Mohon tunggu...
Naurah Nazhifah Azzahra
Naurah Nazhifah Azzahra Mohon Tunggu... Jurnalis - @nouranazhif

A human who learning to be human and humanize human.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Perihal di Balik Setiap Nama

12 Juli 2020   03:59 Diperbarui: 12 Juli 2020   04:50 169
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Di sudut hari yang lain, kita mungkin akan bertanya pada diri sendiri, tentang tujuan dilahirkannya kita ke dunia. Apakah sistematika menjadi Khalifah di Bumi adalah sama pada setiap orangnya? 

Meskipun kita menyadari betapa banyak Ilmuwan, Cendekiawan, dan Filsuf dari Timur dan Barat yang berusaha mengklasifikasikan manusia bahkan makhluk hidup dari berbagai sisi. 

Rerata mendasarkan pengklasifikasianya pada kemampuan makhluk hidup terhadap sesuatu, atau dari faktor biologisnya. Benang merahnya mungkin pada apa yang dapat dipengaruhi oleh lingkungan dan apa yang merupakan hal genetik.

Lahirnya manusia ke dunia tentu karena suatu alasan. Bagi Umat beragama konservatif, pasti akan mengarahkan alasan tersebut dengan Surah Al-Baqarah ayat 30. Yap, beribadah!

Manusia dalam perjalanannya akan mendefinisikan makna dari kehadirannya di dunia, cepat atau lambat. Untuk itulah Rasulullah saw dalam beberapa haditsnya menitipkan pesan agar sebagai Orang Tua, sedikitnya dapat mengajarkan pada anak-anak berbagai hal tentang dasar-dasar tauhid hingga akhlak. Ibaratnya, mengajari ketika dewasa seperti melukis di atas pasir, sedang mengajari anak kecil seperti mengukir di atas batu.

Beberapa hari lalu saya ditanyai oleh seorang teman yang sepertinya sedang menyusun banyak rencana untuk masa depannya. Dia mengonfirmasi ulang tentang nama anak yang akan dilahirkannya kelak dari segi artinya, kurang lebih bunyinya begini:

"Naurah, aku pakai namamu untuk nama anakku, ya. Naurah Aulia Nazhifah." Ucapnya buru-buru.

Menyoal hal tersebut, karena ini bukanlah kali pertama saya ditanyai soal nama, setiap kali perkenalan, guru agama saya selalu menanyai tentang arti dari nama saya sendiri. 

Pernah suatu kali saya bertanya pada Abi (ayah) saya, katanya Naurah berarti Bunga, Nazhifah berarti bersih, dan Azzahra berarti bercahaya. Ringkasnya: Bunga yang bersih dan bercahaya.

Nama, bagi saya dan mungkin kebanyakan orang adalah doa. Layaknya doa, tidak melulu manusia memanjatkan doa hariannya dengan bahasa Arab. 

Setiap manusia yang dipilih menjadi Orang Tua pasti memiliki cara tersendiri untuk mendoakan buah hatinya. Maka kita mengenal banyak nama saudara atau teman-teman kita yang menggunakan bahasa Jawa seperti Trisna yang berarti cinta, atau bahasa Latin seperti Oryza Sativa yang berarti beras, kebutuhan, bermanfaat. Bagaimanapun, manusia lain di luar otoritas pemberi nama hanyalah penafsir.

Naurah yang saya kutip dari berbagai situs memang berasal dari bahasa Arab, Nauroh yang berarti keindahan. Interpretasi dari kata indah banyak sekali, hanya saja Abi mengartikannya sebagai 'bunga'. Pun dengan Nazhifah yang berarti bersih, sudah lazim kata ini disebutkan dalam beberapa hadits bahkan percakapan sehari-hari.

Saya bukan ahli bahasa, namun ranah historis lebih mudah untuk ditelusuri dengan kemudahan akses di zaman digital ini. Fokus pada kata Azzahra, saya menemukan sebuah daerah di Cordoba Selatan, daerah Andalusia yang sekarang bernama Spanyol, ialah Medina Azzahra, beberapa orang menyebutnya Azahara.

Ia adalah pusat pemerintahan Khalifah Abdurrahman III yang merupakan keturunan kesekian dari Thariq bin Ziyad. Kota Azzahra ini menjadi pusat kejayaan Islam di Andalus sejak memisahkan diri dari keagungan Kekhilafahan Abbasiyah saat itu. 

Lahir pada zaman keemasan, Abdurrahman III yang memang unggul dari segi Laqab, Nisbah dan Kunniyah dibanding 8 saudaranya berhasil menyulap kota ini menjadi kota yang dipenuhi emas dan marmer di berbagai sudutnya, sehingga pantulan cahaya matahari pada siang hari begitu terlihat dari luar kota  ini. Tepatnya, kota Azzahra ini disebut dengan Kota yang Bercahaya.

Terlepas dari makna harfiah 'cahaya', kota ini juga dikenal dengan kadar toleransinya yang begitu khas. Ibu dari Khalifah Abdurrahman III diperkirakan bernama asli Maria yang merupakan puteri dari Raja Byzantium, menjadi tawanan perang beberapa waktu sebelum akhirnya dipersunting oleh Abdullah, ayah sang Khalifah. Maka banyak dari penduduk di wilayah tersebut yang beragama Yahudi, Nasrani, dan juga tentunya Islam.

Seperti peradaban dunia lainnya, kota ini runtuh ketika sekumpulan Bar-bar menyerang. Cukup singkat jika dihitung dari masa berjayanya. Mungkin hikmah lain yang bisa kita ambil adalah; segala perubahan yang dilakukan dengan cepat, bisa jadi akan runtuh dengan cepat pula. 

Proses yang panjang dari kejayaan dinasti Abbasiyah dan Umayyah bukanlah dibangun atas pikiran dan cara yang pragmatis. Ia adalah hasil dari perjuangan dan kesabaran berbagai elemen yang bahkan mungkin di antaranya tidak merasai keberhasilan tersebut karena Allah memang tidak berkehendak.

Di sisi lain pula, Kota Bercahaya tersebut mengajarkan kita, Umat Islam, untuk bergegas dalam menunaikan kewajiban, tanpa melupakan hal-hal kecil lain yang bisa saja luput dari pemikiran kita. 

Militer, telekomunikasi, keilmuan, dan segala macamnya merupakan hal-hal krusial yang begitu dinamis. Perlu ketahanan untuk memahaminya, bahkan mengaturnya.

Memimpin, bagaimanapun adalah niscayanya perjalanan hidup manusia. Apakah ia akan dipimpin oleh yang lain, atau oleh dirinya sendiri, juga sampai mana batas manusia dalam memimpin?

Agaknya pertanyaan ini menjadi cermin bagi kita. Siapapun kita memang ditugaskan menjadi Khalifah yang beriman dan beramal, untuk diri sendiri maupun orang lain. 

Terlepas dari itu semua, kita juga dihadapkan pada penyataan kita sendiri; bahwa nama bukan hanya sarana yang digunakan untuk mendaftarkan diri saat masuk kuliah, membuat kartu identitas, atau yang lainnya. 

Tapi ia adalah doa, yang mengalir pada darah kita setiap harinya, pun detiknya tak luput. Doa dari orang tua atau siapapun itu, yang mereka inginkan kita selalu dalam lindungan-Nya dan senantiasa hadir menjadi penyejuk hati mereka.

Dari nama itulah, kita bisa menginterpretasikan jalan baik mana yang akan kita ambil. Dari nama itulah, gambaran awal, antara, hingga akhir masa hidup kita di dunia. 

Tak ada klasifikasi khusus soal nama. Setiap manusia bebas berharap, bebas berdoa, bebas menyampaikan keluhannya pada sederet kata tanpa suara berbentuk 'nama'. 

Ia adalah bekal, yang diucap oleh siapapun yang mengenalnya, berdoa tanpa niat khusus dalam ucapannya. Mereka yang memberi nama, ingin setiap orang mendoakan kita, dengan ada atau tidaknya mereka.

Jadi, apa makna terdalam dari nama kalian?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun