Uniknya, Ketika kampung lain menempatkan padi sebagai bahan pokok makanan kampung ini lebih memilih ubi-ubian sebagai makanan pokoknya. Bukan tanpa alasan, kampung ini juga ternyata memiliki Sejarah tentang bermulanya untuk tidak mengkonsumsi padi. Yaitu, bermula pada masa penjajahan kolonial Belanda.Â
Dimana pada saat itu, Belanda menjajah jawa barat yang menjadi bagian dari Nusantara demi memperoleh pertanian yang subur salah satunya padi. Sehingga dari faktor tersebut membuat Masyarakat yang ada di kampung cireundeu untuk tidak mengkonsumsi padi sebagai bentuk perlawanan terhadap penjajahan.Â
Di kampung cireundeu, saya yang merupakan anak pulau Sumatera dapat melihat dan mengolah secara langsung proses pembuatan rasi dengan warga setempat. Rasi merupakakan makanan pokok yang diolah dan bersumber dari ubi-ubian. Sunggu unik.
Dengan berkembangnya pertanian dan pariwisata. Kampung cireundeu telah menjadi desa wisata yang menarik. Dimana pengunjung bisa berinteraksi dengan warga setempat, dan merasakan kehidupan perdesaan yang autentik. Selain itu, kampung cirendeu juga menghasilkan berbagai macam makanan yang lezat sehingga dapat menawarkan pengalaman kuliner bagi para pengunjungnya.
Kampung cireundeu telah menjadi rumah bagi ekosistem alam. Hutan-hutan yang indah memberikan tempat bagi keanekaragaman flora dan fauna yang perlu dijaga untuk keberlanjutan lingkungan.Â
Saya sangat salut terhadap Warga kampung cireundeu. Karena warga yang ada di sana sangat menjunjung tinggi nilai-nilai kearifan lokal. Gotong-royong dan solidaritas komunitas pilar utama untuk kehidupan sehari-hari, menciptakan harmoni antara manusia dan alam.
Dengan daya Tarik alam, keberagaman budaya, dan komitmen terhadap keberlanjutan saya melihat masyararakat di kampung cireundeu memandang cerah masa depanya dengan optimisme.Â
Sebagai destinasi yang berkembang, kampung ini menjadi contoh bagi daerah lain untuk melestarikan warisan budaya dan alam sambil memberikan manfaat ekonomi yang berkelanjutan bagi Masyarakat setempat.
     Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H