Krisis Ekologis di NTT
Data dari Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) pada Oktober 2024, merilis salah satu titik terpanas di Indonesia terletak di Provinsi Nusa Tenggara Timur.Â
Selain itu NTT merupakan salah satu daerah dengan tingkat curah hujan terendah di Indonesia. Kondisi geofrafis, faktor angin dan faktor iklim mengakibatkan banyak pulau di NTT mengalami kekeringan berkepanjangan.
Oleh karena itu, kondisi krisis ekologi di NTT tidak bisa dipungkiri. Perlu kesadaran bersama, gerakan bersama berkesinambungan di masa mendatang.Â
Kondisi krisis ekologis yang dimaksud mencakup beberapa isu serius yang mempengaruhi lingkungan dan kehidupan masyarakatnya, antara lain:
Kekeringan dan Perubahan Iklim. Kondisi NTT yang sering mengalami kekeringan berkepanjangan dan kondisi curah hujan yang tidak teratur membuat pola pertanian terganggu dan krisis air terjadi di mana-mana.
Kerusakan Hutan. Konversi lahan untuk kebutuhan pertanian, pemukiman dan penebangan hutan menyebabkan terganggunya keanekaragaman hayati dan fungsi ekosistemnya.Â
Penggundulan Hutan. Banyak daerah yang membabat hutan untuk kebutuhan ekonomi, mengakitabkan erosi tanah, hilangnya dan hilangnya habitat flora dan fauna lokal.
Kestabilan Sosial. Kondisi ekologi yang rusak menyebabkan ketidakstabilan sosial akibat perebutan sumber air dan lahan pertanian.Â
Sampah dan Polusi, dapat menjadi masalah krisis ekologi yang semakin parah akibat pertambahan jumlah penduduk dan penanganan sampah dan polusi yang buruk
Gambaran kondisi krisis ekologis di NTT ini hampir terjadi di seluruh wilayah kepulauan ini. Kondisi ketertinggalan, kemiskinan dan daya saing sumberdaya manusia masih menjadi momok di daerah ini.Â