Pengantar: Pilkada Hijau
Pilkada serentak 2024 sedang dalam tahapan penyampaian visi-misi dan debat antar pasangan calon. Para pasangan calon menyampaikan gagasan visi, misi, program dan strategi pembangunan selama masa kepemimpinannya.Â
Adakah gagasan visi-misi, program dan strategi pasangan calon yang mengangkat isu lingkungan hidup, bumi yang kita huni?Â
Lantas, apa yang bisa diharapkan dari calon-calon kepala daerah di NTT, baik di tingkat Provinsi maupun di tingkat Kabupaten/Kota.Â
Kita tentu saja mengharapkan para pemimpin yang memiliki kesadaran ekologis, kepedulian dan program konkret mengatasi krisis ekologi yang sedang melanda dunia, secara khusus di provinsi Nusa Tenggara Timur.Â
Kita perlu mencari pemimpin yang benar-benar memikirkan kondisi bumi, air dan hutan sebagai sumber hayati lingkungan hidup manusia NTT.
Kampanye ekologi, lingkungan hidup atau sering kita sebut politik hijau adalah pendekatan atau aliran politik yang berfokus pada isu-isu lingkungan dan keberlanjutannya.Â
Politik hijau juga merupakan aktivitas lingkungan dan gerakan sosial yang berjuang untuk menciptakan kesadaran akan dampak perubahan iklim dan menjaga ekosistem.
Politik hijau tidak hanya berkaitan dengan kebijakan pemerintah, namun melibatkan partisipasi masyarakat dalam upaya pelestarian lingkungan.Â
Para politisi terutama para pasangan calon yang diusung bersama partai politiknya perlu memperjuangkan hak asasi manusia, keadilan sosial dan perlindungan keanekaragaman hayati.Â
Krisis Ekologis di NTT
Data dari Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) pada Oktober 2024, merilis salah satu titik terpanas di Indonesia terletak di Provinsi Nusa Tenggara Timur.Â
Selain itu NTT merupakan salah satu daerah dengan tingkat curah hujan terendah di Indonesia. Kondisi geofrafis, faktor angin dan faktor iklim mengakibatkan banyak pulau di NTT mengalami kekeringan berkepanjangan.
Oleh karena itu, kondisi krisis ekologi di NTT tidak bisa dipungkiri. Perlu kesadaran bersama, gerakan bersama berkesinambungan di masa mendatang.Â
Kondisi krisis ekologis yang dimaksud mencakup beberapa isu serius yang mempengaruhi lingkungan dan kehidupan masyarakatnya, antara lain:
Kekeringan dan Perubahan Iklim. Kondisi NTT yang sering mengalami kekeringan berkepanjangan dan kondisi curah hujan yang tidak teratur membuat pola pertanian terganggu dan krisis air terjadi di mana-mana.
Kerusakan Hutan. Konversi lahan untuk kebutuhan pertanian, pemukiman dan penebangan hutan menyebabkan terganggunya keanekaragaman hayati dan fungsi ekosistemnya.Â
Penggundulan Hutan. Banyak daerah yang membabat hutan untuk kebutuhan ekonomi, mengakitabkan erosi tanah, hilangnya dan hilangnya habitat flora dan fauna lokal.
Kestabilan Sosial. Kondisi ekologi yang rusak menyebabkan ketidakstabilan sosial akibat perebutan sumber air dan lahan pertanian.Â
Sampah dan Polusi, dapat menjadi masalah krisis ekologi yang semakin parah akibat pertambahan jumlah penduduk dan penanganan sampah dan polusi yang buruk
Gambaran kondisi krisis ekologis di NTT ini hampir terjadi di seluruh wilayah kepulauan ini. Kondisi ketertinggalan, kemiskinan dan daya saing sumberdaya manusia masih menjadi momok di daerah ini.Â
Tentu saja ini menjadi tantangan dan ancaman lingkungan yang perlu ditangani para pemimpin akan datang. Ada banyak pekerjaan rumah bagi para pemimpin terkait isu ekologis di daerah ini.
Pemimpin Ekologis di NTT
Menghadapi persoalan krisis ekologi yang melanda provinsi NTT, mestinya melahirkan para calon pemimpin daerah ini yang memiliki perhatian serius, mencanangkan program, mengupayakan peningkatan kesadaran masyarakat serta kebijakan berkelanjutan dari pemerintah untuk perbaikan lingkungan di masa mendatang.Â
Kita perlu mencari profil pemimpin yang memiliki aspek ekologis dalam upaya membangun dan mengelola sumber daya di provinsi NTT.Â
Pemimpin dengan kesadaran ekologis akan memberi perhatian besar pada perbaikan lingkungan hidup di daerahnya.Â
Mereka akan dengan sadar dan mau mengupayakan lingkungan yang berkontribusi kepada kehidupan dan kesejahteraan manusia NTT secara berkelanjutan.
Ciri pemimpin yang memiliki aspek ekologis perlu dirumuskan dengan konkret dan terukur. Dengan demikian, kita bisa menyeleksi gagasan para calon pemimpin di NTT melalui visi-misi, program dan strategi yang dipaparkan melalui kampanye maupun debat publik.
Paus Fransiskus menekankan pentingnya kepemimpinan ekologis dalam konteks menjaga bumi dan lingkungan. Dalam ensikliknya Laudato Si', yang banyak dibahas di berbagai belahan bumi, menguraikan ciri-ciri pemimpin ekologis yang ideal antara lain:
Memiliki Kesadaran akan Keterhubungan. Pemimpin ekologis harus menyadari bahwa segala sesuatu di dunia saling terhubung termasuk hubungan antara manusia, lingkungan dan Tuhan.
Memiliki Kepedulian Sosial. Mereka harus memperhatian semua orang, termasuk yang paling rentan, dan mengadvokasi keadilan sosial dalam konteks lingkungan.
Pendidikan dan Kesadaran. Mereka perlu berperan dalam mendidik masyarakat tentang pentingnya menjaga lingkungan dan mengubah perilaku yang merusak.Â
Kerjasama. Berkolaborasi dengan banyak pihak termasuk pemerintah, organisasi non pemerintah, dalam masyarakat dalam upaya konservasi.
Tindakan Berkelanjutan. Memiliki komitmen untuk mengimplementasikan kebijakan dan praktik yang berkelanjutan demi kesejahteraan generasi mendatang.Â
Spiritualitas dan Etika. Memiliki dasar spiritualitas dan etika yang kuat, menghormati ciptaan dan berkomitmen terhadap nilai-nilai keberlanjutan.
Penutup
Di dalam alam demokrasi yang sehat, pemimpin ditentukan melalui proses pemilihan umum daerah. Para pemimpin dipilih rakyat yang berdaulat.Â
Rakyat memiliki kedaulatan untuk menentukan siapa yang dipercaya memimpin dan mengelola sumber daya yang ada di daerah mereka.Â
Maka, rakyat perlu mencermati visi-misi, program dan strategi para calon melalui kampanye setiap calon dalam debat yang sedang berlangsung.Â
Rakyat perlu belajar dan menghindari janji-janji sesaat para calon pemimpin. Masyarakat dan calon pemimpin perlu memikirkan keberlanjutan dan keterhubungan alam semesta ini.Â
Semuanya perlu dipelihara bersama dan dimanfaatkan secara seimbang. Perlu keterbukaan menerima, memperbaiki visi-misi dan program yang kiranya selaras dengan kelanjutan hidup generasi kini dan masa mendatang.Â
Jaminannya ada kalau kita memberi para pemimpin memberi atensi pada tata cara, tata kelola sumber daya ekologis sebagai prioritas perhatian di tengah ancaman krisis ekologis negeri kepulauan yang indah dan potensial ini.Â
Bila para pemimpin memiliki kesadaran ekologis, mengupayakan perbaikan secara bersama, Insya Allah negeri ini tetap menjadi nusa yang indah, kaya dengan budaya, keindahan alam dan membawa kemakmuran bagi warganya.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H