Mohon tunggu...
Norberth Javario
Norberth Javario Mohon Tunggu... Konsultan - Penjaga Perbatasan

Menulis semata demi Menata Pikiran

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Antara Pisang Goreng dan Mahalini Raharja

24 Juli 2024   22:46 Diperbarui: 25 Juli 2024   13:00 292
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto: Instagram Mahaliniraharja

Pisang goreng merupakan makanan olahan buah pisang paling populer di Indonesia. Semua daerah di Indonesia pastilah tahu jenis kuliner ini. Entah dari mana bermula, yang pasti ialah sejak minyak goreng dan gandum ada, orang-orang mulai berpikir untuk mengkombinasikan buah pisang dengan bahan-bahan itu untuk selanjutnya dipanaskan dengan api. Jadilah pisang goreng, seperti yang saya nikmati sore ini.

Jauh sebelum itu -- beribu-ribu tahun lalu - nenek moyang kita pastilah hanya tahu makan buah pisang saja. Semua yang dari alam langsung dimakan begitu saja karena pengetahuan mereka masih amat terbatas.

Lalu sejak mengenal api, buah pisang tidak hanya langsung dipetik lalu dimakan melainkan sudah dimodifikasi dengan dibakar dulu. Secara amat bertahap dari masa ke masa, manakala pengetahuan manusia pun bertambah, semua yang dari alam tidak langsung dikonsumsi namun diolah atau dimodifikasi demi mendapatkan cita rasa berbeda.

Nampaknya ini sudah menjadi naluri dasar manusia untuk berlomba-lomba menciptakan standar baru dalam hal apa pun, termasuk dunia kuliner. Ingatlah bahwa keinginan manusia itu tidak terbatas dan akan selalu ada orang-orang yang menembus batas-batas terakhir dari apa pun meski kita merasa hal itu sudah cukup atau nyaris mustahil dicapai. 

Saya takjub kala membuka Youtube dan melihat aneka resep makanan berbahan dasar pisang seperti bolu pisang, pisang crispy, pisang dengan telur dan santan, pisang dengan roti tawar, kroket pisang, pisang kembung, hingga menu unik seperti pisang kukus super montok.

Demikianlah, meski sudah ada beragam menu unik dari olahan buah pisang dan sudah pasti lezat, namun akan selalu ada orang yang merasa tidak puas dan mencari-cari terobosan demi mencapai kelezatan baru lagi. Di tangan seorang koki ahli, buah pisang bisa dijadikan aneka makanan lezat di luar imajinasi awam yang menyebabkan air liur meleleh meski dengan melihatnya saja.

***

Beberapa minggu lalu ramai berita mengenai cerita operasi plastik pasangan selebriti Rizky Febrian dan Mahalini. Nada kekecewaan berseliweran di mana-mana, menyayangkan mengapa Mahalini yang sudah cantik namun tak juga merasa puas dengan kecantikannya itu lalu melakukan oplas lagi.

Soal oplas ini rasanya sudah menjadi hal biasa di kalangan artis. Demi mempertahankan atau menambah penampilan agar sedap dipandang, klinik-kilinik kecantikan ternama menjadi tujuan mereka. Dan dengan makin menjamurnya klinik-klinik serupa, oplas tidak lagi identik dengan artis semata tetapi juga bagi masyarakat awam yang ingin tampil menawan. Asal ada uang maka jadilah. 

Jika Anda merasa hidung kurang mancung, dagu kurang lancip, atau kelopak mata kurang mendukung bola mata Anda bagai bulan purnama, pergilah ke sana dan Anda bisa memesan bentuk apa saja yang sesuai selera lalu sim salabim, Anda mungkin sulit dikenali lagi kalau sekilas dilihat. Jadilah Anda mencapai standar kecantikan -- atau ketampanan -- masa kini yang setipe dengan artis-artis Hollywood atau Korea.

Apakah ini berarti Anda tak mensyukuri pemberian Tuhan? Apakah ini berarti Anda mengingkari apa yang sudah diberikan Tuhan? Jika Anda cermat mengikuti narasi tentang pisang goreng di atas, Anda tentu sudah mendapat poinnya. 

Mari kita bertanya kepada para penggemar pisang goreng, mengapa tidak mensyukuri pemberian Tuhan dengan memakan langsung buah pisang melainkan harus diolah dulu sedemikian rupa. Apakah itu tidak mensyukuri apa yang sudah diberikan Tuhan? Mengapa pula ada ketidakpuasan lalu merasa perlu mengolahnya lagi?

Foto: Instagram Mahaliniraharja
Foto: Instagram Mahaliniraharja
Sebagaimana dulu nenek moyang tak mengenal kosmetik apa pun lalu itu semua berubah menjadi sedemikian radikal jika dibandingkan dengan zaman ini, persis buah pisang yang berubah jadi pisang rebus, pisang goreng, dan lainnya. Tak perlu mundur jauh ke era primitif tetapi cobalah tengok ke beberapa puluh tahun lalu saja. 

Nenek kita yang berbedak tipis saja sudah dianggap pesolek. Selanjutnya kita sama-sama tahu bahwa dunia mode mulai merambah bibir, di mana bibir pun mesti dimerahkan dengan gincu--bahkan sekarang sudah ada sulam bibir. Merambah pula ke alis, bulu mata dan akhirnya mengubah bentuk muka dengan oplas. Semuanya amat bertahap dan sistematis, menciptakan standar-standar dandan baru dalam eranya masing-masing.

Mungkin di zaman dulu dengan standar berbeda, berbedak saja sudah dikatakan berlebihan. Namun selalu saja ada pihak yang membuat terobosan baru menembus batas-batas nilai yang ada, sekalipun itu dianggap mendegradasikan etika dan moral yang berlaku.

Perlahan namun pasti, seperti mencairnya balok es, nilai-nilai etika dan moral itu pun perlahan runtuh, lalu semuanya menjadi wajar. Semuanya demi kepuasan manusia semata. Kepuasan tanpa batas.

JAVARIO

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun