Mohon tunggu...
Nor Kholis
Nor Kholis Mohon Tunggu... Freelancer - suka

sedang mengetik...

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

Pandemi dan Momentum Inovasi Anak Bangsa

28 Mei 2020   15:56 Diperbarui: 28 Mei 2020   15:58 82
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber: https://techno.okezone.com

Salah satu hikmah di tengah wabah covid -19 saat ini adalah lahirnya berbagai karya inovasi dari tangan -- tangan anak bangsa dalam waktu yang relatif singkat. Dua bulan lalu sejak pemerintah telah mengakui corona sudah masuk ke Indonesia, gegap gempita semua orang kelabakan menghadapinya. 

Muncullah berbagai terobosan baru, baik di bidang kesehatan maupun teknologi industri dalam melawan krisis akibat pandemi. Sampai titik ini, sudah semestinya menjadi momentum baik bagi bangsa Indonesia untuk menghargai kemampuan anak bangsanya sendiri.

Kepala Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) Hammad Rizal mengeklaim berbagai produk alat kesehatan karya anak bangsa yang berhasil diciptakan pada masa pandemi ini diyakini memiliki kualitas lebih baik dari pada produk impor. 

Dari sisi harga pun jauh lebih murah, sehingga bisa menghemat biaya triliunan rupiah. Sementara disisi lain berbagai akselerasi dalam bidang teknologi industri juga terus dilakukan, seperti: pengembangan biosolar, mobil listrik, alat pendeteksi tsunami, pesawat tanpa awak (drone) serta masih banyak inovasi yang telah diciptakan.

Sebelum itu, Kepala Badan Riset Inovasi Nasional (BRIN) juga telah memberikan contoh beberapa inovasi karya anak bangsa asal Surabaya di bidang teknologi otomotif dan kesehatan. Mobil dan sepeda motor listrik turut dikembangkan oleh para peneliti dan mahasiswa dari Institute Teknologi Sepuluh November. 

Ramah lingkungan dan harga yang terjangkau bagi masyarakat menjadi peluang besar untuk dikembangkan di Indonesia. Sementara inovasi pada bidang kesehatan datang dari Universitas Airlangga. 

Penemuan kapsul cangkang dari produk rumput laut bisa menjawab kehalalan produk bagi dunia medis. Adapun penemuan stem cell, menjadi solusi bagi orang yang akan melakukan pengobatan tidak harus jauh-jauh ke luar negeri sehingga dapat memangkas biaya cukup banyak.

Tidak cukup sampai disitu, sebenarnya baik sebelum pandemi ini sederet karya inovasi karya dalam negeri juga tidak bisa dibendung. Sudah sejak 2015 Kementrian Riset, Teknologi dan Pendidikan (Kemenristekdikti) telah mengembangkan progam inovasi berbasis star up dan pengembangan teknologi bagi dunia industri. Melalui even Inovator Inovasi Indonesia Expo (I3E) Kemenristekdikti turut andil mempromosikan berbagai produk karya anak bangsa. 

Dari tahun ke tahun peminatnya semakin meningkat, yang awalnya hanya diikuti 54 peserta, pada tahun 2019 kemarin jumlahnya sudah mencapai lebih dari 400 peserta.

Berbagai inovasi hasil produk dalam negeri sudah tidak terhitung berapa banyak jumlahnya. Menyaksikan begitu besarnya potensi sumber daya yang dimiliki bangsa ini dalam melahirkan berbagai karya inovasi patut dihargai. Bahkan dari tingkat anak -- anak sudah punya bakat yang luar biasa. Kita sudah tidak asing mendengar anak-anak di usianya yang masih belia sudah mampu menembus level internasional dengan karya inovasi yang diciptakan. 

Kita juga sudah sangat sering mendengar kabar anak - anak didik di sekolah - sekolah mampu menyabet gelar juara dalam berbagai bidang disiplin keilmuan dalam kancah internasional.

Sudah saatnya bangsa ini menjadi bangsa yang mau menghargai karya anak negerinya sendiri. Perlu adanya kolaboratif untuk mendukung berbagai inovasi yang dihasilkan dari tangan-tangan anak bangsa. 

Jangan lagi menelantarkan karya yang telah meraka ciptakan yang pada akhirnya hanya akan diambil oleh negara lain. Bagitu juga jangan sampai kita lebih memilih produk-produk hasil impor yang pada akhirnya hanya akan menghambat proses pegembangan inovasi di negeri kita sendiri.

Masih sangat disayangkan dalam bidang kesehatan, misalnya. Dalam memenuhi kebutuhan bahan baku obat dan alat kesehatan, sampai saat ini 90 persen masih harus melakukan impor. Padahal pasar alat kesehatan di Indonesia sangat potensial bisa mencapai 2,2 milion US.

 Direktur Eksekutif Aspaki, Ahyahuddin Sodri menyatakan ketergantungan Indonesia terhadap produk impor bidang kesehatan karena dunia kedokteran mayoritas masih memilih menggunakan produk impor. Hal inilah yang menjadi faktor utama penghambat pengembangan produk alat kesehatan di Indonesia.   

Sudah saatnya pandemi saat ini menjadi momentum bagi bangsa Indonesia mau melakukan refleksi dalam pengembangan dunia riset guna memajukan berbagai inovasi hasil karya anak bangsa. 

Begitu potensialnya sumber daya yang dimiliki, sehingga tidak ada celah untuk tidak memaksimalkan potensi yang telah ada. Bangsa ini akan mampu bersaing dalam kancah internasional selama adanya kerja kolaboratif dan berkelanjutan dari para pemegang kebijakan.

Jika tidak adanya politik will yang baik, maka berbagai karya inovasi yang sudah ada hanyalah menjadi isapan jempol semata. 

Tidak pernah dihargai palagi dikembangkan sehingga hanya menjadi tumpukan proposal yang berserekan. Pengembangan inovasi kedepan setelah pandemi berakhir hanya akan stagnan dan tidak bisa berkembang.

Nor kholis

Pusat Studi Lingkungan Hidup (PULiH)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun