Mohon tunggu...
Ela Nurlaela
Ela Nurlaela Mohon Tunggu... Lainnya - Penyuluh Agama Islam Fungsional

Hanya manusia biasa

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

"Break The Bias" sebagai Tema Hari Perempuan Sedunia Tahun 2022

25 Maret 2022   10:10 Diperbarui: 25 Maret 2022   10:22 1114
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Hari Perempuan sedunia ditetapkan setiap tanggal 24 Maret, oleh karena itu pada tanggal ini setiap tahun selalu diadakan berbagai kegiatan sebagai bentuk peringatan dan perayaan yang menjadi menjadi simbol pencapaian perempuan sedunia. Perayaan hari perempuan ini selalu mengambil tema yang berbeda setiap tahunnya.

Tema untuk perayaan Hari Perempuan sedunia saat ini telah ditetapkan, yakni "Break The Bias". Pengertian Break banyak artinya, didalamnya mengandung pengertian memecahkan, memutus, menghentikan, menguraikan, retak dan lainnya. Arti kata Bias sendiri adalah kecenderungan pendapat. Lalu kenapa bias menjadi masalah yang harus dipecahkan atau dirubah?

Lies Marcus Natsir MA, Direktur Rumah KitaB, sebuah yayasan yang memiliki visi "Terwujudnya tatanan masyarakat yang mandiri, cerdas, beradab, dan bermartabat yang menjunjung tinggi keadilan, kemanusiaan, kesetaraan, serta menghargai keragaman", mengatakan bahwa bias akan menjadi masalah saat didalamnya menempel prasangka negatif yang bisa memunculkan kebencian dan stigma negatif.

Perempuan di dunia saat ini terkadang banyak dihadapkan pada kecenderungan kondisi negatif, terlebih lagi saat memutuskan pilihan tempat dia berkiprah setelah menikah. Sebagian memilih untuk berkiprah sepenuhnya di dunia domestik dikenal sebagai ibu rumah tangga semata, namun sebagian memilih berkiprah di dua hal yakni dunia publik menjadi wanita pekerja serta tetap berperan sebagai ibu rumah tangga.

Pemilihan kedua peran itu sebenarnya tidak salah dan tidak akan menjadi masalah, saat keputusan yang diambil berdasarkan pertimbangan kemaslahatan bersama, bukan hanya untuk kemaslahatan pribadi, akan tetapi, perempuan terkadang dihadapkan pada dua kondisi ketidak nyamanan yang timbul karena pemahaman yang masih mendasar di masyarakat. 

Pertama, bagi perempuan yang memilih menjadi ibu rumah tangga saja, terkadang dihadapkan pada prilaku pasangan hidup yang selain membebankan semua urusan domestik pada perempuan juga tidak mau mendengar serta memahami kebutuhan batiniyahnya. Perempuan sebagaimana manusia pada umumnya, memiliki kejenuhan saat terus menerus dihadapkan pada rutinitas, serta membutuhkan tempat untuk sekedar bercerita, hanya ingin didengar saja, kemudian pula bila pendapatan ekonominya tidak mencukupi, maka perempuan tetap harus berfikir keras agar bisa cukup tanpa bisa mengeluh.

Kedua, perempuan yang memilih untuk bekerja, terkadang dihadapkan pada beban ganda.  Tugas  yang dimilikinya lebih dari satu dikenal dengan istilah tugas rangkap yakni sebagai ibu yang mengurus anak, sebagai istri yang mengurus suami dan ibu Rumah tangga, juga berperan sebagai pencari nafkah membantu suaminya.  Situasi ini biasanya diperparah dengan munculnya rekonstruksi lingkungan yang menyebut bahwa wanita tugas pokoknya adalah urusan domestik, jadi saat dia memilih untuk bekerja,itu hanya faktor pendukung saja, dia tetap dituntut untuk menunaikan tugas pokoknya di ranah domestik. 

Perempuan bekerja juga dihadapkan pada lingkungan kerja  yang lebih maskulin, belum sepenuhnya berpihak pada kebutuhan perempuan sesuai kodratnya, seperti belum adanya cuti haid, belum adanya fasilitas menyusui dan sebagainya.

"Break The Bias" mencoba mengkampanyekan agar terwujudnya dunia yang bebas dari bias, stereotip, dan diskriminasi, dunia yang beragam, adil, dan inklusif dan dunia di mana perbedaan dihargai dan dirayakan, yang bertujuan utamanya mencapai kesetaraan perempuan.

Makna Kesetaraan sebenarnya tertulis dengan jelas dalam  Qs. Al-Hujurat ayat 13 sebagai berikut : "Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling takwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal". 

Ayat ini dengan jelas menyatakan bahwa laki-laki dan perempuan memiliki kedudukan yang setara di hadapan Sang Pencipta, sedangkan syarat untuk menjadi manusia yang paling mulia adalah hanya dengan menjadi Muttaqin yakni manusia yang bertaqwa. Pencapaian ketaqwaan tentunya bukanlah jalan yang mudah, maka agar mencapai hal itu, yang bisa kita lakukan hanyalah mempergunakan segala potensi yang telah dianugerahkan dengan optimal. 

Pemahaman keagamaan realitasnya memungkinkan terjadinya beragam perbedaan.Hal ini merupakan sebuah keniscayaan yang diperbolehkan, akan tetapi pemahaman tersebut seyogyanya diarahkan pada hal yang prinsip sesuai tujuan penciptaan manusia, bahwa manusia apapun kodratnya, tetaplah harus hidup memilih menjadi Hamba Sang Pencipta dan dalam rangka menebar kemaslahatan terhadap sesama, maka upaya menghargai perbedaan juga merupakan sebuah upaya kemaslahatan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun