Mohon tunggu...
Ara
Ara Mohon Tunggu... Buruh - Pengembara

Belajar menulis :)

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Belajar dari Buku "I am Sarahza"

10 April 2020   09:05 Diperbarui: 10 April 2020   09:06 252
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Hanum Salsabiela Rais Dan Rangga Almahendra

"Dimana ada harapan disitu ada kehidupan" salah satu kutipan yang mengagumkan bagi setiap orang yang membacanya. Sebuah buku yang menceritakan manis pahit kehidupan yang dialami oleh makhluk bernama manusia. Perjuangan memperoleh buah hati adalah satu impian yang diinginkan oleh pasangan suami istri. 

Pada buku tersebut berkisah perjalanan hidup sepasang suami istri yang ingin mendapatkan buah hati, mereka adalah Hanum Salsabiela Rais dan Rangga Almahendra. 

Sebelas tahun mereka menantikan kehadiran seorang buah hati dalam hidupnya, tapi takdir Tuhan berkata lain. Tuhan belum mendengar doa mereka untuk segera di karuniai seorang anak. 

Namun, mereka tetap tidak putus asa untuk berusaha semaksimal mungkin. Berbagai macam ujian hidup mereka hadapi dengan kekuatan besar yang diberi nama kesabaran dan harapan. 

Usaha apapun sudah ditempuh agar segera dikarunia seorang malaikat kecil di dunia. Sampai saat menuntut ilmu di luar negeri mereka tetap berkonsultasi dan melakukan berbagai upaya untuk mencapai mimpinya mendapatkan buah hati. 

Dukungan dari berbagai pihak mereka dapatkan untuk tetap berjuang melawan takdir yang menggantungan impiannya di lauhul mahfudz sana.

Buku tersebut banyak memberikan pelajaran tentang arti perjuangan dan sebuah harapan. Terkadang manusia akan mengalami depresi dan putus asa pada saat usaha-usaha yang dilakukannya tidak menuai hasil sama sekali. 

Hal tersebut merupakan sifat manusia yang pada dasarnya hanya dapat menjalani dan sebagai penentu ialah Tuhannya. Seberapa kuat manusia melawan takdir yang sudah ditetapkan, maka akan sia-sia saja dan berakhir pada kekecewaan saja. Sehingga kemungkinan besar manusia tersebut akan mengalami tingat stres yang lebih tinggi dari hanya sekedar berjuang diawal.

Melalui buku tersebut sebagai makhluk yang masih beridentitas sebagai manusai, terdapat empat point untuk bekal hidup.  Pertama, "Jagalah sholat yang selama ini menjadi tiang agamamu. 

Semakin kau jaga dan kau rawat tiangmu dengan baik, maka angin atau badai tak akan mampu merobohkannya. Takdir baik ataupun buruk mampu kau taklukkan jika tiangmu sudah kokoh. 

Karena itu adalah pondasi awal memulai kehidupan yang membawa ketenangan hati." Kutipan nasehat orang tua kepada anaknya yang pertama ialah menjaga hubungannya dengan Sang Pencipta. Jika manusia dapat menjalin hubungan baik dengan Tuhannya, maka tidak akan tersesat kedalam jurang kemaksiatan.

Kedua, "Jadikan al-Quran sebagai penuntun kau berlayar di lautan bebas bernama dunia ini. Tanpanya kau akan terombang ambing badai yang menerjang. Jangan hanya kau jadikan pajangan indah nan berdebu tanpa kau sentuh sedikitpun". 

Al-quran sebagai petunjuk  disaat takdir mengguncang hidup seseorang. Membaca dan meresapi setiap arti indah dari firman Tuhan, maka akan ditemukan nikmat hidupnya.

Ketiga, "Keluarkan sedekahmu untuk orang lain. Sedekah adalah ladang amal yang akan membawa takdir kebaikan bagi dirimu". Jangan melihat keatas terhadap apa yang orang lain miliki. 

Hal tersebut hanya membuatmu menjadi seorang yang ambisius mengejar dunia saja. Sedangkan masih banyak hal dapat dilakukan untuk menjemput takdir baik seperti bersedekah. Sedekah juga mampu mengubah takdir-takdir buruk yang akan datang menjelma menjadi takdir baik.

Keempat, "bersyukur dan ikhlaslah atas setiap nikmat yang kau dapatkan". Keimanan tanpa keihlasan hanya meninggalkan sebuah kegelapan dalam ruang sepi nan gelap. Menjaga keimanan adalah hal terpenting untuk dilakukan.

Dengan keempat hal diatas, sebagai manusia sehausnya memegangnya dengan kuat. Karena kehidupan layaknya sebuah kopi yang disajikan untuk dinikmati. Kopi mempunyai sisi pahit dan manis yang dapat dinikmati dengan sempurna. 

Sama halnya dengan kehidupan yang mempunyai dua ritme kemanisan dan kepahitan. Tinggal bagaimana cara seseorang dapat menikmatinya agar terasa nikmat sempurna. Karena manis pahit kehidupan selalu beriringan saling mendahului.

"Selalu berjuang demi harapan indah yang kau inginkan untuk terwujud. Karena dengan setiap harapan yang diperjuangkan maka akan ada kehidupan yang meneranginya agar cepat terwujud indah."

25 Mei 2018

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun