Mohon tunggu...
Noto Susanto
Noto Susanto Mohon Tunggu... Dosen - Menata Kehidupan

Saya Sebagai Dosen, Entrepreneurship, Trainer, Colsultant Security dan Penulis.

Selanjutnya

Tutup

Worklife Pilihan

Tinjauan Kecerdasan Emosional Security Profesional

27 Juni 2023   23:38 Diperbarui: 28 Juni 2023   04:14 481
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Apa

Apa  yang anda pikirkan tentang emosi? Apakah hanya dengan kemarahan atau kondisi sedang marah, atau umumnya orang menilai emosi memang berkaitan dengan kekesalan dan kekecewaan yang meluap-luap sehingga tidak terkontrol dengan baik sehingga bisa menyebabkan penilaian negatif, terutama yang berhubungan dengan kegiatan security saat menjalankan tugas dan pekerjaan diarea kerjanya.

Dalam kehidupan sehari-hari emosi sangat penting untuk mendorong dalam melakukan hal kebaikan terutama dilingkungan pekerjaan. Seperti contoh kecil saja "security sedang berdiri di area pintu masuk dengan kewibawaan, gagah, penampilan rapi, wangi dan tetap happy melaksanakan tugas" tentu menjadi nilai tambah bila security menjalankan juga  5S (Senyum, Salam, Sapa, Sopan dan Santun) karena hal ini yang bisa dirasakan oleh semua customer diarea lingkungan kerja tersebut. Walaupun hanya menyapa dan memberikan senyum itulah emosi yang mampu disesuaikan dengan kebutuhan unsur sosial ditempat kerja.

Persepsi penilaian emosi diatas bisa menjadi negatif, saat customer melintasi pintu masuk namun aktivitas security hanya diam tidak memberikan senyum, salam, dan sapa kepada customer tersebut. Secara otomatis emosi seorang customer saat melewati pintu masuk tersebut "bisa juga komplain dan menegur langsung kepada security serta bercerita kepada customer lainnya bahwa security terkesan cuek dan tidak mau menyapa" bahkan sebaliknya dari security, bisa saja sedang dalam kondisi tidak mood atau sedang tertimpa masalah keluarga dan lainnya.

Maka dari itu, emosi itu bagian dari pada kita bekerja seperti saat diam, tertawa, teriak, cuek, berlari, bernyanyi, komunikasi kepada customer, menyampaikan ide, dan lain sebagainya. Oleh karenanya, jika sedang menjalankan tugas dan pekerjaan di lingkungan kerja bersikap profesional jangan tunjukan kepada customer bahwa security bisa ditebak sedang mengalami masalah baik itu urusan pribadi, urusan pekerjaan dan urusan lainnya.

Tidak ada satupun kegiatan yang tidak mengandung emosi, jadi harapannya sederhana saja "kontrol emosi dalam kondisi apapun" walaupun anda belum dikatakan cerdas emosi? Sebetulnya yang perlu disimak lebih dalam adalah bagaimana sumber daya security mampu "mengelola emosi" bersikap sewajarnya dan seperlunya meskipun terkadang bertolak belakang dengan prosedur kerja, setidaknya anda bisa mengimbangi antara emosi dengan tugas di lingkungan pekerjaan.

Hampir rata-rata terjadi komplain ditempat kerja karena sumber daya security tidak bisa membaca situasi dan kondisi  contoh lagi sepi arus customer di tempat kerja security agar dinikmatin dan bisa santai dengan tarik napas panjang sedangkan situasi ramai harus bisa menyesuaikan juga dalam melaksanakan tugas di pekerjaan. Jangan sampai berpikir begini "lagi sepi ngantuk dan lagi ramai bilang capek" akhirnya bingung sendiri bahkan menjadi penilaiannya "kok pekerjaan security gini-gini aja". Yang menjadi pertanyaan siapa yang menyuruh anda menjadi security?.

Implementasi Terjemahan Teori Kecerdasan Emosi Untuk Sumber Daya Security:

Menurut teori "Yusuf dan Nurishan, 2014 : 242)" menjelaskan bahwa kecerdasan emosional merupakan kesadaran terhadap perasaan diri sendiri dan orang lain, bersikap empati, kasih sayang, motivasi dan kemampuan untuk merespon suasana kegembiraan dan kesedihan secara tepat. Penjelasan teori diatas akan diuraikan berdasarkan kegiatan sumber daya security yang mencakupi beberapa aspek untuk menunjang personal security bisa beradaptasi di lingkungan kerja.

Kesadaran perasaan diri mencerminkan bagaimana security mempunyai pikiran dan hati? Sehingga tingkat kepedulian lebih sensitif terhadap hal-hal yang tidak baik yang akan terjadi, kecenderungan untuk bisa mengatur diri sendiri agar mempunyai rasa malu dan takut. Seperti contoh malu datang terlambat kerja, malu sering tidak masuk kerja, malu berpenampilan tidak rapi, malu di tegur oleh orang lain karena tidak bertanggung jawab di tempat kerja dan yang paling mengkhawatirkan takut kehilangan pekerjaan karena terlalu banyak pelanggaran, penyimpangan dan kelalaian.

Hal ini sangat berkaitan dengan perasaan orang lain seperti saling menghargai satu sama lain dengan menjalankan hak dan kewajiban masing-masing dalam melaksanakan tugas dan pekerjaan. Logika kecilnya begini "jika pimpinan marah berarti personal security, tentu sudah mengetahui kesalahan atau ada hal yang dilaksanakan dengan prosedur kerja" sedangkan "bila customer komplain sudah tentu juga hak-haknya tidak diterima dengan baik" seperti tidak diberikan pelayanan dengan baik seperti tidak memberikan 3S (Senyum, Salam dan Sapa) tidak mengarahkan dengan baik, dan lain sebagainya.

Jadi, perasaan diri sendiri dan perasaan orang lain boleh dikatakan juga dengan kata mutiara ini "perlakukan orang lain sama halnya anda akan diperlakukan hal yang sama juga" posisikan diri anda dalam berbagai peran seperti menjadi pimpinan, menjadi customer dan menjadi sumber daya security. Agar anda, siapapun itu dan apapun jabatannya bisa menghargai orang lain tanpa ruang batas dan waktu di setiap lingkungan kerja, sehingga bisa lebih berhati-hati dalam menilai setiap pekerjaan orang lain baik security atau  profesi lainnya. 

Selanjutnya yang menjadi nilai berharga adalah bagaimana bersikap empati serta peduli terhadap situasi dan kondisi di lingkungan kerja terutama kepada customer internal dan eksternal seperti contoh klien, pimpinan perusahaan, atasan, rekan kerja dan intinya orang-orang berada di tempat kerja. Hal ini sangat bisa dirasakan oleh customer bila security memberikan tindakan-tindakan dan perbuatan perasaan empati secara berkelanjutan, sehingga menjadi budaya yang positif dalam menjalankan tugas dan pekerjaan di lingkungan kerja.

Agar lebih jelas akan diuraikan kembali apa itu "Empati"? Jangan sampai salah persepsi dengan penjelasan kata-kata "simpati" kebanyakan di tempat kerja hanya mempraktikkan simpati, contohnya begini kalau simpati itu hanya memahami perasaan orang lain tapi tidak sepenuh hati membantu atau menolong cukup di ucapan saja. Sedangkan empati lebih ketindakan tidak hanya sekedar ucapan belaka, ketulusan dan keikhlasan empati sangat bisa dilihat dan dirasakan oleh orang diberikan pertolongan atau bantuan tersebut. 

Contoh yang lebih kongkrit, saat security sedang melaksanakan tugas pengaturan lalu lintas kemudian melihat ada seorang customer atau masyarakat umum jatuh dari kendaraan bermotor roda dua "kecelakaan tunggal", tindakan empatinya adalah mendekati dan menanyakan kondisi serta memberikan pertolongan seperti obat-obatan bahkan berkoordinasi dengan pimpinan untuk dibawah ke rumah sakit terdekat dengan alasan kondisi korban mengalami darurat membutuhkan pertolongan medis. 

Itu hal yang mendasar dalam mengelola motivasi atau dorongan untuk membantu orang lain, apapun kegiatan dan dimanapun kegiatannya harus mempunyai tujuan yang jelas agar setiap kegiatan lebih berguna dan ada nilainya. Seperti apa yang dikerjakan oleh security, tentu sangat bermanfaat untuk orang lain selain mengamankan dan membuat rasa nyaman security mampu membuat orang lain tersenyum saat hadir di lingkungan kerja. Seharusnya menjadi kebanggaan personil security, karena di luaran sana masih banyak yang ingin menjadi security yang tidak bisa gabung karena persyaratan dan alasan lainnya.

Yang perlu diingat dan menjadi perhatian, motivasi itu bukan karena orang lain tapi karena diri anda layak juga seperti orang-orang lain yang sukses dan kaya-raya, oleh karenanya personil security sampai dengan manager dan direktur harus memiliki nilai motivasi yang tinggi karena orang lain hanya memberikan jalan kedepannya seperti apa, sedangkan tindakan dan keputusannya dari diri anda sendiri "karena pada dasarnya sukses atau tidaknya ya diri anda sendiri juga. Nasib dan takdir selalu bersama kita semua, jadi pastikan nasib bisa berubah dengan cita-cita yang terus dimimpikan.

Jadi anda harus bisa mengelola diri baik suka maupun duka, jangan tunjukkan wajah bermasalah dan masalah saat sedang bekerja "apalagi minta di kasihan sama orang lain"  hampir semua begitu juga sih, security jika ada permasalahan akan curhat menganggap masalahnya bisa terselesaikan? Justru sebaliknya security bisa tampil tegas dalam menghadapi cobaan, dengan dirinya sendiri bisa membangkitkan dari masalah yang dihadapi. Maka dari itu, jika mengalami rasa senang bersikaplah sewajarnya begitu juga dengan jika mengalami kesedihan yang bersikapnya biasa juga biar anda terlihat orang yang mampu mengatasi fenomena kehidupan.

Jadi kesimpulannya security bisa memberikan respon yang cepat terhadap situasi yang dialaminya, fokus dengan tugas dan pekerjaan serta tetap membawa diri dengan profesional, sehingga  dalam pemikiran, ucapan dan tindakan sumber daya security "tetap stabil" dan selalu mengedepankan pikiran yang sehat dan hati yang bersih untuk menghadapi berbagai macam fenomena baik ditempat kerja, lingkungan masyarakat, keluarga, komunitas, dan lain sebagainya.

Pentingnya Kecerdasan Emosional Security Untuk Membangun Pondasi Perusahaan:

Kecerdasan emosional sumber daya security "tidak mudah dan tidak tidak sulit" karena ketergantungan, bagaimana kebijakan dan pembinaan dari perusahaan mengatur melalui pimpinan dan diimplementasikan oleh karyawan. Secara mendasar untuk memulai hal kecil seorang pimpinan mampu memberi contoh kepada karyawannya yakni "security" jangan asal yang penting selesai, yang penting marah dan di omelin, sudah di doktrin, sudah diberikan peringatan dan pernyataan, intinya seolah-olah tindakan yang dilakukan sudah dianggap benar yang mampu merubah segalanya.

Pahami karakter dan kebiasaan bawahan juga jangan mengandalkan ego dan gengsi terhadap jabatan anda? Karena hal tersebut mampu menggali potensi positif untuk mengembangkan tujuan perusahaan yang lebih terarah dengan pendekatan secara personal seperti "direktur mengenali para managernya, para managernya mengenali lebih apa yang dilakukan oleh supervisor, sedangkan para supervisor dan Team leader membantu aktivitas dan pekerjaan yang dilakukan oleh anggotanya. Sehingga perintah atau instruksi lebih mudah dipahami oleh bawahan dan secara otomatis loyalitas dan totalitas bekerja akan berjalan maksimal tanpa perlu pengawasan yang ketat.

Level anggota security harus tahu diri, koreksi dan intropeksi juga? Jangan sampai menyalahkan  perusahaan dan pimpinannya, perbaiki diri anda baik secara personal, tim maupun kelompok yang berpikir bahwa perusahaan dan pimpinan tidak selalu bersama  anda. Oleh sebab itu, peran dari tugas dan pekerjaan sesuatu hal yang mengikat untuk membangkitkan hubungan emosional yang stabil tidak memihak dan mementingkan diri sendiri apalagi kepentingan untuk customer tentu menjadi prioritas untuk diberikan respon dengan penuh rasa tanggung jawab.

Salah satu unsur yang bisa membangun kekuatan dalam perusahaan adalah mempunyai nilai-nilai kepercayaan dan saling percaya terhadap sumber daya terkait baik security sendiri atau bagian lainnya seperti rekrutmen, pengadaan barang, bagian audit, bagian financial, bagian management support, bagian konsep atau desain lainnya. Intinya  semua sumber daya atau karyawan mendukung dalam kegiatan security baik teknis maupun non teknis operasional.

Kadang kalah semua karyawan yang berperan merasa sudah benar dalam melakukan support perusahaan namun persepsi karyawan lain berpikir yang tidak benar bagian itu, bagian ini dan bagian lainnya. Apalagi sedang menghadapi masalah mencari kambing hitam dan tidak mau disalahkan, ini lah dinamakan tidak cerdas secara emosi seharusnya mencari solusi atau alternatif lain sehingga operasional perusahaan tetap berjalan dengan semestinya. Memang tidak bisa dihindari juga bahwa boleh-boleh saja berpikir demikian, supaya bisa memperbaiki bagian apa yang harus bertindak dan memperbaikinya.

Sesuai yang sudah diuraikan diatas bahwa kepercayaan dan mengelola emosi sangat penting dilakukan "komunikasi dan koordinasi" dari semua pihak terkait terutama management yang berada dalam lingkungan perusahaan untuk mendukung operasional security. Sehingga tidak saling menyalahkan satu sama lain, membuat perencanaan dan batas waktu dari setiap tugas yang akan dikerjakan terutama dari aktivitas permasalahan yang terjadi baik untuk jangka pendek, jangka menengah dan jangka panjang.

Jadi, kecerdasan emosional terjaga bila tiga  lingkaran sensitivitas ini bisa di respon oleh setiap karyawan seperti contoh dalam membuat kebijakan dan aturan perusahaan oleh pimpinan puncak security, membuat perencanaan dan keberlanjutan perusahaan oleh direktur perusahaan, merancang sistem strategi operasional oleh level managerial, melakukan pengawasan dan pembinaan oleh supervisor level dan menjalankan tugas sesuai prosedur kerja oleh level anggota security. Jangan sampai menilai tidak ada pengawasan, penilaian dan evaluasi "mempertanyakan tanggung jawab siapa dan siapa yang harus bertindak" kan sudah dijelaskan sebelumnya tentu sudah dipahami oleh sumber daya security yang terlibat dalam organisasi atau perusahaannya masing-masing..

Fenomena dan Problematika Pelaksanaan  Tugas dan Pekerjaan Secutity:

Batasan masalah ini meliputi beberapa poin penting yang sering terjadi dan analisa yang belum terjadi juga? Di antaranya regulasi pemerintah, upah sumber daya security atau yang diterima gaji setiap bulannya, prosedur kerja, pelayanan terhadap customer, emergency respon team, dan lain sebagainya. Hal ini bisa diketahui dan dirasakan setiap orang berhubungan langsung kepada security, sehingga setiap permasalahan, kejadian, komplainan, penyimpangan, pelanggaran dan kelalaian dalam bekerja bisa di kelola dengan kecerdasan emosi yang bisa diterima semua pihak. 

Uraian ini akan dijelaskan bagaimana dampak dari setiap keputusan dan tindakan yang berhak dan berwewenang terhadap semua unsur security yang mengacu pada judul diatas yaitu "Tinjauan Kecerdasan Emosional security Profesional" sehingga sebelum mengalami risiko yang lebih besar agar berpikir yang matang dan di kaji ulang supaya lebih terukur dan menghasilkan nilai-nilai positif, dengan tidak merugikan entitas perusahaan dalam kepentingan bisnis security lainnya, sehingga siapapun yang berkuasa dan mempunyai jabatan penting di suatu instansi bisa melakukan uji coba terlebih dahulu.

Contoh 1 "Regulasi Pemerintahan" penjelasan terkait pergantian seragam security yang tadinya warna cokelat mirip seragam Polisi menjadi warna cream supaya tidak sama dengan Polisi. Alasan awalnya bila seragam security mirip Polisi secara psikologis akan mengurangi tindakan perilaku kriminal yang mana persepsi masyarakat umum bahwa Polisi ada di mana-mana walaupun security yang sedang bertugas menjalankan pekerjaannya. Namun berbeda saat ini, seragam security akan berubah warna cream dengan pergantian batas waktu tertentu.
***
Analisa dampak : bagaimana dengan perusahaan security yang lainnya, akan menggantikan ribuan bahkan jutaan security Indonesia seragamnya akan digantikan semua. Menggantikan hal yang mudah, tapi bagaimana dengan biaya yang tidak sedikit dikeluarkan untuk seragam, mungkin semua yang mempunyai perusahaan security atau dinamakan BUJP (Badan Usaha Jasa Pengamanan) pasti merasakan hal sama "bahkan akan berpikir juga, bagaimana kalau digantikan dengan seragam security yang baru lagi" tidak menutup kemungkinan semua bisa terjadi.

Contoh 2 "Kebijakan Perusahaan" Penjelasan ini terkait pembayaran upah security yang masih dibawah UMP atau tidak sesuai dengan peraturan pemerintah, yang mana hal tersebut masih banyak menjadi permainan dan pertimbangan demi pertumbuhan perusahaan security harga di bawah UMP tetap diambil untuk diajak kerja sama dari tempat customer tersebut. Ini menjadi persaingan bisnis security yang tidak sehat atau boleh dikatakan juga "security murahan" untuk memenangkan proyek security lainnya dengan tidak membayar upah sesuai dengan UMP peraturan daerah masing-masing dari setiap kabupaten/kota daerah tersebut.
***
Pertanyaan sangat sederhana? Siapa yang lebih bertanggung jawab terhadap UMP, sehingga seluruh security Indonesia bisa menerima upah yang standar dan sama. Tidak menelantarkan anggota security, peran dari pemerintah untuk mengedukasi pengguna jasa security "yakni pelanggan atau customer" agar diberikan teguran terhadap pelanggaran yang dilakukannya. Ada 3 siklus yang bisa memperbaiki semuanya, pemerintah melakukan audit kepada pengguna jasa security dan pengelola jsa security, sehingga bisa diterapkan dalam setiap penerimaan security baru terutama yang menjadi pemenang tender security.
***
Analisa Dampak: Pengguna jasa security sudah tentu ingin memilih harga yang murah sedangkan pengelola jasa security "mau tidak mau" akan mengikuti apa yang diputuskan oleh pengguna jasa security tersebut yakni "klien atau customer". Dengan semakin banyak pengola jasa security, semakin tidak sehat juga dalam menjalankan persaingan bisnis security tersebut "yang menjadi korbannya adalah sumber daya manusia" yaitu security Indonesia yang selalu merasa terpaksa karena sulit mencari pekerjaan dari pada ngangur, ya tidak apa-apalah menjadi security dengan upah dibawah UMP.

Contoh 3 "Pelanggaran Prosedur"  penjelasan ini akan dibahas yang berhubungan dengan penyimpangan dan kelalaian dalam melaksanakan prosedur kerja security. Seperti security hanya bengong saja tidak menegur customer yang keluar/masuk gedung secara otomatis pasti ada masalah dengan security tersebut terutama di lihat dari emosinya kurang dalam pengawasan, pembinaan dan pengetahuan lainnya. Bahkan ada masalah personal yang megnganggu entah itu masalah keluarga, masalah sosial, masalah keuangan, masalah hubungan pribadi seseorang dan lain sebagainya.
***
Analisa Dampak : sudah sangat jelas terlihat dengan hal kecil saja dampaknya akan menjadi besar, bisa-bisa di ancam putus hubungan kerja sama atau putus kontrak kerja sama "antara pengguna jasa dengan penyedia jasa" atau sumber daya secuity tersebut diberikan peringatan bahkan pemutususan hubungan tenaga kerja. Itu akibatnya tidak bisa megontrol dan mengelola emosi dengan baik, seperti yang sudah diuraikan diatas bahwa emosi itu tidak hanya marah, melainkan semua kegiatan di tempat pekerjaan itu adalah emosi. Jadi kelola emsinya senyaman mungkin, karena orang kain hanya memberikan jalan untuk kebaikan.
***
Itu hanya emosi kecil saja "security bengong" apalagi emosi yang besar, sehingga security terlibat atau melakukan "tindakan pencurian, pelecehan seksual, dan tindakan kriminal lainnya". Dengan demikian dalam kegiatan apapun dalam perusahaan security, untuk meningkatkan keberlangsungan perusahaan agar setiap karyawan yang di dalam perusahaan tersebut "mengeola kecerdasan emosi terutama jajaran security Indonesia". Salam cerdas emosi dalam kondisi apapun emosi kita tetap stabil dan normal terutama di lingkungan pekerjaan, jika itu positif bisa juga di lingkungan keluarga, masyarakat umum dan lingkungan lainnya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun