“Ini Tino”
Tino dan Ravi pun selamat dalam kejadian ini. Kami pun melakukan istirahat dan dan mengobati luka goresan yang ada pada tubuh Aku dan Tino. Aku pun merasa ada yang aneh dengan wilayah gunung panca rawa ini dimana tanah yang ada disini sangat rapuh. Karena waktu sudah mulai gelap akupun bersiap mendirikan sebuah tenda sekaligus membuat tulisan hasil perjalananku mendaki tempat yang misterius ini. Setelah tenda dipasang aku dan rekan ku pun memasak masakan untuk kami makan dimalam ini lalu kemudian kami tertidur pada malam yang melelahkan ini. Keesokan harinya matahari pun mulai terlihat terang menyoroti mataku aku berusaha untuk bangun dari tidur ku dan membangunkan rekan ku dan aku melihat Tino tidak ada ditenda tempat tidur kami bertiga akupun membangunkan Ravi dan menanyakan kemanan menghilangnya Tino.
“Ravi kamu tau gak Tino kemanan kok dia tidak ada di tenda” tanyaku
“Lah bukanya dia semalam tidur bersama kita?”
“Yaa tuhan ayoo kita mencari Tino!” Akupun bergegas membereskan tenda dan pergi bersama Ravi untuk mencari Tino. Kami berjalan menggunakan jalur kanan dan diperjalanan kami melihat tanda-tanda aneh seperti bekasan kain baju yang sepertinya itu milik Tino kemudian kami melihat beberapa orang membawa tombak tidak memakai baju berjalan bergerombol Aku dan Ravi pun bersembunyi dan mengikuti mereka pergi kemana. Setelah sekian lama kami mengikuti mereka kami melihat Tino sedang disekap dan hendak dibunuh oleh mereka. Aku dan Ravi pun mencari cara agar bisa menyelenap masuk kawasan rumah orang-orang sepertinya mereka adalah suku pedalaman penghuni gunung ini.
“Ravi bagaimana kalo kita memancing mereka dengan melempar batu lalu kita berusaha melepaskan Tino”
“Ide bagus fan, kebetulan aku membawa petasan yang tadinya untuk menjahili Tino mungkin ini berguna untuk melawan mereka”
“Okeh”
Aku pun berusaha melempar batu secara sembunyi dan hasilnya para suku pedalaman tersebut terkecoh dan pergi mencari sumber lemparan tersebut. Aku dan Ravi pun melepaskan Tino yang sudah terlihat lelah dan lesu kemudian kami pun bergegas pergi meninggalkan kawasan para suku pedalaman. Diperjalanan pulang kami sungguh waspada akan kehadiran para suku pedalaman tersebut karena orang-orang suku pedalaman tentu lebih lihai dalam urusan mencari mangsa kawasan hutan belantara ini. Kami pun berusaha lari dan sampai di rawa ke satu kemudian munculah tombak yang menancap di depan kami. Aku pun berusaha secepatnya lari menuju jalur sungai untuk segera sampai pada Pos satu namun orang-orang suku mulai mengejar dengan beringas akupun lupa akan petasan yang di miliki oleh Ravi.
“Ravi keluarkan petasanmu aku akan nyalakan !” tanyaku
“Ini Fan !” Aku pun menyalakan petasan itu