BETARI
Di mandala yang jauh, seorang pria eksplisit dan malar,
Memulai pelawatan, hatinya semarga kelikir,
Meninggalkan juvenilnya, seorang bumiputri yang masih sangat prematur
Dan puspitanya tercinta, yang memiliki renjananya.
Dengan berat hati dan pikiran yang teguh,
Dia memulai lawatannya, meninggalkan tunasnya,
Untuk honorarium wangsanya,
untuk memastikan mereka berkujarat,
Si kirana dan berantanya, filantropi dalam peluhnya.
Dan suatu hari, ketika dia meretur ke graha peluhnya
Ke lekapan yuana dan tajuk mahkota yang mengelus dada, dia merambah,
Air mata kesemarakan dan kesenggangan di mata mereka begitu cerah,
Dan pada akhirnya, bersatu merusut, di bawah sinar almanak yang sama.
Atas dedikasi yang dia tempuh, yojana yang diselusuri,
Apakah semuanya sadik, berapa pun persentasenya,
Untuk melihat gelak tawa pada sekaran dan gulananya,
Adalah komoditas, sagu hati, margin kecambah yang sesungguhnya.
Melewati alai-belai dan ketertatihan di bentala biru,
Dia menyimpan keprakarsaan, seperti butiran pasir,
Tentang santiran-santiran yang dibagikan, begitu primersif dan konstruktif,
Bersama tepian mata dan puspanya, pumpunannya berdebar kencang lagi.
Seiring berjalannya tangguhan, dan regukan terus bersolek,
Dia tidak pernah meruat, tak pernah sekali pun menggegar diri,
Atas solakan yang begitu dia ngawai untuk tajak kebat ini,
Memberinya keadikaraan, dan keresistansian untuk berseregang.
Calak berganti ranum, ranum berganti sasap,
Saat dia bersubstansial dan berkatalis dengan jalan yang tidak digenapi,
Menggulana akan gelak tawa keriangan betarinya,
Dan kehangatan gelebahnya, yang sangat ia hasrati.
Jadi, ini untuk pria persisten dan konklusif,
Yang beranggara mengujung pangkal hal yang elusif,
demi potret yang dikasihini,
Sang spirit vitalitasnya, sanubari penuntunnya,
Dalam lekapan mereka, lekanya terasa merdu dan hikmat.
Bumiputri, puspita
Kirana, beranta
Betari, gelabah
Yuana, mahkota
Bumiputri, puspita
Kirana, beranta
Betari, gelabah
Yuana, mahkota
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H