Mohon tunggu...
Adelyna Redi
Adelyna Redi Mohon Tunggu... -

talk less do more

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

“Memory Sang Doktor, Gurunya Calon Guru (Bros Merah Jambu)”

18 April 2012   09:47 Diperbarui: 25 Juni 2015   06:28 170
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Allahummapaksa....belajar memperkosa diri sendiri..orang yang sering diperkosa pada awalnya akan kesakitan...semakin sering diperkosa, semakin sakit. Namun, pada akhirnya ketagihan dan akan meminta diperkosa.....

Begitulah cara belajar, pada awalnya harus memaksakan diri untuk melawan rasa malas, nantinya akan tumbuh rasa cinta untuk belajar, inti dari nasihat tersebut.... mengena dan penuh persepsi.

Itulah salah satu dari sejuta nasihatnya, Almarhum Dr. H. Y. Padmono, M. Pd. Beliau telah meninggalkan kami dengan sejuta pesan pada calon guru-guru di masa depan. Aku belajar menulis di kompasiana, di blog juga karena terinspirasi darinya. Selasa,10 April 2012, beliau pergi begitu untuk selamanya dari dunia ini, begitu cepat menurutku. Tak pernah terpikir olehku dan mahasiswa yang lain beliau akan pergi begitu cepat. Penyakit itu menggerogoti otaknya, aku sedih rasanya. Melihat otaknya, CPU dari kampus ini dioperasi oleh dokter-dokter. Terakhir aku bertemu dengannya jum'at, 30 maret 2012.... saat aku menjenguknya di rumah sakit ternama di kota keripik. Aku melihatnya terbaring di paviliun.... diranjang dengan sarung dan kaos putih..beliau tak berdaya dan hanya memijat-mijat kepalanya.....aku ingin menangis rasanya melihat beliau begitu tak berdaya....istri beliau begitu setia mendampinginya di sisi. Hatiku tergetar saat melihat infus, tabung oksigen itu menyentuh tubuhnya...aku begitu takut saat itu...ruang paviliun itu seakan memaksanya untuk terbaring di sana.... beliau yang terlihat sehat, selalu tenis lapangan di kampus, saat itu terbaring, hatiku sangat miris... beliau mengerang kesakitan sambil mengelus kepalanya lagi... akupun hanya menyentuh tangannya dan membetulkan selimut yang menutupi tubuhnya...beliau tentu menyadarinya saat itu namun, tetap menutup matanya karena rasa sakit itu....

Papa Padmono, itu nama gaul facebooknya dikalangan mahasiswa. Beliau dosen yang disegani mahasiswanya. Ganas, sangar, dan menakutkan saat pertama melihatnya..namun setelah mengenalnya pastilah rindu dan haus akan nasihat dan ilmu-ilmunya. Saat memberikan tugas kuliah..beliau memberikan berjuta persepsi yang berbeda...itulah belajar sebenarnya. Beliau dalam mendidik bukan menuangkan air ke dalam gelas yang kosong. Beliau menyuruh kita mengisi sendiri gelas kosong itu....setiap kuliah beliau jarang sekali menjelaskan mata kuliah yang diceritakan hanya pengalaman hidup yang membuat mahasiswa termotivasi...awalnya aku kaget dan heran dengan mata kuliahnya. Namun akhirnya aku tau, saat kuliah, saat memasuki kampus, bapak menganggap kita telah belajar....kita harus siap belajar. Dan dari nasihat nasihatnya pasti ada pelajaran yang terselip berkalitan dengan mata kuliah yang diajarkan....

Selalu tepat waktu, membela yang benar, keras dan tegas. Itulah kesehariannya....datang ke kampus tepat waktu...setengah tujuh pagi, pasti beliau sudah di kampus membaca koran ditemani rokoknya.... aku yang tinggal di asrama PGSD merasa begitu kehilangannya...4 tahun menimba ilmu bersamanya. Setiap ada klakson mobil terdengar dari jendela setengah tujuh pagi pastilah mobil beliau dari jendela asrama... mobil hijaunya yang selalu bertengger di depan lobi kampus...begitu khas...rasanya saat mobil itu tak ada lagi dan ada yang kurang. Kini, setiap aku menjemur baju di asrama rasanya ada yang hilang si hijau itu tak lagi bertengger di sana. Terkadang aku meneteskan air mata.

Saat kau datang ke asrama, memberikan wejangan pada warga asrama,,,senyum tawa candanya, mengalahkan keganasan dari sangar wajahnya...kami merasa begitu dekat dengannya...seperti anak kandungnya sendiri. Tapi kini kau takan pernah kembali ke asrama lagi....dan kampus ini.

"aku hanya merasa beliau sedang pergi dinas ke solo (surakarta) untuk beberapa hari, seperti kesehariannya saat masih disini. Namun, kusadari ternyata beliau sudah pergi dan takkan kembali"

Aku dan teman-teman merasa kehilangan sekali..PGSD kebumen berduka....juga orang-orang sekitar...kami adalah guru masa depan yang terinspirasi dari beliau.. sang Doktor telah pergi meninggalkan berjuta inspirasi....

Papa, semoga engkau tenang di sana...amalanmu, nasihatmu, dan ilmumu yang bermanfaat InsyaAllah memudahkanmu menggapai surgaNya...Dulu kau non muslim dan sampai detik akhir nafasmu, kau menjadi muslim sejati..... Aku sungguh bangga padamu, Papa....

Meski kau tak lagi disini...

namun kepribadianmu selalu mengena di dada ini..

seakan kau masih ada disisi kami...

Papa, 5 menit sebelum aku mendengar kabar duka itu...saat kau dikabarkan kritis aku berbincang dengan Jannah, adik kelasku. Aku berkata "mengapa orang yang akan memajukan kampus ini selalu diberi cobaan begitu berat?" dan setelah aku selesai mengucapkan kata-kata itu....Innalilahi wainnailaihi rojingun.....kabar duka datang darimu.... aku dan jannah melongo saat itu juga.... dan sehari kepergianmu aku bermimpi berjumpa denganmu, kau datang ke asrama dan menyuruhku untuk memakai bros warna merah jambu...aku tak tahu apa arti mimpiku....jika kau masih hidup maka akan kutanyakan ini padamu....bros merah jambu itu jelas sekali kau katakan itu dalam mimpiku...namun, bris merah jambu itu masih aku artikan hingga detik ini, dan belum ada jawaban yang pasti. Mungkin aku disuruh mendoakanmu, papa.

Papa, aku sangat tahu. Kau takan pernah membaca tulisannku ini sebagai salah satu tugas mata kuliahmu. Bukan lagi mata kuliah tentang pendidikan peserta didik, musik, psikologi, evaluasi pembelajaran, pembelajaran terpadu, metodologi penelitian kuantitatif, penelitian tindakan kelas, manajemen kelas, manajemen berbasis sekolah atau bahkan manajemen pendidikan. Kau doktor yang multitalenta. Tulisan ini sebagai tulisan yang ku persembahkan atas terima kasihku kepadamu, untuk kenangan tugas menuliskku terakhir kepadamu. Kaulah sang inspirasiku untuk menulis sebagai guru masa depan.... aku bangga padamu papa...kau doktor yang hebat.

Papa, tentu air mata ini akan mengering suatu saat nanti..

Namun kepergianmu masih kutanyakan sampai detik ini...

Mengapa kau begitu cepat pergi dari dunia ini...

Kau pergi saat putra putrimu masih dini...

Saat kampus baru saja mendapatkan pemimpin sejati..

Saat asrama baru saja memiliki pengayom hati...

Dan saat mimpimu masih banyak disini...

Papa, nasihatmu masih aku nanti, setiap hari...

Akupun tahu kematian itu pasti terjadi...

Kini adalah giliranmu untuk pergi dan takkan kembali...

Dan kini kusadari semua tlah menjadi takdir illahi...

Papa, keganasan dan sangar wajahmu mengingatkan hati..

Agar tak menilai pribadi dari luar namun dari dalam diri..

Terima kasih papa, 4 tahun ini akan selalu terkenang sebagai cermin diri sendiri...

Sudahkah aku menginspirasi bagi setiap pribadi?

Sudahkah aku siap untuk menggapai mimpi?

Sudahkan aku siap untuk menghadapi mati?

Itu terus aku ingat sejak kau pergi dari sini...

Akhirnya, Kembalilah semua itu sudah menjadi takdir..hidup, rezeki, jodoh dan mati hanyalah rahasia illahi..kita tak dapat menunda ataupun mempercepat. kau hanya ditakdirkan sampai disini dan ku ucapkan Innalilahiwainnailaihi rojingun, untukmu papa.

Selamat jalan papa Padmono, Sang Doktor Haji Yohanes Padmono, M. Pd semoga engkau ditempatkan di syurga FirdausNya. Amin...

Kaulah Sang Guru bagi calon guru masa depan...Kau selalu dihati kami..

Menginspirasi kami menjadi guru sejati...

Kami berjanji akan meneruskan perjuanganmu yang terhenti di sini...

"Gajah mati meninggalkan gading, harimau mati meninggalkan belang, Kau pergi dari sisi kami meninggalkan berjuta inspirasi"

(Kupersembahkan untukmu Alm. Dr. H. Y. Padmono, M. Pd (Papa Padmono) gurunya calon guru di PGSD UNS; wafat Selasa,10 April 2012, 00:30)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun