Mohon tunggu...
Norman Meoko
Norman Meoko Mohon Tunggu... Lainnya - Penulis

Menulis Tiada Akhir...

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Manusia Gerobak, Sisi Muram di Balik Gemerlap Jakarta

10 Desember 2017   23:18 Diperbarui: 13 Desember 2017   00:14 6469
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto: Tribunnews.com

Namun, lepas dari itu keberadaan "manusia gerobak" setidaknya menggambarkan adanya ketimpangan dalam sistem kota di Indonesia terutama di kota-kota besar seperti Jakarta. Kemunculan "manusia gerobak" merupakan sebuah fenomena sosial budaya di lingkungan perkotaan yang juga merupakan variasi baru bagi kemiskinan di perkotaan yang disebabkan ketimpangan kota pusat dan kota penyangga.

Perubahan status metropolitan menjadi megapolitan adalah kebijakan yang baru tetapi jelas semakin membuat relasi antarkota menjadi timpang. Akhirnya, arus urbanisasi terus mengalir dari daerah penyangga Jakarta menuju Ibu Kota. Daerah di luar penyangga itu belakangan ikut menyumbang laju urbanisasi.

Bisa dikatakan "manusia gerobak" adalah pola urbanisasi tingkat lanjut. Jika mereka memilih untuk menetap di Jakarta, pasti ini akan menjadi persoalan bagi Jakarta (juga kota besar lainnya di Indonesia). Kehadiran "manusia gerobak" bisa saja menjadikan Ibu Kota sebagai kota yang semakin tidak beradab atau kota yang semakin primitif.

Siapapun yang memimpin Jakarta (sekarang ini Anies-Sandi), persoalan urbanisasi menjadi pekerjaan utama yang harus dicarikan solusinya. Dalam konteks ini kerja sama antar-Jakarta dengan daerah peyangga menjadi mutlak dan tidak bisa ditawar-tawar lagi. Sudah bukan zamannya lagi sebuah kota berkembang dengan usahanya sendiri. Dia menjadi sangat tergantung dari daerah di sekitarnya.

Karena itu, Jakarta harus tetap membangun hubungan yang baik dengan kota-kota di sekitarnya. Entah apakah langkah silaturahmi, minimal dengan pemimpin daerah di Bogor, Depok, Tangerang dan Bekasi sudah dilakukan Gubernur Jakarta Anies Baswedan. Fenomena "manusia gerobak" dapat diselesaikan dengan sebuah hubungan mutualisme antara Jakarta dengan daerah pemasok "manusia gerobak".

Hujan belum reda juga. Malam semakin larut. Udara mulai menusuk tulang-belulang. Akhirnya, Iman, manusia gerobak asal Cibinong akhirnya memilih "bermalam" di fly over Universitas Indonesia, Depok. Dia mencoba bermimpi indah walau terkadang menjadi "manusia gerobak" kerap dipandang sebelah mata.

Selamat malam menyembul di langit yang masih sepi dari hamparan bintang. Iman terlelap di gerobaknya. Satu per satu pengendara sepeda motor pun pergi. Kini tinggal Iman dan gerobaknya yang bertahan di fly over Universitas Indonesia (UI) Depok. Berharap rezeki menyapa esok pagi. Setidaknya!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun