Mohon tunggu...
Ara
Ara Mohon Tunggu... Buruh - Pengembara

Belajar menulis :)

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Belajar dari Buku "I am Sarahza"

10 April 2020   09:05 Diperbarui: 10 April 2020   09:06 252
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Karena itu adalah pondasi awal memulai kehidupan yang membawa ketenangan hati." Kutipan nasehat orang tua kepada anaknya yang pertama ialah menjaga hubungannya dengan Sang Pencipta. Jika manusia dapat menjalin hubungan baik dengan Tuhannya, maka tidak akan tersesat kedalam jurang kemaksiatan.

Kedua, "Jadikan al-Quran sebagai penuntun kau berlayar di lautan bebas bernama dunia ini. Tanpanya kau akan terombang ambing badai yang menerjang. Jangan hanya kau jadikan pajangan indah nan berdebu tanpa kau sentuh sedikitpun". 

Al-quran sebagai petunjuk  disaat takdir mengguncang hidup seseorang. Membaca dan meresapi setiap arti indah dari firman Tuhan, maka akan ditemukan nikmat hidupnya.

Ketiga, "Keluarkan sedekahmu untuk orang lain. Sedekah adalah ladang amal yang akan membawa takdir kebaikan bagi dirimu". Jangan melihat keatas terhadap apa yang orang lain miliki. 

Hal tersebut hanya membuatmu menjadi seorang yang ambisius mengejar dunia saja. Sedangkan masih banyak hal dapat dilakukan untuk menjemput takdir baik seperti bersedekah. Sedekah juga mampu mengubah takdir-takdir buruk yang akan datang menjelma menjadi takdir baik.

Keempat, "bersyukur dan ikhlaslah atas setiap nikmat yang kau dapatkan". Keimanan tanpa keihlasan hanya meninggalkan sebuah kegelapan dalam ruang sepi nan gelap. Menjaga keimanan adalah hal terpenting untuk dilakukan.

Dengan keempat hal diatas, sebagai manusia sehausnya memegangnya dengan kuat. Karena kehidupan layaknya sebuah kopi yang disajikan untuk dinikmati. Kopi mempunyai sisi pahit dan manis yang dapat dinikmati dengan sempurna. 

Sama halnya dengan kehidupan yang mempunyai dua ritme kemanisan dan kepahitan. Tinggal bagaimana cara seseorang dapat menikmatinya agar terasa nikmat sempurna. Karena manis pahit kehidupan selalu beriringan saling mendahului.

"Selalu berjuang demi harapan indah yang kau inginkan untuk terwujud. Karena dengan setiap harapan yang diperjuangkan maka akan ada kehidupan yang meneranginya agar cepat terwujud indah."

25 Mei 2018

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun