Mohon tunggu...
Norman Meoko
Norman Meoko Mohon Tunggu... Lainnya - Penulis

Menulis Tiada Akhir...

Selanjutnya

Tutup

Politik

Menelisik "Blusukan" dan "Aku Rapopo" Sang Presiden

30 Juli 2021   06:56 Diperbarui: 30 Juli 2021   07:10 186
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kedua, equalitarian style adanya landasan kesamaan dan ditandai dengan penyebaran pesan verbal secara lisan maupun tertulis yang bersifat dua arah.

Ketiga, structuring style gaya komunikasi terstruktur yang memanfaatkan pesan verbal secara tertulis maupun lisan guna memantapkan perintah yang harus dilaksanakan.

Keempat, dynamic style memiliki kecenderungan yang agresif yang bertujuan untuk menstimulasi atau merangsang pekerja atau karyawan untuk bekerja dengan lebih cepat dan baik.

Kelima, relinguishing style mencerminkan gaya komunikasi yang lebih menerima saran, pendapat atau gagasan orang lain daripada keinginan untuk memberi perintah.

Keenam, withdrawal style.

Maka ketika beredar tayangan Pak Jokowi naik pitam dan bernada keras terhadap para pembantunya, publik kaget. Wajar karena gambaran itu berbeda dengan gaya komunikasi politik sang presiden yang selama ini dikenal suka blusukan dan ketika Pilkada Jakarta dulu tampil dengan istilah "Aku Rapopo".

Dalam sebuah sidang kabinet di Istana Kepresiden Bogor, Jokowi dibuat karena karena penanganan Covid-19 yang belum dianggap serius oleh anak buahnya.

Terakhir, Presiden Joko Widodo geram dengan banyaknya stok vaksin yang masih menumpuk dan tak kunjung disuntikkan ke masyarakat. Mengingat jumlah vaksin yang telah masih ke RI masih sangat timpang dengan jumlah vaksin yang telah dipergunakan. Hal ini disampaikan Jokowi dalam Ratas Evaluasi PPKM Darurat di Istana Merdeka pada 16 Juli  dikutip dari akun Youtube Sekretariat Presiden.

"Tolong dilihat betul angka-angkanya karena yang saya melihat data yang masuk, baik itu berupa vaksin jadi maupun bulk yang sudah masuk ke negara kita sudah 137 juta. Padahal yang sudah disuntikkan dalam vaksinasi itu kurang lebih 54 juta," kata Jokowi.

"Artinya stok yang ada baik mungkin di Bio Farma maupun di Kementerian kesehatan atau mungkin di provinsi, di kabupaten, di kota, di rumah sakit, di Puskesmas-Puskesmas terlalu besar," ia menambahkan.

Bisa jadi ada persoalan yang sangat serius dan itu terkait pandemi virus corona (Covid-19) yang memang perlu penanganan serius; bukan sekadar cuap-cuap semata tetapi perlu ekstra kerja keras untuk menghadapinya. Gaya menunggu komando mungkin tak tepat dalam kondisi rada serius ini. Bisa jadi inilah karakter intellectual stimulation yakni mendorong anak buah untuk menyelesaikan persoalan dengan cepat, cermat dan rasional. Sesuatu yang agaknya tak ditangkap oleh para menteri dan kepala lembaga tinggi negara.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun