Mohon tunggu...
nova arninazira8104
nova arninazira8104 Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

I like eating snacks and walking

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Teori belajar sosial Albert bandura

19 Januari 2025   22:17 Diperbarui: 19 Januari 2025   22:17 16
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

PENDAHULUAN 

Teori Pembelajaran Sosial Albert Bandura

Apa itu Teori Pembelajaran Sosial?

SLT sering digambarkan sebagai 'jembatan' antara teori pembelajaran tradisional ( behaviorisme) dan pendekatan kognitif. Hal ini karena pendekatan ini berfokus pada bagaimana faktor mental (kognitif) terlibat dalam pembelajaran.

Tidak seperti Skinner, Bandura (1977) percaya bahwa manusia adalah pemroses informasi aktif dan memikirkan hubungan antara perilaku mereka dan konsekuensinya.

Teori pembelajaran sosial Albert Bandura menyatakan bahwa orang mempelajari perilaku baru dengan mengamati dan meniru orang lain.

Teori ini menekankan pentingnya pembelajaran observasional, di mana individu memperoleh pengetahuan, keterampilan, sikap, dan keyakinan dengan mengamati tindakan orang lain dan konsekuensi yang mengikutinya, yang mengarah pada pemodelan dan adopsi perilaku yang diamati.

Asumsi

Teori pembelajaran sosial, yang dikemukakan oleh Albert Bandura, menekankan pentingnya mengamati, memodelkan, dan meniru perilaku, sikap, dan reaksi emosional orang lain.

Teori pembelajaran sosial mempertimbangkan bagaimana faktor lingkungan dan kognitif berinteraksi untuk memengaruhi pembelajaran dan perilaku manusia.

Dalam teori pembelajaran sosial, Albert Bandura (1977) setuju dengan teori pembelajaran behavioris tentang pengkondisian klasik dan pengkondisian operan . Namun, ia menambahkan dua gagasan penting:

Proses mediasi terjadi antara stimulus & respon.

Perilaku dipelajari dari lingkungan melalui proses pembelajaran observasional.

Proses Mediasi

Pembelajaran observasional tidak dapat terjadi kecuali proses kognitif sedang bekerja. Faktor-faktor mental ini memediasi (yakni, campur tangan) dalam proses pembelajaran untuk menentukan apakah respons baru diperoleh.

Oleh karena itu, individu tidak secara otomatis mengamati perilaku model dan menirunya. Ada beberapa pemikiran sebelum meniru, dan pertimbangan ini disebut proses mediasi.

Hal ini terjadi antara mengamati perilaku (stimulus) dan menirunya atau tidak (respons).

Teori Pembelajaran Sosial Proses Mediasi

Ada empat proses mediasi yang diusulkan oleh Bandura (1969, 1971, 1977). Masing-masing komponen ini penting dalam menentukan apakah imitasi terjadi setelah terpapar model atau tidak:

Berlangganan Simply Psychology

Dapatkan pembaruan mengenai postingan terkini dan lainnya langsung di kotak masuk Anda.

1. Perhatian

Proses perhatian sangat penting karena sekadar paparan terhadap suatu model tidak menjamin bahwa pengamat akan memperhatikan (Bandura, 1972).

Model harus menarik perhatian pengamat, dan pengamat harus menganggap perilaku model layak ditiru. Hal ini menentukan apakah perilaku tersebut akan dimodelkan.

Individu perlu memperhatikan perilaku dan konsekuensinya dan membentuk representasi mental tentang perilaku tersebut.

Agar suatu perilaku dapat ditiru, perilaku tersebut harus menarik perhatian kita. Kita mengamati banyak perilaku setiap hari, dan banyak di antaranya yang tidak penting. Oleh karena itu, perhatian sangat penting untuk mengetahui apakah suatu perilaku memengaruhi orang lain untuk menirunya.

2. Retensi

Bandura menyoroti proses retensi dalam imitasi, di mana individu secara simbolis menyimpan perilaku model dalam pikiran mereka.

Agar imitasi berhasil, pengamat harus menyimpan perilaku ini dalam bentuk simbolik, secara aktif mengaturnya ke dalam templat yang mudah diingat (Bandura, 1972).

Seberapa baik perilaku tersebut diingat. Perilaku tersebut mungkin diperhatikan, tetapi tidak selalu diingat, yang jelas mencegah peniruan.

Oleh karena itu, penting untuk membentuk memori tentang perilaku tersebut untuk dilakukan kemudian oleh pengamat.

Sebagian besar pembelajaran sosial tidak langsung terjadi, jadi proses ini sangat penting dalam kasus tersebut. Bahkan jika perilaku tersebut muncul kembali segera setelah melihatnya, perlu ada memori yang dapat dijadikan acuan.

3. Reproduksi Motorik

Ini adalah kemampuan untuk melakukan perilaku yang baru saja ditunjukkan oleh model. Kita melihat banyak perilaku setiap hari yang ingin kita tiru, tetapi ini tidak selalu memungkinkan.

Kemampuan fisik kita membatasi kita, jadi meskipun kita ingin meniru perilaku tersebut, terkadang kita tidak bisa.

Hal ini memengaruhi keputusan kita untuk mencoba dan menirunya atau tidak. Bayangkan skenario seorang wanita berusia 90 tahun yang kesulitan berjalan sambil menonton Dancing on Ice.

Dia mungkin menghargai bahwa keterampilan itu diinginkan, tetapi dia tidak akan mencoba menirunya karena dia secara fisik tidak dapat melakukannya.

Proses reproduksi motorik menggunakan gambaran simbolik internal dari perilaku yang diamati untuk memandu tindakan (Bandura, 1972). Seorang pengamat secara internal meniru suatu perilaku menggunakan simbol-simbol ini sebagai referensi, meskipun tidak ditunjukkan secara eksternal (Manz & Sims, 1981).

4. Motivasi

Terakhir, proses motivasi dan penguatan merujuk pada konsekuensi baik atau buruk yang dirasakan akibat meniru tindakan model, yang cenderung menambah atau mengurangi kemungkinan peniruan.

Keinginan untuk melakukan perilaku. Pengamat akan mempertimbangkan ganjaran dan hukuman yang mengikuti perilaku tersebut.

Jika imbalan yang dirasakan lebih besar daripada kerugian yang dirasakan (jika ada), pengamat cenderung akan meniru perilaku tersebut.

Jika penguatan tidak langsung tidak penting bagi pengamat, mereka tidak akan meniru perilaku tersebut.

Apa itu Pembelajaran Observasional?

Pembelajaran observasional merupakan aspek kunci dari teori pembelajaran sosial, di mana individu belajar dan mengadopsi perilaku dengan mengamati orang lain.

Proses ini sering kali melibatkan pemodelan dari orang-orang yang serupa, berstatus tinggi, berpengetahuan, diberi penghargaan, atau menjadi figur yang kita dukung dalam hidup kita.

Anak-anak mengamati orang-orang di sekitar mereka berperilaku dengan berbagai cara. Hal ini diilustrasikan dalam eksperimen boneka Bobo yang terkenal (Bandura, 1961).

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun