"Study : Service Motor"
Mungkin sebagian Anda sudah tahu, bahwa melakukan service motor sudah mengetahui karena kondisi motor sudah tidak nyaman lagi digunakan atau memang sudah waktunya service kendaraan terutama "Motor" yang digunakannya.Â
Dibalik semua itu, seharusnya kita menyadari "service motor" tidak harus menunggu motor rusak atau kurang enak dipakai, karena biayanya biasanya akan bertambah dari biaya sebelumnya "meski niatnya hanya ganti oli dan service biasa". Jika ada temuan dari mekanik, pasti akan diganti karena akan berdampak terhadap lajunya motor yang Anda gunakan.
Dari sisi lain "dengan service motor rutin" bagian dari pada merawat barang yang kita miliki supaya rusak tidak terlalu parah, oleh karenanya kalau parah secara otomatis biayanya pasti akan bertambah dari sebelumnya entah itu kapas rem, aki motor, atau onderdil lainnya.Â
Biasanya kita semua pandai untuk mendapat barang yang akan kita miliki, namum tidak pandai untuk merawat barang yang sudah kita miliki? Artinya yang lebih penting dari rasa syukur itu adalah "memelihara, merawat, menjaga, dan menikmati" barang yang kita punya baik benda bergerak maupun benda diaam.
Dalam kesempatan ini, saya akan berbagi pengalaman juga karena betepatan sabtu 24/02/2024 saya sedang melakukan service motor Yamaha Nmax di "Pamulang - 71 Motor". Awalnya hanya mau ganti oli mesin dan service biasa, eh ternyata berbeda prediksi setelah di tangani mekanik "justru banyak hal yang harus diganti" dari pada motor tidak enak dipakai terpaksa lah diganti...Hehhe.
Mekanik memanggil saya, mengajak untuk melihat kondisi motor "Pak, motornya bagian filter udara sudah habis, filter CVT (saringan dari busa) juga sudah habis, dan kapas rem depan dan belakang harus diganti. Ya, sudah lah mas "ganti saja" dengan total biaya Rp. 408.500 (Empat ratus delapan ribu lima ratus rupiah).
Nah, dari pengalaman itu bisa kita tarik "dimana letak rasa syukur" yang bisa kita nikmati. Yakni dengan merawat barang yang kita miliki "itu lebih dari rasa syukur" artinya apapun barangnya dan siapapun yang ada dilingkungan kita bisa berhadapan dengan rasa syukur.
Karena pada prinsipnya rasa syukur itu, terkadang kita lupakan "justru tidak bisa dinikmati" hanya mengejar mimpi atau cita-cita saja, setelah sudah tercapai apakah mampu menjaga dan memeliharanya dengan baik dan konsisten terutama dari sisi melakukan "servive motor" yang sudah saya ceritakan diatas.Â
Contoh kecil saja selain motor "pasangan remaja sebelum menikah pasti mempunyai pacar" setelah itu menikah itupun kalau jodoh? Setelah menikah, apa yang harus dilakukan atas "nikmat rasa syukur tersebut" menikah bukan berakhir dari sebuah pacaran, melainkan mengakhiri masa lajang untuk memulai babak baru dalam menjalani kehidupan yang sesungguhnya.
Rasa syukur dari suami dan istri adalah untuk menjaga keharmonisan dalam rumah tangga seperti contoh tugasnya suami "membawa istri jalan-jalan, memberikan hadiah, mengajak ke salon dan lain sebagainya". Sedangkan tugasnya istri "memberikan service yang baik kepada suaminya baik itu makanan, komunikasi, hubungan intim, dan lain sebagainya".
Sedangkan contoh yang lain dalam nikmati rasa Syukur seperti "sedang makan di pinggir sawar di tiup angin sepoi-sepoi, sedang minum kopi pavorif bersama keluarga, makan bersama keluarga dengan menu sederhana, nonton film di bioskop bersama anak dan istri, dan lain sebagainya.
Menurut Ustadz Abdul Somad dari laman Strateginews dan Republika, Syukur dapat diterjamahkan :
1. Syukur adalah sikap tulus dan penuh kesadaran dalam mengakui, menghargai, dan bersyukur atas segala nikmat dan anugerah yang diberikan oleh Allah atau kehidupan.
2. Berujar bahwa bahagia itu terletak pada syukur karena barang siapa yang bersyukur kepada Allah maka dialah orang yang paling bahagia.Â
3. Dalam pandangan  Islam, segala perkara apapun yang terjadi, akan tetap ditolong Allah selagi manusia dapat bersyukur dan berbuat baik semasa hidupnya.
4. Ustadz Abdul Somad juga menekankan pentingnya menjadi pribadi yang pandai bersyukur. Dengan bersyukur, setiap Muslim akan hidup tenang.Â
5. Menunjukkan bahwa syukur tidak hanya tentang mengakui nikmat yang diterima, tetapi juga tentang bagaimana kita merespons nikmat tersebut dengan sikap dan tindakan yang positif.
6. Bukan hanya soal ucapan atau perasaan, tetapi lebih kepada tindakan nyata dalam kehidupan sehari-hari yang mencerminkan rasa terima kasih kepada Allah atas segala nikmat yang telah diberikan.
Jadi yang harus ditarik benang biru dari kata syukur "lapang dada dengan pikiran positif melakukan hal yang bermanfaat dengan tidak menunda-nunda waktu untuk bertindak dengan berbagai kegiatan".
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H