Sistem panopticon memiliki tiga keunggulan (M Foucault, 1975: 238-9). Pertama, ini mengurangi penggunaan kekuatan atau disiplin dari sudut pandang ekonomi. Kedua, dari sudut pandang politik, itu adalah bentuk kontrol yang tidak terlihat yang mencegah perlawanan. Dampak dari kekuatan sosial ini sangat kuat dan berjangkauan luas, dengan sedikit risiko kegagalan. Ketiga, memaksimalkan kegunaan alat pedagogik dengan penekanan pada memaksimalkan peran elemen sistem. Â
Sistem Panopticon mengilhami sistem hukuman lebih tentang kompensasi daripada balas dendam. Dengan cara ini hukuman diubah menjadi koreksi, kompensasi atau perbaikan. Model ini diimplementasikan di Akademi Teknik Mesin Industri (ATMI) di Solo. Antara 0 dan 15 menit terlambat, siswa harus bekerja 30 menit produksi lembur. Jika dia terlambat 15-30 menit, dia harus mengganti satu jam lembur;Â
Jika dia terlambat lebih dari 30 menit, dia harus mengganti keterlambatan ganda dengan pekerjaan. Berdasarkan internalisasi kepemimpinan, proses pendisiplinan berlangsung, hukuman tidak pendendam (dendam), tetapi benar dan restoratif, sehingga lebih produktif (meningkatkan keterampilan siswa dan bermanfaat bagi lembaga pendidikan).
Kelebihan dari model pendisiplinan ini adalah, pertama, tidak menimbulkan kekesalan karena pemidanaannya bukan mengenai hal lain. Senior, dosen atau administrator tidak akan dikenakan sanksi. Hal ini menghindari proses pewarisan kekerasan atau pelembagaan kekerasan. Kedua, ada hukuman atas kesalahan atau pelanggaran (setiap kesalahan mengandung resiko dan tanggung jawab). Oleh karena itu, persyaratan tanggung jawab menjadi bagian dari persyaratan fungsional dan produktivitas sistem (di mana siswa terlibat).Â
Mahasiswa mengetahui aspek pedagogis hukum. Penegakan hukuman justru meningkatkan keterampilan dan kemampuan siswa. Efek disinsentif tetap berupa persyaratan lembur. Ketiga, internalisasi kontrol. kesadaran tertanam, Kesalahan membawa risiko dan tanggung jawab. Efektifitas (efek jera, lebih disiplin) tidak terletak pada kerasnya atau beratnya hukuman, tetapi pada persuasif keyakinan, sehingga kontrol terinternalisasi.
Sistem panoptik membantu membuat hukuman tidak terlihat dan tidak memihak. Ini menghilangkan hukuman di depan umum dan mencegah agresi dari atasan, supervisor, dosen atau manajer. Dia juga melonggarkan sistem hukuman kerusakan tubuh. Kekuasaan atau kontrol juga diberdayakan tanpa kehadiran fisik atau tampilan kekuasaan.
Suasana ketakutan berubah menjadi kompetisi dan kerja sama. Energi mahasiswa diarahkan pada kepekaan dan kepedulian terhadap masalah-masalah masyarakat (sensitivitas terhadap ketidakadilan, penderitaan dan kebutuhan masyarakat). Jangan biarkan mereka mengasingkan Anda dari gaya hidup masyarakat miskin, tapi rasakan masalah mereka. Ketertarikan pada pemahaman kritis tentang berbagai perubahan sosial mungkin muncul.Â
Oleh karena itu diperlukan pelatihan untuk meningkatkan kemampuan mengorganisasikan pengalaman dalam suatu konsep yang sistematis, yaitu. H. kemampuan merumuskan (mendefinisikan, mengklasifikasikan, memprioritaskan) masalah. Orientasi tidak lagi berarti ketaatan dan ketakutan, tetapi pengembangan kesadaran kritis. Sikap kritis melatih perbedaan antara fakta, norma dan penilaian serta penuh perhatian ketika menemukan simpul-simpul perubahan yang biasa terjadi.
Â
b. Kejahatan structural Giddens Anthony
Sosialisme dan kapitalisme telah gagal sebagai referensi ideologis karena tidak memuaskan dalam menerapkan sistem sosial. Karena kegagalan itu, kedua ideologi itu pantas disingkirkan dari arena sosial, ekonomi, dan politik. Dunia membutuhkan ideologi dengan semangat baru, nafas baru, ajaran baru dan pemahaman baru tentang kehidupan yang menekankan nilai-nilai kemanusiaan. Pada masa awalnya, sosialisme dan kapitalisme seolah mampu menyelesaikan berbagai masalah di dunia, namun pada kenyataannya tidak bisa bekerja sendiri.
Jawaban Giddens terhadap modernitas mengajak banyak pihak untuk meredefinisi tugas dan visi manusia dalam menghadapi perubahan dan permasalahan progresif yang tampaknya tak terkendali di dunia. Giddens menawarkan upaya kreatif untuk meredakan ketegangan antara ideologi kiri dan kanan sambil melupakan kecenderungan untuk mempertahankan kebenaran masing-masing ideologi. Yang terpenting adalah mencari solusi untuk menciptakan tatanan dunia baru yang lebih manusiawi (Giddens, 1998). Â
Bagian yang paling menarik dari pemikiran Giddens dalam membaca Realitas Sosial adalah upayanya untuk menciptakan ruang dialog dengan menawarkan ide-ide yang memperkaya, bukan sekedar menolak atau menerima ide-ide yang sudah ada. Giddens membahas dalam berbagai bukunya, mencari dan menemukan sintesa dari realitas globalisasi. Globalisasi harus dikritik karena efek negatifnya, tetapi kami tidak menerima globalisasi apa adanya. Fokus pemikiran seseorang harus bersedia mencari cara terbaik agar tidak terjebak dalam fanatisme ideologi, dan terus mencari solusi alternatif untuk setiap kebuntuan (Giddens, 1998).
Masalah dunia tidak bisa diselesaikan hanya dengan membela kebenaran ideologi sayap kanan atau sayap kiri. Kita harus mampu mengatur kehidupan masyarakat secara elegan, menemukan titik temu dalam berbagai ketidaksepakatan untuk mengembangkan ide-ide baru, orisinal, dan konstruktif. Diasumsikan bahwa ideologi kanan atau kiri saja tidak dapat menganalisis dan menyentuh akar permasalahan sosial, seperti: Kerusakan lingkungan, migrasi sosial, homoseksualitas, keharmonisan keluarga dan masalah lainnya karena membutuhkan kerjasama antara berbagai pihak (Giddens, 1998). Â