Mohon tunggu...
Nouman Choris
Nouman Choris Mohon Tunggu... Freelancer - Ig : Noumanchoris

noumanchoris@hotmail.com

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Puisi: Covid-19

28 Maret 2020   04:06 Diperbarui: 28 Maret 2020   04:36 179
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Hari-hari biasa penuh kerinduan..

Penuh isak dan tangisan...

Kalender yang ditinggalkan sangatlah berduka....

Lewat kelabu langit bersedih, menjerit diiringi air mata...

Dengan basahnya langit, menyapa para mahluk yang ragannya pergi meninggalkan dunia

   Sunyilah tempat keramaian

   Heninglah semua lokasi hiburan

   Sepilah Semua area perbibadahan

   Hanya keramaian lalu -lalang Media Sosial

Setiap harap mengucap doa

Setiap panjatan doa adalah dari mahluk

Dan setiap mahluk kembali pada sang kuasa

    Sepertinya Sudah lupakah kalian caranya bersedih?

    Atau lupakah kami sedang tak bisa cara tertawa?

suara kebenaran bukanlah suara mayoritas

suara kebenaran bukanlah suara kekuasaan

kebenaran adalah suara keadilan

      Jiwa-jiwa bermanifesto angka

      Nyawa kami senilai rupiah

      Sungguh kurs tak setara

Kami memilih untuk diasuh

Kalian mengasuh ,demi kepentingan

Tawa kalian, adalah penderitaan kami

Penderitaan kami, ialah program dari proyek kalian

    Setiak-tidaknnya salah satu diantara kalian

    Telah menerima karangan bunga kematian

    Merasakan apa yang kami rasakan

    Hidup bermula dari kisah dan diakhiri menjadi sejarah

Ditengah  kehidupan datang musuh yang tak terlihat

Sebab sakit beradu kuat dengan obat

Memilih  tetap bernafas atau menjadi mayat

Mau tak mau harus siap-siap bila dijumpai sang malaikat

      Antara kegelisahan itu kami percaya setelah malam datang pagi

      Setelah hujan muncul pelangi

      Setelah matahari hadir bulan

      Setelah badai,cuaca cerah tampil diri

Segala yang indah waktunya tak pernah absen

Akibat kehadiran tuhan terus konsisten

Pada episode lalu  persatuan diikat oleh rasa sama dijajah

Bisakah kini persatuan terbir karena momen corona?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun