“Tapi kalo dia nantinya ada orang yang minang gimana ma, trus zain gimana dong. timpalku
kurang sependapat dengan apa yang di katakan mamaku sendiri.
“berarti jodohmu bukan dia, tapi orang lain yang lebih baik dari pada dia untukmu, gitu aja kok repot. udah ah dah malam, mama mau masuk dulu. Ingat jangan terlalu malam entar kamu sakit lagi. Ujar mamaku tersenyum sambil beranjak dari sampingku dan menarik tangannya yang sudah dari awal menempel di punggungku.
“Yahhh mama,,, belum selesai juga, maa. Mama tetep beranjak masuk kerumah gak menghiraukan panggilanku, padahal aku masih kepengin ngobrol lama dengannya.
Lagi lagi aku dalam kesendirian. Ku lihat Jam sudah menunjukkan pukul 23:45 cuaca semakin dingin menyayat nyayat kulit tipisku. membuat dada agak tersesak dan hidung tersumbat. malam itu mungkin tingkahku bisa di bilang ceroboh setelah mamaku lenyap dari pandangan ku masuk kedalam rumah.
Rasa khawatir mulai datang bermain main dalam hatiku, aku takut kehilangan dia padahal aku belum mengenalnya Cuma kabar dari angin belaka tentang pribadinya. Aku tulis surat untuknya malam itu. Aku susun sekenario biar gak ada yang tau hususnya mama, papa dan kakakku. besok aku berangkat ke pondok sakaligus menjenguk adikku, dan surat itu aku titipkan padanya. Setelah selesai aku menulisnya hati mulai menerka dan fikiranku mulai terbang kemana mana menghayal bagaimana reaksi dia nanti ketika surat ini dibuka. Hadehhhh otakku terlalu jauh ngayalnya, kemudian aku masuk kerumah dan tidur.
##
Saat ini aku akan jauh dari keluarga dan teman teman tetangga dan tidak bisa menjenguk adikku ke pondok lagi, jadi gak punya kesempatan untuk bertemu sama dia, dia entah siapa namanya aku gak tau dan gak mau cari tau biar nanti tau sendiri oleh takdir yang berpihak padaku. “zain semuanya sudah siap, baju, kitab kitabnya dan apa apa yang di butuhkan di pondok?. Ingat..! gak usah mikir kemana mana, semuanya sudah ada yang ngatur!. Mulai mamaku setelah selesai sarapan pagi. mungkin karena dia melihat wajahku agak kusut. “Haikal,, kalo nanti kamu mengumudi, jangan terlalu laju, ikuti aturan lalu lintas. Susul mamaku menasehati kakakku haikal yang nantinya akan mengantarkanku ke pesantren.
”Iya ma. Kata kakakku yang baru pulang dari mesir 2 bulan yang lalu itu dengan suara lemah lembut.
Kemudian akupun beranjak keluar menuju mobil yang sudah terpampang di depan rumah setelah salaman sama mama dan abahku yang sangat jarang bicara apalagi mengenai hal yang basa basi gak jelas, berbeda dengan mama, orangnya yang suka menghibur, guyon sama anak anaknya. Kemudian aku dan kakakku berangkat dengan tujuan pertama ke pondok adek kecilku, atikah. 20 menit kemudian
akhirnya kami sampai dan berhenti sebentar kurang lebih 10 menit kemudian langsung berangkat lagi setelah memberikan uang kirimannya dari ibu sambil menyelipkan surat kecil itu berbisik, setelah kakakku memalingkan wajahnya kearah yang berlawanan.
##
“Assalamualaikum mbak. Ucap adekku padanya yang sedang pegang nadzom kitab Alfiyah sendirian.
“Walaikumsalam dik, ada apa. jawabnya kepada adekku, entah dia kenal dekat ataukah Cuma kenal wajah saja layaknya kebanyakan santri santri di pesantren lainnya.
“Gak ada mbak Cuma nganterin surat ini dari kakakku yang sempat mbak liat kemaren di pengiriman itu yang berpakaian baju koko putih dan kopiah hitam, bertuliskan Nahdlotul ulama warna kuning itu, ya sudah dulu mbak saya mau ke asrama dulu. Ujar adekku pergi langkahkan kakinya menjauh perlahan hingga tenggelam dari pandangnya. Kemudian Dia melihat surat itu dengan tampak heran dalam kesendiriannya di pagi hari yang di temani oleh nadzom alfiyahnya mengulang ulang hafalan. Mungkin ada seribu pertanyaan hadir dalam benaknya tentang siapa dan siapa.? Dan maunya apa.?
Kepada hamba Allah, entah siapa namanya saya gak tau.
Assalamualaikum WR. WB.
“Kepada hamba Allah yang namanya masih tersimpan dalam lembaran lauhul mahfudz dan namanya masih belum punya tempat dalam ingatanku, Pertama, aku ucapkan salam kenal. Kedua adalah ucapan maaf bila mana surat ini sekarang di pegang olehmu tanpa ada isyarah sebelumnya. Langsung aja, saya adalah abang atikah yang waktu itu saya sedang ngirim adekku dan tanpa sengaja kita saling pandang, maaf bukan saya tidak mau menjaga mata ini tapi saya yakin pandangan itu bukanlah pandangan yang melahirkan dosa akan tetapi pandangan itu malah melahirkan rahmat yang tidak di larang dalam agama dan juga menumbuhkan rasa pada saya, entahlah, pada dirimu,,? saya gak tau. saya bingung tentang apakah benar adanya semua kejadian ini sebab sebelumnya saya tidak pernah menemukan keterangan tentang rasa ini dalam kitab yang saya pelajari,. Entahlah. dan Saya tau tentang kepribadianmu dari adekku, maaf sekali lagi bukan maksud untuk mencuri informasi tentangmu, tapiii,,,!. Saya tulis surat ini kerana dalam hati ada keyakinan dan rasa tenang mengingatmu dan bahkan saya tidak bosan berdoa bahwa jikalau kau jodoh saya semoga Allah mempertemukan kita kembali, maaf ganggu dan lancang sudah terlalu jujur. Terima kasih
Wassalam.
(Az-zain)
# #
Satu jam lamanya perjalanan membuat lututku kaku didalam mobil, tapi gak apalah yang penting sampai ke pondok akan ketemu, bersua ria bersama konco-konco dolanan bareng, ngaji bareng, mangan bareng neng pondok. Meskipun suasana hatiku gak se indah langit biru di atas kepalaku karena memang butuh beradaptasi dengan teman meskipun teman lama, namanya sudah pindah suasana yang berbeda dengan orang yang berbeda dan perlakuan dan prilaku yang akan berbeda pula, iya di rumah anak mama dan papa, kalo butuh tinggal minta sama mama dan papa, kalo disini harus mandiri seperti yang dikatakan oleh bung karno berdikari (berdiri dikaki sendiri).
Aku turun dari mubil yang terparkir di lapangan.
“Kakak gc masuk kedalam. Aku nawarin kakak masuk tapi gak mau, dan malah menyulurkan tangannya supaya aku ulurkan pula sebagai tanda dia akan pulang. Kakakku orangnya agak tertutup sebagai mana sifat abahku, yang tidak begitu banyak bicara, entah itu setingan bergaya seperti ayah atau memang sudah bawaan dari pambriknya aku gak tau.
“Assalamualaikum. Salam ku ucapkan memasuki asramaku yang keliatannya sudah agak menua kerana catnya sudah mulai memudar, sudah tidak enak di pandang oleh mata telanjang. Maklum, tiga tahun sekali baru di cat ulang, katanya sih meminimalisir pengeluaran khas santri.
“waalaikum salam,, jawab teman asramaku serentak saling lempar senyum denganku, kebahagiaan bersama kawan pondok mulai terukir dalam lembar harian baru.
“Wah,,,bawa oleh-oleh neh”.
“Iya,, dong,,, masak baru datang gak bawa apa-apa ! ledek teman temanku sambil melototi kardus yang baru aku taruh di pojok asrama, gak sabar, untuk melahap habis, apalagi sudah mungkin di tunggu-tunggu sejak tadi. Maklum santri kalo sudah ada orang baru datang atau teman kamarnya dikirim itu adalah kebahagian yang tak terhingga karena ada beberapa alasan yaitu, kenyang dengan masakan yang berbeda dari kantin biasanya dan uang tetap aman dalam lemari.
Sejak saat itulah saya mejalani kewajiban dipondok dengan suka tak suka, rela tak rela kadang betah kadang mumet apalagi pas rindu yang disana. Tapi Alhamdulillah hari demi hari, minggu kemudian bertemu minggu bulan bertemu bulan aku dapat melewatinya dengan jumlah hafalan al Qur’anku sudah sampai 30 juz tinggal yang mau mengulang ngulan supaya tidak gampang lupa.
##
5 bulan kemudian, tibalah masa yang namanya liburan panjang, liburan adalah suatu hal yang ditunggu-tunggu oleh semua santri, yah dengan berbagai alasan, alasan bisa bebas hingga bisa menjajaki bumi seluas-luasnya, alasan supaya bisa berkumpul bersama keluarga dengan kebahagiaan yang pernah tertunda selama beberapa bulan dan alasan-alasan lainnya. Dan malam ini adalah malam puncak atau malam terakhir karena besok sudah mau pulang.
“Zain,, pengajian udah dimulai, ayo cepetan kita kesana takut gc kebagian tempat. Ajak bawafi temanku yang lumayan alim ini dan termasuk salah satu santri yang bisa dibilang sering mendapatkan tropi dan hadiah kalau sudah akhir tahun, apalagi aku memulai menghafalkan al-Qur’an karena terinspirasi dari ceritanya yang di tinggal ayahnya kemudian ia memutuskan menghafalkan alQur’an dengan harapan dan niatan juga permintaan kepada Allah “jika saya tidak bisa membahagiakan orang tua saya berada didunia ijinkanlah saya untuk membahagiakan orang tua saya nanti ketika berada diakhirat dengan al Qur’an yang saya hafalkan dan dengan ilmu agama yang sedang saya tuntut saat ini.
“Ow, iya fi,, bentar, saya kunci lemari dulu. Jawabku sebagai bahasa tunggu untuk bawafi yang sudah menunggu. Kemudian aku segera