Hari-hari biasa penuh kerinduan..
Penuh isak dan tangisan...
Kalender yang ditinggalkan sangatlah berduka....
Lewat kelabu langit bersedih, menjerit diiringi air mata...
Dengan basahnya langit, menyapa para mahluk yang ragannya pergi meninggalkan dunia
  Sunyilah tempat keramaian
  Heninglah semua lokasi hiburan
  Sepilah Semua area perbibadahan
  Hanya keramaian lalu -lalang Media Sosial
Setiap harap mengucap doa
Setiap panjatan doa adalah dari mahluk
Dan setiap mahluk kembali pada sang kuasa
  Sepertinya Sudah lupakah kalian caranya bersedih?
  Atau lupakah kami sedang tak bisa cara tertawa?
suara kebenaran bukanlah suara mayoritas
suara kebenaran bukanlah suara kekuasaan
kebenaran adalah suara keadilan
   Jiwa-jiwa bermanifesto angka
   Nyawa kami senilai rupiah
   Sungguh kurs tak setara
Kami memilih untuk diasuh
Kalian mengasuh ,demi kepentingan
Tawa kalian, adalah penderitaan kami
Penderitaan kami, ialah program dari proyek kalian
  Setiak-tidaknnya salah satu diantara kalian
  Telah menerima karangan bunga kematian
  Merasakan apa yang kami rasakan
  Hidup bermula dari kisah dan diakhiri menjadi sejarah
Ditengah  kehidupan datang musuh yang tak terlihat
Sebab sakit beradu kuat dengan obat
Memilih  tetap bernafas atau menjadi mayat
Mau tak mau harus siap-siap bila dijumpai sang malaikat
   Antara kegelisahan itu kami percaya setelah malam datang pagi
   Setelah hujan muncul pelangi
   Setelah matahari hadir bulan
   Setelah badai,cuaca cerah tampil diri
Segala yang indah waktunya tak pernah absen
Akibat kehadiran tuhan terus konsisten
Pada episode lalu  persatuan diikat oleh rasa sama dijajah
Bisakah kini persatuan terbir karena momen corona?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H