Mohon tunggu...
Nor Qomariyah
Nor Qomariyah Mohon Tunggu... Freelancer - Pembelajar stakeholder engagement, safeguard dan pegiat CSR

Senang melakukan kegiatan positif

Selanjutnya

Tutup

Nature Artikel Utama

Sustainable Product: Membeli Produk, Trend, atau Nilai?

16 Januari 2024   13:58 Diperbarui: 17 Januari 2024   00:40 506
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sustainable product | Dok Pri Nor Qomariyah, 2023

Semua yang dilakukan tentu dengan tujuan untuk meminimalisir dampak dari climate change dengan carbon neutral awareness dan carbon reduction, menyesuaikan dengan pemenuhan kebutuhan keseharian kita.

Produk ramah lingkungan yang bersifat sustainable yang dibangun dengan mindset kesadaran akan lingkungan begitu melekat bahkan jika melalui google search engine 23.000.000 hasil dalam (0,30 detik). Artinya trend ini secara global telah menjadi kebutuhan utama yang mengakomodasi terhadap 'save of our environment'. 

Prinsip yang sama yang juga dimiliki oleh masyarakat urban dan eco-people dimana lingkungan hidup memberikan kehidupan bagi keberlangsungan peradaban manusia. Seperti halnya seorang ibu yang memberikan kehidupan bagi anak-anaknya melalui nutrisi dan kasih sayang, https://megashift.fisipol.ugm.ac.id/2023. Inilah mengapa kemudian keberadaan produk yang sustainable menjelma menjadi sebuah kebutuhan, meski kadang kita harus membelinya dengan harga yang mahal.

Tumbler, salah satu peralatan minum dengan alat penutup yang fleksibel dan ramah lingkungan yang kini populer di berbagai kalangan. 

Secara harfiah, tumbler berarti 'orang yang berguling'. Tumbler pertamakalinya ditemukan di Jerman pada 1904 dengan teknologi vakum guna menjaga minuman tetap dalam kondisi panas atau dingin (https://onlineprint.co.id/, 2023). 

Tumbler bahkan saat ini banyak bentuk dan jenisnya dengan berbagai variasi ukuran yang memudahkan penggunanya untuk dibawa kemanapun mereka pergi. Tak jarang trend penggunaan tumbler juga digunakan oleh pasar sebagai kesempatan untuk menarik konsumen dengan label 'go green'.

Hanya saja, tumbler kemudian berubah fungsi, tidak hanya sebagai 'alat penyimpan air mium' namun juga menjadi 'tanda status sosial' dengan membeli 'tumbler berkelas' dan harga yang relatif mahal dibandingkan tumbler biasa. Padahal untuk memproduksi barang tersebut menghasilkan 6,3 kali lipat dari berat barang tersebut (https://news.climate.columbia.edu/2020).

Cristoph Meinrenken (Associate Research Scientist at the Earth Institute's Research Program on Sustainability Policy and Management, 2020) menyebutkan teknologi yang saat ini diciptakan memang menunjang langkah nyata, membantu mengurangi dampak perubahan iklim, 'namun hal ini juga diikuti dengan kebutuhan konsumsi yang tinggi'. 

Tidak cukup menurutnya hanya 'menghijaukan' apa yang kita konsumsi dengan pembelian barang yang diproduksi secara berkelanjutan. Hal ini karena 45% emisi Gas Rumah Kaca (GRK) global hanya berasal dari produksi barang-barang yang kita gunakan dan kita beli setiap hari.

Belum lagi ditambah dengan pengiklanan yang justru ikut menyempurnakan dengan strategi untuk membuat orang tetap membeli atau melakukan purchase intention melalui eksplotasi emosi. Misal jika kita tidak ikut membeli tumbler, maka kita dianggap 'kurang peduli terhadap lingkungan, menambah sampah plastik atau bahkan ketinggalan dari sebuah trend sehingga menjadi tidak menarik dan social exposure lainnya.

Vance Packard (American Journalist and Social Critic, 1960) menulis dalam sebuah buku klasiknya "The Wastemakers" The lives of most Americans have become so intermeshed with acts of consumption that they tend to gain their feelings of significance in life from these acts of consumption rather than from their meditations, achievements, inquiries, personal worth, and service to others (Kehidupan kebanyakan orang Amerika telah menjadi begitu terikat dengan tindakan konsumsi sehingga mereka cenderung memperoleh perasaan penting dalam hidup dari tindakan konsumsi tersebut dibandingkan dari meditasi mereka. prestasi, pertanyaan, nilai pribadi, dan pelayanan kepada orang lain) (https://news.climate.columbia.edu/2020).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun