Bermula dari kami selaku orangtua ingin memberikan buku, untuk si adek yang sudah bisa membaca. Adek sangat antusias, mungkin karena gambar-gambar dalam buku yang menarik.
Seiring perkembangannya, kami mulai memberikan buku cerita yang lebih tebal. Buku-buku pun dibaca cepat dituntaskan, sehingga segera minta dibelikan lagi. Sedangkan jarak antara rumah ke toko buku lumayan jauh.
Untuk mendapatkan buku cerita, kami bisa menempuh perjalanan selama sekitar satu setengah jam dengan kendaraan.
Terkadang beberapa buku dibeli sekaligus. Ya...mumpung kesempatan.
Toh ini kegiatan yang positif, yaitu membaca buku. Jadi harus didukung. Itulah pemikiran kami sebagai orangtua.
Buku yang dibaca si adek kebanyakan ditulis juga oleh para penulis cilik.
Saat dia duduk di kelas 3 sekolah dasar, saya menyarankan untuk membuat cerita sendiri, dan menuliskannya.
Lucunya setiap saya mengintip apa yang dia tulis, segera dia menutup layar dengan kedua tangannya memberikan tanda agar tak boleh dilihat.
Naskah-naskah itu pun semakin lama bertambah banyak, dan hanya tersimpan di file.
Di tahun kedua menulis di komputer, suatu saat dia mulai menginginkan naskah itu dikirimkan ke penerbit buku.
Sebagai orangtua, kami mencoba memenuhi keinginan si adek dan mengirimkan naskah ke penerbit Mizan, lini KKPK (Kecil-Kecil Punya Karya).Â
Kecil-Kecil Punya Karya (KKPK) adalah sebuah lini di DAR! Mizan yang khusus menerbitkan buku-buku yg ditulis oleh anak-anak usia 7-12 tahun.Â
Setelah menunggu beberapa minggu, kabar gembira datang. Naskah yang dikirim layak untuk diterbitkan.
Sambil menunggu buku diterbitkan, si adek juga mengikuti kegiatan yang berhubungan dengan kepenulisan.
Dia berkesempatan mengikuti lomba menulis yang diselenggarakan sebuah penerbit yang lain.
Ada juga kegiatan lainnya, yaitu bertemu sesama penulis cilik dalam kegiatan Little KPCI. Acara ini diselenggarakan oleh penerbit agar terjalin kebersamaan dan juga meningkatkan pengetahuan tentang kepenulisan.
Semangat dan kegembiraan menulis terus tumbuh, sehingga menghasilkan karya-karya yang lain untuk dikirimkan ke penerbit.
Kami orang tua tidak memaksa dan menekan agar menulis naskah, mungkin ada hal-hal yang memberikan kontribusi dalam minat dan cita-citanya.
Pertama, melihat minat anak terhadap buku-buku cerita. Setiap anak mempunyai minat dan kecenderungan yang berbeda-beda. Ada anak yang tertarik dalam keilmuan, seni, musik, olahraga dan sebagainya.
Mengenali minat anak sejak kecil akan lebih baik. Hal ini merupakan modal, minimal anak tertarik kepada kegiatan positif yaitu membaca buku.
Kedua, kami sebagai orang tua memberikan dorongan untuk bisa membuat cerita sendiri, dan mencoba menuliskannya. Minat yang telah diketahui, terus dipupuk dan diberikan dorongan positif agar dapat berkembang lebih baik.Â
Ketiga, mencoba mengirimkan naskah ke penerbit. Apresiasi anak terus diberikan. Kita hargai karyanya, salah satu bentuknya dengan mengirimkan naskah ke penerbit.
Keempat, memberikan kesempatan untuk meningkatkan pengetahuan kepenulisan melalui keikutsertaan lomba maupun forum komunitas.
Kegiatan lomba menulis memberikan peluang naskah karyanya untuk diterbitkan. Pemenang 10 besar misalnya, naskah mereka akan diterbitkan.
Demikian pengalaman kami sebagai orangtua. Tentunya setiap anak mempunyai minat dan bakat masing-masing.
Tugas orangtua yang utama memberikan perhatian bagi tumbuh kembangnya, baik fisik maupun mental, termasuk memenuhi hak anak. Salah satunya hak untuk memperoleh pendidikan  dan pengajaran dalam rangka mengembangkan pribadi sesuai minat dan bakatnya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H