Mohon tunggu...
Novaldi ARaska
Novaldi ARaska Mohon Tunggu... Lainnya - Penyembah Tuhan Yang Ahad

Sekadar tulisan penghambaan diri kepada Yang Maha Agung.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Tadabbur Qur'an: Dunia dan Taman Bermain

21 Februari 2021   20:20 Diperbarui: 15 Maret 2021   19:02 421
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ

Pada kesempatan kali ini, mari kita luangkan waktu sedikit untuk merenungkan kembali perihal dunia yang kita jajaki, waktu yang kita lalui, dan kesempatan bernapas yang kita miliki. Apa sebenarnya hakikat hidup di dunia ini? 

Pembahasan ini mungkin akan memakan waktu yang tidak sedikit. Maka dari itu, silahkan tutup kembali jika kebetulan menemukan tulisan ini di waktu yang sempit. Dan dipersilahkan dengan hangat, untuk kembali membukanya di waktu yang luas jika berkenan.

Tadabbur Al-Qur’an Surah Al-Hadid : 20

ٱعْلَمُوٓا۟ أَنَّمَا ٱلْحَيَوٰةُ ٱلدُّنْيَا لَعِبٌ وَلَهْوٌ وَزِينَةٌ وَتَفَاخُرٌۢ بَيْنَكُمْ وَتَكَاثُرٌ فِى ٱلْأَمْوَٰلِ وَٱلْأَوْلَٰدِ ۖ كَمَثَلِ غَيْثٍ أَعْجَبَ ٱلْكُفَّارَ نَبَاتُهُۥ ثُمَّ يَهِيجُ فَتَرَىٰهُ مُصْفَرًّا ثُمَّ يَكُونُ حُطَٰمًا ۖ وَفِى ٱلْءَاخِرَةِ عَذَابٌ شَدِيدٌ وَمَغْفِرَةٌ مِّنَ ٱللَّهِ وَرِضْوَٰنٌ ۚ وَمَا ٱلْحَيَوٰةُ ٱلدُّنْيَآ إِلَّا مَتَٰعُ ٱلْغُرُورِ

Artinya: "Ketahuilah, bahwa sesungguhnya kehidupan dunia ini hanyalah permainan dan suatu yang melalaikan, perhiasan dan bermegah-megah antara kamu serta berbangga-banggaan tentang banyaknya harta dan anak, seperti hujan yang tanam-tanamannya mengagumkan para petani; kemudian tanaman itu menjadi kering dan kamu lihat warnanya kuning kemudian menjadi hancur. Dan di akhirat (nanti) ada azab yang keras dan ampunan dari Allah serta keridhaan-Nya. Dan kehidupan dunia ini tidak lain hanyalah kesenangan yang menipu."

Setiap hendak memejamkan mata barangkali, jam berapapun kita ingin tidur sesuai kebiasaan masing-masing. Atau bahkan ketika menemukan saat yang tepat untuk melarikan diri dari kesibukan. Kita mungkin pernah mengalami hal yang sama, yakni mencoba mencari arti dunia dan kita yang hidup di dalamnya.

Berawal dari sini, pikiran akan terus membawa diri untuk menyelami segala pengalaman masa lalu yang tersimpan di dalam memori kepala. Barangkali dapat temukan jawaban. Ya, kita akan terus seperti itu mungkin hingga kepala merasakan sakit layaknya dihantam benda yang amat keras. Dan, tetap tidak menemukan jawaban.

Bukankah kita adalah makhluk yang sombong? Ya, kita adalah makhluk sombong, yang merasa mampu melakukan segala hal sendirian. Termasuk dalam menemukan jawaban atas persoalan ini. Ini adalah kesalahan yang fatal lagi hina.

Tetapi, biarlah. Kita tinggalkan saja penyesalan atas kebodohan diri sampai disini. Buka kembali mushaf Al-Qur'an, mari bersama-sama kita temukan jawabannya. Dan dari sinilah petualangan kita dimulai.

Pembaca yang semoga selalu Allah limpahkan kebahagiaan.

Di atas telah tersuguh satu ayat beserta terjemahannya. Sebuah ayat yang benar-benar menelanjangi arogansi manusia. Dengan kalimat yang jelas, Allah SWT. menyentil kita:

اعْلَمُوا أَنَّمَا الْحَيَاةُ الدُّنْيَا لَعِبٌ وَلَهْوٌ وَزِينَةٌ وَتَفَاخُرٌ بَيْنَكُمْ وَتَكَاثُرٌ فِي الْأَمْوَالِ وَالْأَوْلَادِ 

"Ketahuilah, bahwa sesungguhnya kehidupan dunia ini hanyalah permainan dan suatu yang melalaikan, perhiasan dan bermegah-megah antara kamu serta berbangga-banggaan tentang banyaknya harta dan anak, seperti hujan yang tanam-tanamannya mengagumkan para petani...."

Dalam penggalan ayat tersebut, Tuhan Yang Maha Mengetahui memberikan analogi yang berkaitan dengan watak manusia. Sebuah watak umum yang terlahir dari nafsu, yang kemudian membentuk keangkuhan.

Sebuah kalimat yang lebih daripada cukup untuk menunjukkan kehinaan manusia. Yang selalu membanggakan kedudukannya, kehormatan, popularitas serta kekayaan yang di dapatkan. Mereka yang terbang terlalu tinggi saat menuai pujian atas karya tulisnya, karya seninya, dan karya manusia bentuk lainnya. Yang bahkan tidak sedikitpun mendekati, apalagi menyamai karya Allah SWT:

Firman Allah SWT. dalam Al-Qur’an Surah Al-Anbiya' ayat 31:

وَجَعَلْنَا فِي الْأَرْضِ رَوَاسِيَ أَنْ تَمِيدَ بِهِمْ وَجَعَلْنَا فِيهَا فِجَاجًا سُبُلًا لَعَلَّهُمْ يَهْتَدُونَ

Artinya: "Dan telah Kami jadikan di bumi ini gunung-gunung yang kokoh supaya bumi itu (tidak) goncang bersama mereka dan telah Kami jadikan (pula) di bumi itu jalan-jalan yang luas, agar mereka mendapat petunjuk."

Lihatlah! Allah menciptakan gunung yang menjulang tinggi dan sangat kokoh! Dan kita, yang hanya sekadar menggubah lagu, bermain peran, mengurus berkas di dalam kantor-kantor kepegawaian, begitu bangga layaknya telah menciptakan matahari!

Padahal tidak ada yang dapat kita lakukan sebagai manusia yang bodoh ini, melainkan atas kehendak Allah SWT. Segala kemegahan dan kesenangan, juga datangnya dari pemberian Allah SWT.

Perhatikan Al-Qur'an Surah An-Nahl ayat 53 berikut ini:

وَمَا بِكُمْ مِنْ نِعْمَةٍ فَمِنَ اللَّهِ

Artinya: "Dan apa saja nikmat yang ada pada kamu, maka dari Allah-lah (datangnya),...."

Masihkah kita bangga dengan semua yang dimiliki di dunia? Jika iya, sekali lagi simak penggalan ayat yang menjadi fokus utama tulisan ini:

اعْلَمُوا أَنَّمَا الْحَيَاةُ الدُّنْيَا لَعِبٌ وَلَهْوٌ

"Ketahuilah, bahwa sesungguhnya kehidupan dunia ini hanyalah permainan dan suatu yang melalaikan,....."

Ya, dunia hanyalah permainan. Kita sedang bermain-main di dunia ini. Dunia tidaklah lebih dari sekadar playgroup belaka. Ada yang diamanahkan Allah tugas menjaga ketertiban, ada yang diamanahkan sebagai tokoh publik dan lain sebagainya. Dengan tetap, diharuskan bertanggung jawab atas segala amal perbuatannya.

Sifat dunia yang murni sementara, hanya sebagai tempat seleksi manusia sebelum memasuki destinasi terakhir, yakni akhirat. Dalam hal ini, Allah memberikan perumpamaan dunia tidak lebih daripada tanaman:

كَمَثَلِ غَيْثٍ أَعْجَبَ الْكُفَّارَ نَبَاتُهُ ثُمَّ يَهِيجُ فَتَرَاهُ مُصْفَرًّا ثُمَّ يَكُونُ حُطَامًا

"......kemudian tanaman itu menjadi kering dan kamu lihat warnanya kuning kemudian menjadi hancur......"

Ini adalah sebuah satire kelas penciptaan yang menakjubkan. Seperti tanaman yang dapat tumbuh hingga puncak keindahan, setelah itu layu dan membusuk, yang kemudian menghilang tanpa bekas.

Masihkah kita terlalu bangga dengan dunia?

وَفِي الْآخِرَةِ عَذَابٌ شَدِيدٌ وَمَغْفِرَةٌ مِنَ اللَّهِ وَرِضْوَانٌ

"......Dan di akhirat (nanti) ada azab yang keras dan ampunan dari Allah serta keridhaan-Nya...."

Silahkan bersenang-senang sepuasnya. Teruslah gaungkan semboyan: "Hidup hanya sekali, mari bersenang-senang sampai mati". Tetapi ingatlah, ada pembalasan atas segala perbuatan.

Firman Allah SWT. dalam Al-Qur'an Surah Az-Zalzalah ayat 7 dan 8:

(فَمَنْ يَعْمَلْ مِثْقَالَ ذَرَّةٍ خَيْرًا يَرَهُ( ٧

(وَمَنْ يَعْمَلْ مِثْقَالَ ذَرَّةٍ شَرًّا يَرَهُ( ٨

Artinya: "(7) Barangsiapa yang mengerjakan kebaikan seberat dzarrahpun, niscaya dia akan melihat (balasan)nya. (8) Dan barangsiapa yang mengerjakan kejahatan sebesar dzarrahpun, niscaya dia akan melihat (balasan)nya pula."

Pembaca yang budiman.

Allah SWT. bahkan harus repot-repot mengingatkan manusia dengan kalimat yang hampir sama di dalam satu ayat yang sama. Tepatnya di penggalan akhir Surah Al-Hadid ayat 20 sebelumnya:

وَمَا الْحَيَاةُ الدُّنْيَا إِلَّا مَتَاعُ الْغُرُورِ

".....Dan kehidupan dunia ini tidak lain hanyalah kesenangan yang menipu."

Dari penggalan di atas, Allah SWT. benar-benar memberikan pemahaman secara jelas, bahwa dunia hanyalah taman bermain yang penuh kepalsuan. Namun, kita masih harus bermain disini dengan sebaik-baiknya.

Ikhtisar

Mari kita jalani amanat sebagai hamba yang telah di anugerahkan oleh Allah SWT. Tetaplah rendah hati, karena pada hakikatnya, kita tidak dapat memiliki apapun di dunia ini melainkan sekadar fasilitas yang di berikan Allah SWT.

Demikian Tadabbur Tafsir Tematik Al-Qur'an Surah Al-Hadid ayat 20 kita cukupkan sampai disini. Mungkin terlalu panjang hingga serasa ingin sesegera mungkin menekan tombol kembali dari tulisan ini. Tetapi, biarpun pembaca tidak sampai pada bagian ini, tetaplah kita berdo'a semoga Allah terus melimpahkan kesadaran penuh sebagai makhluk kepada manusia manapun yang berusaha memegang teguh prinsip penghambaan dirinya.


اهْدِنَا الصِّرَاطَ الْمُسْتَقِيمَ

وَ السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun