Sesuai dengan pandangan Menteri Kesehatan RI dalam media suara.com [4], dalam kesempatan beliau berbicara dengan pers, Menteri Kesehatan Nila F Moeloek mengamini bahwa tingginya penyakit tidak menular ini berhubungan dengan perilaku yang dijalani masyarakat Indonesia. Menkes Nila mengatakan bahwa pola makan masyarakat Indonesia lebih banyak mengonsumsi makanan tinggi gula dan garam yang memang enak di lidah. "Penyakit tidak menular meningkat karena terlalu enak makan. Kembali ke perilaku itu sebabnya diabetes naik, hipertensi naik, obesitas naik. Untuk mengubah perilaku, kita harus menggunakan pendekatan keluarga. Kita harus berikan edukasi untuk temukan penyakit agar bisa mendorong orang berobat sehingga keluarga menjadi sehat," tambah Menkes Nila.
Seperti dalam sumber literasi yang saya coba baca di webMd [5] dalam Laporan Ketujuh Komite Bersama Nasional tentang Pencegahan, Deteksi, Evaluasi, dan Pengobatan Tekanan Darah Tinggi (Joint National Committee on Prevention, Detection, Evaluation, and Treatment of High Blood Pressure disingkat JNC7) pedoman mengkategorikan hipertensi sebagai berikut:
- Normal. Kurang dari 120/80
- Tinggi. 120-129 / di bawah 80
- Hipertensi. 130/80
- Hipertensi tahap 2. 140/90
Hipertensi, atau tekanan darah tinggi (High Blood Pressure), terjadi ketika pengukuran sistolik 130 atau lebih tinggi atau pengukuran diastolik 80 atau lebih tinggi. Namun, pada sebagian besar orang, mengendalikan hipertensi sistolik merupakan faktor risiko penyakit jantung yang lebih penting daripada tekanan darah diastolik (kecuali pada orang muda di bawah usia 50 tahun).
Ada dua jenis hipertensi : esensial, yang menyumbang 90% hingga 95% kasus, dan sekunder. Penyebab hipertensi esensial tidak diketahui, meskipun faktor gaya hidup seperti obesitas, gaya hidup tidak aktif, dan konsumsi alkohol atau garam berlebihan berkontribusi terhadap kondisi tersebut. Pada hipertensi sekunder, penyebabnya mungkin penyakit ginjal; ketidakseimbangan hormon; atau obat-obatan, termasuk kokain atau alkohol.
Masih menurut JNC7, setengah dari populasi orang dewasa adalah prehipertensi atau hipertensi, dan karena tekanan darah meningkat seiring bertambahnya usia, sebagian besar orang akan menjadi hipertensi jika mereka hidup cukup lama. Bagaimana Pria Muda vs Pria Tua Dengan Tekanan Darah Tinggi. Pria yang lebih muda dengan tekanan darah tinggi biasanya memiliki tekanan diastolik yang tinggi sedangkan pria yang lebih tua memiliki tekanan sistolik yang tinggi. "Pada pria muda, tekanan diastolik naik karena jantung memompa lebih keras," kata Lackland. Pada pria yang lebih tua, tekanan sistolik naik dan menegang arteri.
Bagian dari masalah dengan pria muda adalah peningkatan massa tubuh. Sepuluh tahun yang lalu kita tidak akan melihat hipertensi pada remaja dan 20-an, tapi sekarang ini meningkat seiring dengan meningkatnya tingkat obesitas. Kami melihat peningkatan khususnya di Afrika- Pria Amerika, tetapi ini memengaruhi pria dari semua ras. Lackland, yang adalah profesor epidemiologi dan kedokteran di Medical University of South Carolina di Charleston, mengatakan bahwa seperti halnya pria yang lebih tua, perawatan untuk pria yang lebih muda mengikuti pedoman JNC7 untuk perubahan gaya hidup dan obat-obatan. JNC7 merekomendasikan modifikasi gaya hidup berikut untuk orang dengan prehipertensi dan juga hipertensi : Penurunan berat badan. Pertahankan berat badan normal dengan target indeks massa tubuh (BMI) 18,5 hingga 24,9.
Selain itu, menurut data BPJS Kesehatan yang ada di Indonesia, biaya pelayanan hipertensi mengalami peningkatan setiap tahunnya, yakni Rp. 2,8 triliun pada 2014, Rp. 3,8 triliun pada 2015, dan Rp. 4,2 triliun pada 2016. Untuk mengendalikannya, Pemerintah melaksanakan Program Indonesia Sehat dengan Pendekatan Keluarga (PIS-PK) dan Gerakan Masyarakat Hidup Sehat (Germas). Harapannya, seluruh komponen bangsa dengan sadar mau membudayakan perilaku hidup sehat dimulai dari keluarga. Germas dilakukan dengan melakukan aktifitas fisik, menerapkan perilaku hidup sehat, konsumsi pangan sehat dan bergizi, melakukan pencegahan dan deteksi dini penyakit, meningkatkan kualitas lingkungan menjadi lebih baik, dan meningkatkan edukasi hidup sehat.
Bertepatan artikel ini dibuat di bulan Mei dimana ada hari peringatan Hari Hipertensi Sedunia, yakni pada tanggal 17 Mei setiap tahunnya diperingati sebagai Hari Hipertensi Sedunia atau World Hypertension Day (WHD). Hari Hipertensi Sedunia pertama kali dipublikasi pada tahun 2005 lalu kemudian secara rutinnya setiap tahun diperingati agar bisa meningkatkan kesadaran masyarakat terkait hipertensi. Meningkatkan kesadaran ini sangat penting untuk bisa mencegah dan mengendalikan hipertensi diseluruh dunia.
Seperti dikutip dari bidang terkait promosi kesehatan Kemenkes RI [6] mari kita semua dihimbau agar melakukan deteksi dini hipertensi secara teratur. Selain itu juga menerapkan pola hidup sehat dengan perilaku CERDIK yang mana merupakan akronim dari : Cek kesehatan secara berkala, Enyahkan asap rokok, Rajin aktifitas fisik, Diet sehat dan seimbang, Istirahat yang cukup, dan Kelola stres, agar kita bisa terhindar dari masalah kesehatan yakni hipertensi, karena tidak menutup kemungkinan diusia muda pun bisa mengalami hipertensi, jadi mari kita jaga kesehatan “guys” salam sehat. (noto).
Sumber :
- https://id.wikipedia.org/wiki/Tekanan_darah_tinggi
- https://icd.who.int/browse10/2010/en
- http://www.depkes.go.id/article/view/18110200003/potret-sehat-indonesia-dari-riskesdas-2018.html
- https://www.suara.com/health/2018/11/02/101437/hasil-riskesdas-2018-penyakit-tidak-menular-semakin-meningkat
- https://www.webmd.com/hypertension-high-blood-pressure/features/hypertension-serious-in-young-men#1
- http://promkes.kemkes.go.id/agenda/hari-hipertensi-sedunia
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H