Mohon tunggu...
Norman Meoko
Norman Meoko Mohon Tunggu... Lainnya - Penulis

Menulis Tiada Akhir...

Selanjutnya

Tutup

Hobby Pilihan

Sekali Lagi Katakan dengan Bunga...

25 Juli 2021   12:00 Diperbarui: 25 Juli 2021   12:16 196
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
 Dul (kiri) penjual tanaman di kawasan Serab Depok Jawa Barat. (Foto: Norman Meoko)

                                                       

Pandemi Covid-19 tanpa disadari telah mengubah segala hal. Kerja dari rumah atau istilah kerennya work from home (WFH) menambah penggalan cerita di balik keseharian para pemburu rupiah di Ibu Kota. Aturan perlu surat tanda registrasi pekerja (STRP) untuk melaju ke sudut-sudut jalan Jakarta membuat semuanya kembali ke titik nol. Ya akhirnya memang bekerja dari rumah. May dikata apalagi. Titik!

Perubahan akibat wabah virus berbahaya itu tanpa disadari melahirkan hobi dadakan. Salah satunya adalah tiba-tiba si ayah gandrung memelihara tanaman agar rumah yang mungkin kelihatan ciamik. Biasanya di kantor bergelut dengan komputer atau laptop tetapi kini akrab dengan yang hijau-hijau alias tanaman dan bunga. Sedap dipandang dan membuat hati terhibur.

Tetangga saya. Namanya Mas Wawan mengaminkan hal itu. Dulu, rumahnya yang persis di depan saya jarang tanaman tetapi kini di saat pandemi Covid-19. Namun kini banyak bergelantungan tanaman pelbagai jenis. Ada Aglaonema: tanaman hias popular dari suku talas-talasan atau Araceace. Habitat asli tanaman ini adalah di bawah hutan hujan tropis, tumbuh baik pada areal dengan intensitas penyinaran rendah dan kelembabab tinggi.

"Lumayan cari suasana baru mas," kata Mas Wawan yang sehari-hari bekerja di Kawasan industri Pulo Gadung, Jakarta Timur. Tetapi kini terpaksa harus work from home (WFH).

Tak cuma Aglaonema yang ditanam pria asli Jagakarsa, Jakarta Selatan yang kini menetap Sukmajaya Depok. Ia juga menanam  janda bolong alias Monstera bahasa Latinnya. Ada deretan tanaman lainnya. Mas Wawan bahagia dengan semua itu. Kejenuhan bekerja dari rumah terhapus dengan maraknya tanaman-tanaman tersebut. Di samping sang istri dan tiga anaknya yang masih kecil-kecil.  

Peluang tanaman itu menjadi berkah setidaknya buat sahabat saya. Dia lebih suka dipanggil Dul. Pria dari Cirebon Jawa Barat itu kini terdampar di Kawasan Serab Depok. Ia menapaki hidup bersama istrinya dengan menjual pelbagai tanaman. Sebagian tanaman yang dijualnya dipasok dari Ciapus, Bogor.  

Anda boleh piawai dalam segala hal tentang dunia ini. Tapi - maaf - soal tanaman atau bunga nanti dulu. Saya pun harus belajar dari nol mengenai dunia pertanaman. Dan Dul inilah sahabat sekaligus guru saya dalam soal tanam-menanam bunga apapun jenis tanamannya.

Usia Dul belum 30 tahun tetapi tangannya apik dalam soal tanaman. Saya belajar stek tanaman dari pria baik hati ini. Setiap saya sambangi tempat tinggal sekaligus tempat dia menjajakan tanaman pelbagai jenis, selalu diajak berkeliling. Satu per satu tanaman diperlihatkan termasuk tanaman yang sedang naik daun seperti janda bolong alias Monstera bahasa Latinnya.

Ia juga memperlihatkan tanaman Aglaonema lalu bunga seruni atau Krisantemum terus bunga keladi dan tapak darah atau Catharanthus Roseus. Banyak macam dah pokoknya!

"Sekarang banyak yang cari tanaman janda bolong dan Aglolaonema bang. Ya lumayan rezeki, " tutur Dul sambil tertawa.

Soal untung, dia malu-malu menyebutnya. Dul hanya bilang: "Ya lumayan untuk nyambung hidup." Lalu dia tertawa lepas. Senyum bahagia dilepasnya menyeruak di antara tanaman-tanaman yang dijualnya.

Dia mengaku, selama pandemi Covid-19 ini permintaan tanaman lumayan bisa memberi sedikit tambahan rezeki. Sayangnya, sekali lagi Dul memilih GTM alias gerakan tutup mulut ketika ditanya tambahan penghasilannya itu.

Yang pasti, ia bahagia dengan hidupnya kini. Dia berada di pusaran mereka yang harus berjuang hidup di tengah ganasnya belantara hidup ini. Dan Dul salah satu pemenang kehidupan bersama tanaman dan bunga warna-warninya. Ia mencoba mewarnai hidup ini dengan semerbak bunga-bunganya yang indah.

Jujur dalam hati yang paling dalam ini saya iri dengan Dul. Ia di usia yang masih belia sudah berani bertarung di badai kehidupan ini.

Akhirnya kami pun berpisah karena matahari sudah membumbung tinggi. Saya pun pamit. Ia kembali menebar senyum seperti tanaman dan bunga-bunganya yang menyinggung senyuman.

"Sering mampir ke gubuk saya bang, " tutur Dul. Saya mengangguk. Motor tua saya nyalakan. Suaranya kembali menderu.

Kami berpisah tetapi sosok perjuangan tanpa henti telah membekas dalam benak saya dan itu saya dapatkan dari orang kecil seperti Dul. Terima kasih sobat. Katakan kepada bunga bahwa aku ada. Dan, era pandemi seperti sekarang ini banyak orang yang rajin menyatakan cinta dengan bunga. Mari menanam di masa pandemi. Ya hitung-hitung persiapan sebelum pensiun ketimbang bengong tidak karuan.

Sekali kali katakan dengan bunga!(*)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun