Padahal sebelumnya, bibimu sendiri yang bilang kalau ia akan membiayai studi kakamu sampai tamat SMA.
Tapi kenyataanya tidak seperti yang bibimu katakan sebelumnya. Maka ayah tidak mau hal itu terulang lagi. Walaupun dia bibimu tapi dia memperlakukan kita seperti orang asing. Kakamu selalu bercerita ke ayah melalui telfon, kalau bibimu memperlakukannya seperti pembantu. Sebenarnya ayah kecewa dengan bibimu, tapi ayah tidak bisa berbuat apa-apa karena ayah merasa berhutang budi pada bibimu.
"Ayah menyelesaikan perkataanya dengan penuh isakan"
Perlahan ayah merangkulku, membawaku ke dekapannya yang penuh kehangatan. Hatiku rasanya seperti ditusuk-tusuk, air mata mulai membasahi pipiku.
Ayah melepas dekapannya, dan berkata kepadaku, "kamu tidak perlu kwatir ya, ayah mendapat tawaran pekerjaan dengan imbalan yang cukup untuk biaya pendaftaranmu. Kita akan pindah ke luar kota dan kamu akan sekolah di sana.
"Pindah ke mana ayah?"
"Nanti Juga kamu tahu"
"Seketika kesedihan ku menghilang setelah mendengar perkataan ayah, walaupun aku masih penasaran akan pidah ke mana".
Aku Bahagia karena bisa melanjutkan studi, tapi di sisi lain aku sedih karena beban ayah akan semakin bertambah.
"Siapkan barang-barang kamu ya, hari senin kita akan berangkat!"
"Ke mana?"