun Idonesia.
Kita boleh beda warna baju tetapi dalam visi kebangsaan dan keummatan kita mesti bergandeng tangan. Kita boleh saja berbeda partai politik dan warna organisasi tetapi dalam visi membangun Indonesia kita harus menghilangkan sekat apapun itu.
Sebagai contoh, Soekarno dan Hatta memiliki ketidaksamaan pemikiran dalam mengelola negara. Mereka sempat berpisah karena perbedaan pandangan politik, tetapi bukan karena masalah pribadi. Hal itu juga tidak sampai membuat hubungan pribadi antar keduanya terganggu, meski suhu politik sedang tinggi ketika itu.
Salah satu bukti yang bisa kita lihat juga adalah ketika Hatta terkena stroke, Soekarno lah yang mendesaknya untuk berobat ke Swedia dengan biaya yang ditanggung oleh negara.
Kita juga tau yang dikatakan oleh Imam Syafi'I "Pendapatku benar, tapi memiliki kemungkinan untuk salah. Sementara pendapat orang lain salah, tapi memiliki kemungkinan untuk benar,".
Tema-tema tentang kebersamaan, dan perpaduan dalam segala aspek kebaikan harus terus dibangun dengan siapapun. Â
Presiden PKS, Ahmad Syaikhu juga menyampaikan tidak hanya kolaborasi dengan semua pihak, tetapi kolaborasi yang mampu menghadirkan solusi. Termasuk menghadirkan banyak kerja pelayanan, pemberdayaan, dan advokasi untuk seluruh masyarakat Indonesia.
Kedua hal ini, transformasi dan kolaborasi tidak hanya mengokohkan PKS sebagai organisasi tetapi juga menegaskan PKS sebagai partai yang selalu hadir untuk melayani dan sebagai partai yang selalu bergandeng tangan dengan semua pihak untuk memberi solusi setiap persoalan bangsa.
Dan seperti orientasi kerja yang ditanamkan oleh PKS kepada semua anggota bahwa ketika kesungguhan kerja pelayanan itu dioptimalkan sejak awal maka kehadiran PKS sebagai alternative yang akan memimpin Indonesia dimasa yang akan datang bukan lagi menjadi hal yang mustahil.[]
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H