Mohon tunggu...
Nor Qomariyah
Nor Qomariyah Mohon Tunggu... Freelancer - Pembelajar stakeholder engagement, safeguard dan pegiat CSR

Senang melakukan kegiatan positif

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno Pilihan

Mangrove: Penjaga Ekosistem dan Sustainability Livelihood Pasca Tambang

26 Juli 2022   11:30 Diperbarui: 26 Juli 2022   11:31 310
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Alam dan Teknologi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Anthony

Beberapa langkah yang dilakukan pada tahap reklamasi adalah;

Pertama, melakukan analisis kesuburan tanah sebelum memulai penanaman dan identifikasi tanaman awal pasca operasional tambang. Jika lahan pasca tambang memiliki tingkat 'keasaman tinggi' maka perlu dilakukan penanganan asam tambang untuk mencegah dampak buruk yang ditimbulkan, seperti adanya pencemaran logam berat.

Penanganan asam tambang secara pasif adalah perlakuan yang memanfaatkan proses alami. Ada beberapa metoda, antara lain mengalirkan air asam tambang ini ke kolam atau parit yang mengandung batu kapur untuk menikkan pH air tersebut. Bisa juga air asam dialirkan melalui saluran tertutup yang mengandung kapur. Metoda lainnya adalah Alkaline producing systems (APS), or Successive Alkaline Producing Systems (SAPS) yang mengkombinasikan anoxic limestone drains (saluran terpendam dengan batu kapur) dan bahan organik untuk meningkatkan pH air.

Kedua, lakukan pengurangan erosi tanah dengan penanaman penutup basah (cover crop), seperti legum (Calopogonium), mangium (Acacia mangium), sengon (Paraserianthes falcataria), johar (Cassia siamea), turi (Sesbania grandiflora), dan sungkai (Paronema canescens) (Suhartoyo & Munawar (1998), yang dapat digunakan untuk melindungi tanah sekaligus peningkatan kesuburan dan bersimbiosis dengan restorasi ekosistem melalui pengurangan bakteri Rhizobium yang dapat mengikat nitrogen dari udara.

Pada proses rehabilitasi ini, menjadi faktor kunci keberhasilan program reklamasi tambang. Oleh karena tanah pada lahan pasca tambang batubara pada umumnya padat dan kurang subur, maka penggemburan tanah (ripping) pada lapisan permukaan penting dilakukan, termasuk kemudian pemilihan jenis tanaman, persiapan, penanaman, cara penanaman dan pemeliharaan tanaman.

Sedangkan untuk program CSR yang bisa dilakukan hingga pasca tambang, khususnya di area pantai melalui mangrove, terkait dengan sustainability livelihood diantaranya;

Pengembangan perikanan berbasis mangrove yang ramah lingkungan dengan model Silvofishery (Wanamina) yang nantinya dapat dimanfaatkan sumber dayanya sebagai sumber pendapatan melalui perikanan sekaligus pemanfaatan perairan.

Pengembangan Agroforestry dengan tujuan ekowisata mangrove. Mungkin cerita sukses di Brebes-Jawa Tengah (yang digagas oleh Mashadi, pemuda desa) dan daerah lainnya, dengan pemilihan jenis tanaman dan sistem perikanan yang tepat mampu menjadi pemenuhan kontribusi positif ekonomi dan lingkungan secara keberlanjutan.

Dari kedua langkah ini, masih bisa diturunkan lagi nantinya dengan diversifikasi produk yang dihasilkan oleh masyarakat, mulai dari pengolahan pangan hingga membuka akses pasar dengan special interest khas mangrove. Atau kekhasan lain adalah memadukan budaya local dengan pola adaptasi yang dilakukan masyarakat hingga menjadi survivor yang resilience.

Jika langkah 1 dan 2 berhasil, maka langkah berikutnya adalah penerapan mekanisme pandanaan yang mungkin saja bisa dilakukan jika dikelola dengan baik oleh masyarakat setempat dengan model 'blue carbon' atau Payment for Ecosystem Services (PES) sebagai cara baru dalam pengelolaan wilayah pesisir pasca tambang. Meski 'blue carbon' tak disebutkan sebagai 7 prioritas Rencana Aksi Nasional-Gas Rumah Kaca (RAN GRK), namun dalam hal ini masuk dalam 8 aktivitas pendukung oleh Kementrian Kelautan dan Perikanan (KKP) diantaranya; manajemen area konservasi, rehabilitasi area konservasi laut dan rehabilitasi ekosistem pesisir. Blue carbon juga berpeluang masuk dalam Perpres No.71/2011 tentang Inventarisasi GRK berdasarkan Intergovernmental Panel on Climate Change (IPCC), sebagai sumber emisi karbon yang dapat diinventarisasi secara signifikan.

Sejauh ini juga diketahui pasar blue carbon oleh berbagai sumber disebutkan tumbuh dengan capaian 140 miliar USD/tahun, dimana pasar karbon Uni Eropa mencapau 107 miliar Euro sejak 2011 lalu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun