Antara Cinta dan Pedih
Karya: Noval Muslim Darazat
Pada sore hari seorang pria muda berjalan menuju lokasi perkampungan kecil untuk tujuan bekerja sebagai pengamat kondisi perairan pada kampung yang bernama kampung rengsek, disuatu perjalanan pria tersebut bertemu dengan gadis yang terlihat amat cantik dengan kulit yang putih, tubuh tinggi, dan memiliki hidung yang mancung. Pria muda pun melonggo melihat gadis itu karena baru pertama kali dia melihat gadis dengan pakaian tradisional ini terlihat molek natural. Tiba-tiba orang tua yang ada disana menutup mata pria dan berkata.
“Heii anak muda lagi liatin siapa hayoo?” tanya bapak tua
“Anu pak” jawabku dengan agak gugup
“Itu kembang kampung lhoo anak muda, hayoo anak muda terpikat sama gadis itu kan?”
“Ahh biasa aja pak lagian dikota jauh lebih banyak model gadis seperti itu”
Pria muda itupun pergi berjalan memasuki gerbang perkampungan rengsek untuk mencari rumah bapak Rw. Pria tersebut bernama Bima Anggara seorang lajang yang bertugas sebagai pekerja survey untuk mendapatkan informasi mengenai kebersihan air yang ada disetiap lokasi pedesaan yang dituju oleh kepala Organisasi Peduli Air Jernih atau OPAJ. Setelah berjalan sekian lama dan bertanya kepada orang-orang disekitar pada akhirnya Bima menemukan rumah Pa Rw Kampung Rengsek. Bima pun mulai mengetuk pintu rumah bapak Rw tersebut.
“Tuk tuk tuk, Assalamualaikum bapak” ucap Bima
“Hmm kemana yah kira-kira bapak Rw ini, padahal sesuai perjanjian dia akan bertemu pada jam 4 sore ini duhh mana jauh lagi”
“Waalaikumsalam!” ucap Pa Rw yang muncul dibelakang Bima
“Lahh pak kaget Saya kirain bapak bakalan tidak ada dirumah”
“haha maaf nak muda bapak tadi abis masukin anak ayam ke kandangnya, ayoo langsung masuk saja”
Bima pun memasuki rumah bapak Rw itu dan ia langsung duduk dikursi yang terbuat dari bambu dan kayu. Disaat Bima sedang mempersiapkan berkas-berkas untuk kegiatan wawancara disisi lain, istri Pak Rw menghampiri kedua orang itu dengan membawa makanan dan minuman untuk dihidangkan. Bima pun langsung bersiap-siap melakukan pembicaraan dengan bapak Rw kampung rengsek tersebut.
“Mohon maaf Pak sebelumnya Saya merepotkan dan mengganggu waktu bapak, perkenalkan nama Saya Bima Anggara perwakilan dari Organisasi Peduli Air Jernih yang bertugas untuk melakukan survey berkenaan dengan kondisi perairan yang ada di kampung Rengsek ini” ucap Bima
“Ohh tidak apa-apa perkenalkan juga nama bapak Umar bapak selaku Rw di kampung Rengsek ini menyambut baik kedatangan ananda karena ada banyak sekali permasalahan yang ada di kampung ini” ucap hangat pak Rw
“Oh sebelumnya pak berkenaan dengan perairan yang ada dikampung ini darimana sumber air yang dipakai oleh masyarakat kampung Rengsek ini?”
“Untuk sumber air disini sebagian masyarakat ada yang menggunakan sumur dan sungai untuk mencuci pakaian. Sedangkan sumber air PDAM belum sampe ke kampung ini karena keterbatan jarak dan medan yang cukup sulit dijangkau, sehingga ya kami hanya mengandalkan kedua sumber ini”
“Bagaimana pak kondisi air yang di kampung Rengsek ini apakah masih jernih”
“Untuk kondisi air disini masih jernih untuk sumber dari sumur sedangkan dari sungai sekarang mengalami perubahan menjadi keruh karena masyarakat sudah mulai membuang sampah sembarangan ke sungai”
“Oh baik pak”
Kegiatan wawancara pun sudah selesai dan Bima pun berusaha untuk memutar otak untuk mencari solusi mengenai masalah yang ada di kampung karena dia ditugaskan selama enam bulan untuk memberikan perubahan pada kampung kecil ini. Ia pun setelah keluar dari rumah Pak Umar berjalan menelusuri kondisi kampung sambil mencari rumah kosong yang direkomendasikan oleh Pa Umar untuk dipakai Bima selama masa pengabdian itu. Setelah mengelilingi cukup lama kondisi lingkungan kampung Rengsek ini Bima pun menemukan rumah kecil yang dituju. Ia pun memasukan kunci dan terbuka lalu dia masuk dan membereskan semua barang-barangnya dirumah itu. Kemudian esok nya dia meminta Pa Umar untuk mengumpulkan masyarakat untuk berkumpul dilapangan voli untuk diadakanya sosialisasi akan pentingya air jernih. Setelah terkumpul Bima pun berjalan dan berdiri didepan masyarakat untuk menyampaikan pidatonya dan maksud tujuan kedatanganya. Pada momen itu Bima menyampaikan akan mengusulkan gerakan jangan membuang sampah sembarangan kepada sungai karena itu bisa mengakibatkan sungai menjadi keruh, kotor dan bisa beresiko banjir karena kondisi geografi kampung ini termasuk dataran rendah. Masyarakat pun antusias akan pidato yang disampaikan oleh Bima. Dan pada keesokan hari nya masyarakat berbondong-bondong membersihkan sungai sampai tak ada sisa sampah sedikitpun. Setelah itu Bima mengajak masyarakat untuk membuat bak sampah dimana nantinya sampah akan dikumpulkan di bak sampah ini dan dibakar Bima menggunakan solusi ini karena kondisi kampung yang sangat jauh dari pusat pengelolaan sampah.
Atas keberhasilan ini Bima merasa bangga sejenak dan untuk merayakan kesuksesan kegiatan masyarakat membuat acara makan bersama dan pada momen ini Bima melihat gadis yang cantik sedang menari-nari layaknya seperti kembang kampung yang dibicarakan banyak orang. Setelah kegiatan selesai Bima pun menanyakan siapa gadis cantik yang menjadi kembang kampung itu kepada Pa Umar. Pa Umar pun menjawab bahwa dia bernama Dwi Laksmi dia selalu menjadi pujaan lelaki kampung ini. Dia anak yatim piatu dan dia hidup sekarang sebagai budak juragan Somad yang sekarang menjadi Kepala Desa.
Disisi lain mata-mata yang melihat kegiatan gerakan masyarakat Rengsek itu kepada juragan Somad. Pak Somad pun setelah mendengar berita tersebut langsung naik pitam dan menampar kedua mata-matanya itu.
“Sial !, Kenapa kalian tidak mencegah perbuatan anak asing itu”
“Sepertinya Pak anak muda itu bukan anak sembarangan karena dia bisa mempengaruhi masyarakat kampung Rengsek untuk membuat gerakan kebersihan itu”
“Ini tidak bisa dibiarkan kalo gini terus Pa Umar akan menjadi sorotan untuk diangkat menjadi Kepala Desa baru dan Saya tidak akan pernah sudi dia menjadi kepala desa, Dia harus menderita dan dia harus menderita tapi tidak apa-apa kini Saya punya rencana baru untuk menjatuhkan reputasi anak muda itu dan Pa Umar Hahahah”
Kemudian setelah beberapa minggu berlalu Bima menikmati kegiatan yang ada dikampung dengan bermain voli dan dia juga tak lupa menerima gaji pertamanya dari pengirim surat yang dititipkan oleh organisasi tersebut. Pada saat menjelang malam Bima pun hendak tidur dan ia melihat ada bayangan yang seperti seorang penyusup masuk rumahnya kemudian Bima pun mencari mereka keluar dan tiba-tiba dia dipukul oleh dua orang sekaligus. Bima pun pingsan dan tiba-tiba dia sedang berada dikamar dan posisinya tidur dengan seorang gadis kembang desa dengan posisi telanjang. Bima pun panik karena dikamarnya sudah ada Pa Umar dan Pa Somad serta tokoh masyarakat lainya.
“Lihat Pak Somad perbuatan anak muda ini baru dua minggu merasa paling pahlawan bisa seenaknya berbuat zina” ucap Pa Somad
“Itu tidak benar Aku semalam dipukul oleh dua orang penyusup !” ucap Bima
“Dwi kenapa kamu bisa ada disini” tanya Bima
Dwi Laksmi pun hanya bisa menangis karena trauma akan kejadian ini, Bima pun memaksa Dwi Laksmi untuk membela bahwa mereka berdua tidak bersalah mereka berdua hanya dijebak.
“Sudah sudah bukti sudah jelas saksi sudah banyak sekarang kita nikah paksakan saja dan asingkan kedua orang pencemar kampung Rengsek ini” Ucap Pa Somad
“Setuju !!” teriakan masyarakat
“Pa Somad percaya sama Saya pak, Saya tidak mungkin melakukan ini ! ini Fitnah !”
“Ayo bawa mereka berdua” Ucap Pa Somad
Para warga pun membawa Bima dan Dwi untuk segera di olok-olok keliling wilayah kampung untuk dipermalukan, Dwi pun hanya bisa menangis dan Bima hanya bisa diam menerima musibah berat yang diterima oleh dirinya. Setelah dikelilingi mereka berdua pun dipaksa nikah agama secara terpaksa dan di usir dari kampung ini.
“Aku hendak dibawa kemana Bima” tanya Dwi dengan penuh tangisan
“Aku tidak tau hendak berjalan kemana Dwi” ucap Bima dengan penuh amarah
Kedua pasangan itu pun berjalan tanpa arah meninggalkan perkampungan penuh dengan duka dan tangisan. Kemudian mereka berdua bertemu dengan kakek dan nenek yang ternyata ialah Kakek dan Nenek keluarga Dwi Laksmi. Dwi pun memeluk neneknya dengan penuh tangisan dan ia mengetahui bahwa selama ini Dwi dipungut oleh Juragan Somad karena ayah dan ibunya tidak sanggup membayar hutang. Mereka berdua pun diajak kakek dan nenek Dwi untuk tinggal di rumahnya yang berada di kampung yang berbeda yakni Kampung Dago setelah sesampai rumah sang nenek Dwi pun mengurung diri dan menangis atas penderitaan yang baru saja terjadi. Bima pun menjelaskan atas apa yang sudah terjadi pada mereka berdua. Kakek Dwi sendiri bernama Surto sedangkan nenek nya bernama Inem mereka bertiga pun mengobrol akan permasalahan yang terjadi saat ini pada Bima dan Dwi.
“Sungguh biadab perbuatan si Somad sudah dia sudah mengambil cucuku dan sekarang memfitnah mengawini cucuku secara paksa” ucap Kakek Surto
“Sudah nak Kamu tidak usah khawatir kamu pergi saja dari kampung sini biar Dwi yang kami urus karena dia cucuk kami yang sudah lama direnggut oleh Somad” ucap Nenek Inem.
Seketika hati Bima iba dan kasihan melihat nasib kedua orang yang sudah tua ini dan rasa simpati dan empatinya mulai muncul untuk tetap bertanggung jawab meskipun ini bukan sepenuhnya kesalahan Bima.
“Tidak apa-apa Kek, Nek Aku akan tetap bertanggung jawab menemani Dwi karena ikatan pernikahan itu sudah terlanjur terjalin dan Aku juga akan membereskan masalah kami dengan mencari dalang dari semua ini !”
Bima pun mengetuk pintu Dwi untuk mengantarkanya makanan dan minuman karena sudah satu hari Dwi belum makan sejak kejadian kemarin. Dwi pun membukakan pintu secara perlahan kemudian Bima pun masuk kedalam kamar Dwi dengan perlahan dan duduk disamping Dwi.
“Sudah Dwi Kamu jangan sedih berlarut-larut ini bukan salah kita berdua, sekarang saatnya Kamu makan kalo Kamu tidak makan nanti kamu jatuh sakit, percayalah sama Aku bahwa aku akan menemani kamu” ucap Bima
“Maafkan aku Bima aku belum dengan pernikahan ini Aku belum siap menjadi Istri kmu Bima, aku tidak bisa menerima kenyataan ini begitu saja” ucap Dwi penuh dengan tangisan
“Tidak apa-apa Dwi aku tau kamu menderita tapi biarkan aku menjalankan kewajibanku sebagai Suami untuk melindungimu dan menjagamu biarkan aku menyuapi mu karena kamu harus makan demi kesehatanmu” ucap Bima penuh dengan bujukan
Bima pun menyuapi bubur yang sudah dia buat untuk Dwi dengan pelan sambil menatap raut muka Dwi yang kecantikanya mulai luntur dengan tangisan dan derita. Setelah menyuapi makanan dan memberi minum. Bima dengan reflek mengusap air mata yang jatuh dari bola mata kemband kampung itu dan memberikan senyuman kepada Dwi agar tidak berlarut-larut dalam kesedihan. Setelah itu malam pun tiba Bima yang lelah karena hari ini Dia membantu Kakek Surto untuk mencari kayu di hutan, mulai ganti baju dan memasuki kamar untuk melihat kondisi Dwi yang sudah tidur dengan nyenyak. Bima pun tidur disamping Dwi dan seketika Dwi memeluk Bima dengan tidak sadar dan Bima menerima pelukan itu dengan tabah.
Ayam pun berkokok dan Dwi bangun lebih awal ia bangun dengan posisi memeluk Bima dan ia malu karena perbuatanya tanpa dia sadar. Dia pun bangun dan membantu Neneknya untuk menyiapkan makanan untuk sarapan. Setelah itu Dwi membangunkan Bima secara pelan-pelan dan Bima pun terbangun dengan terkejut Dwi pun mengajak Bima untuk sarapan. Setelah sarapan bersama kelaurga baru nya Bima pun izin untuk pergi menuju rumah Rw kampung Dago untuk meminta bantuan akan masalah yang terjadi dan setelah berjalan cukup lama dia akhirnya bertemu dirumahnya dan membicarakan permasalahan yang terjadi kepada Rw kampung Dago yang bernama Pak Suryono. Pak Suryono pun menceritakan bahwa dalang dari semua ini ialah Somad karena dia sudah menyuruh anak buahnya untuk memfitnah Bima dan Dwi. Dwi sendiri dipaksa untuk menuruti kemauan Somad ikut andil dalam kejadian itu karena dia sudah menjadi budak Somad sejak kecil.
“Biadab aku harus mencari anak buah itu untuk memberikan pelajaran” ucap Bima
“Sabar Bima sebaiknya kita menyusun strategi yang matang untuk meruntuhkan Somad karena dia licik. Ucap pak Suryono
“Lalu bagaimana caranya?” tanya Bima
“Kita harus mengumpulkan bukti yang kuat untuk menjatuhkan Si Somad itu dan aku tau caranya”
Setelah kejadian itupun Bima dan Pak Suryono menyelinap memasuki rumah Pak Somad kemudian mereka berdua menggeledah dan mengambil beberapa surat sebagai bukti bahwa Pa Somad sudah beberapa kali melakukan kegiatan Korupsi disisi lain Bima mendengar suara Pa Somad yang sedang mengobrol dengan anak buahnya yang menjadi mata-mata dia pun mendekati dan merekam kegiatan tersebut disana Pa Somad sedang berpesta dengan perempuan merayakan kemenanganya karena setelah mengancurkan reputasi kampung Rengsek dengan memfitnah Bima dan Dwi maka reputasi Pa Umar sebagai Rw akan turun karena tidak bisa menjaga nama baik kampung. Dengan cara itu maka tidak ada lagi yang akan bersaing menyaingi Pa Somad pada pemilihan Kepala Desa bulan depan.
Setelah berhasil merekam dan mengumpulkan bukti Bima pun mengimkan surat kepada polisi melalui Pos Surat yang ada dikampung untuk datang ke kampung Rengsek esok hari. Malam harinya Bima mencari mata-mata Pa Somad dengan menyeludup lalu Bima memberikan obat pingsan yang dikasih oleh Pa Suryono dan mengikat kedua mata-mata itu di tiang tengah lapangan kampung Rengsek.
Pada hari Jum’at pukul 08.00 pagi Bima pun berdiri dengan beberapa polisi dibelakangnya para warga pun berkumpul pada hari itu bima mulai bersiap-siap untuk melakukan pembelaan.
“Wahai masyaraat kampung Rengsek aku kembali untuk menuntut keadilan kepada kalian” ucap Bima
“Hei tukang zina kamu tidak punya masih kembali ke kampung Rengsek atas pencemaran yang sudah kamu lakukan” Teriak Pa Somad
“Aku disini tidak merasa malu dan bersalah karena aku tidak melakukan zina, justru pelaku zina dan perampas uang rakyat ialah orang yang telah memfitnahku dialah Pak Somad” ucap Bima
Pak Somad seketika mulai kaget dan panik dengan perkataan Bima
“Aku bicara disini bukan sekedar omong kosong dan disini aku punya banyak bukti ini dia rekaman yang aku rekam, ini surat tranksaksi dan ini kedua orang mata-mata yang disuruh Pak Somad untuk memfitnahku agar apa? Agar semata-mata kampung Rengsek ini tidak maju dan Pa Umar tidak menjadi Naik menjadi calon Kepala Desa bulan depan. Atas kepentingan politik dia melakukan semua kebiadaban ini. Silahkkan cek bukti dan introgasi Pak polisi. Ucap Bima dengan penuh amarah.
Polisi pun mengecek dan mengintrogasi bukti-bukti dan bukti tersebut valid dengan di introgasinya dua mata-mata Pa Somad. Atas semua bukti tersebut Pa Somad mencoba lari dan Polisi mengejar dengan melayangkan beberapa tembakan. Para warga pun meminta maaf kepada Bima dan ia pun diterima lagi di kampung Rengsek dengan Dwi.
Setelah itu beberapa berlalu hari senin pagi Bima sudah saatnya untuk pulang ke kota karena tugasnya sudah berakhir atas bapak Umar pun memeluk erat dan berterima kasih atas perjuangan memperbaiki nama baik kampung Rengsek karena kedatangan Bima kampung rengsek ini bisa menjadi maju dan bersih dan berkat jasanya Pa Umar pun di angkat menjadi Kepala Desa karena bisa dipercaya untuk memberikan perubahan dan tanggung jawab. Masyarakat kampung pun sedih akan kepergian Bima anak-anak kecil, ibu-ibu mulai memeluk penuh dengan tangisan akan kepergian sosok pahlawan yang berjuangan untuk mereka. Setelah berpisah dengan masyarakat kampung iapun menemui rumah kakek Suryono untuk meminta pamit.
“Kakek Nenek dimana Dwi?” tanya Bima
“Dia mengurung diri dikamar nya” ucap nenek
Bima pun berjalan menuju kamar Dwi dan seperti biasa mengetuk dan berbicara dibalik pintu
“Dwi aku mau pamit pulang ke kota apakah kamu mau ikut dengan ku?”
“Baik lah jika kamu tidak mau ikut tidak apa-apa nanti sebulan sekali aku akan pulang menemui mu, kamu tenang saja aku akan kembali padamu aku menyayangimu Dwi”
Bima pun berjalan keluar halaman untuk pergi dan tiba-tiba Dwi keluar kamar dan berlari lalu memeluk erat tubuh Bima dari belakang.
“Atas apa yang sudah kamu perjuangkan secepat inikah kamu meninggalkan aku, Aku sudah cukup menderita disini aku tidak mau kehilangan harapan dan cahaya hidupku, aku ingin ikut bersamau Bima” ucap Dwi dengan penuh tangisan.
Tamat
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H