Mohon tunggu...
Noprianto
Noprianto Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Saya gemar dengan Pendidikan Politik Lingkungan Hidup, membaca dan menulis sebab itu adalah motivasi untuk saya melangkah di masa depan.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Perkembangan Nilai pada Masa Revolusi Budaya

4 Desember 2023   22:53 Diperbarui: 5 Desember 2023   13:22 200
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
perkembangan nilai pada masa revolusi kebudayaan di chaina

b. Cikal Bakal Revolusi Budaya

Mao melakukan Modernisasi pada bidang perindustrian, pertanian, transportasi, pendidikan, kesehatan, dan komunikasi setelah mengumumkan berdirinya Republik rakyat Cina yang telah mengalami masa peperangan panjang. Pembaharuan pada bidang pertanian lebih di fokuskan oleh Mao, dengan dikeluarkannya kebijakan Reformasi agraria. Reformasi Agraria adalah undang-undang untuk mengelolah kepemilikan lahan pertanian milik pribadi menjadi milik kelompok yang terbagi-bagi secara merata dan dikerjakan bersama-sama untuk kepentingan negara (Waung, 1976) dalam (Harianto et al., 2018)

Wheelwright & McFarlane, (1973). Menyatakan bahwa Fokus Pembaharuan Mao dalam bidang industrialisasi Cina menyebabkan kurangnya perhatian pada bidang pertanian, sehingga menyebabkan kurangnya produktifitas hasil pertanian dan tidak dapat mengimbangi perkembangan industri. Otonomi daerah tidak dapat berkembang untuk menjalankan kebijakan-kebijakan yang dirasa sesuai dengan karakteristik wilayahnya akibat pola kepemimpinan Mao yang sentralistik, karena keputusan terakhir tetap berada di tangan pemerintah pusat. Mao menyadari akan kekurangan dari kepemimpinan yang sentralistik dan berusaha memperbaikinya dengan meluncurkan program Lompatan Jauh ke Depan (the Great Leap Forward) pada tahun 1958-1959. Pembangunan Cina mengadopsi sistem pembangunan Negara Uni Soviet dengan motode dan strategi yang sesuai dengan karakteristik Negara Cina. Agenda pembangunan Cina adalah berusaha menyeimbangkan kebutuhan material dan kebudayaan dari masyarakat untuk mengubah Cina menjadi Negara sosialis industry yang sesuai dengan tujuan sosialisme dalam Kongres Partai ke-8, (Harianto et al., 2018)

Willem, 1982 menyatakan bahwa Pengumuman kebijakan seratus bunga berkembang yang dilakukan Mao pada tahun 1956 yang diambil dari ungkapan "barkan serratus bunga mekar dan seratus aliran bersaing suara" secara teoritis memberikan kebebasanan untuk perkembangan pada bidang seni, sastra, dan riset ilmiah. Kritik yang dikemukakan oleh para kaum terpelajar dan kaum intelektual sangat dibutuhkan oleh Negara untuk perkembangan politik, ekonomi, dan sosial di Cina serta untuk mengetahui data tentang dukungan para kaum terpelajar dan kaum intelektual terhadap partai Kuo-Can-tang. Mao menggunakan kebijakan seratus bunga berkembang untuk menguji para kader-kader partai serta masyarakat Cina yang yang dicurigai akan memberontak. Para kaum intelektual yang mengkritik secara pedas pemerintah dan partai dituduh sebagai kapitalisme yang beraliran kanan, sehingga Mao Tse Tung mengeluarkan kebijakan baru yaitu kebijakan anti kanan atau anti kapitalisme. (Harianto et al., 2018)

Pembaharuan Cina dianggap belum tuntas oleh jajaran elit partai, para elite partai menganggap kebijakan lompatan jauh kedepan telah gagal karena tidak bisa mewujudkan cita-cita masyarakat sosialis. Terjadi perpecahan kepemimpinan didalam elite partai serta perbedaan pandangan ideologis dan strategi pembangunan akibat dari kegagalan kebijakan lompatan jauh yang dikeluarkan oleh Mao. Peng-De-huai yang menjabat Menteri Pertahanan Nasional, pada sidang Komite Sentral Partai (1959) melontarkan kritik keras serta menimpakan kesalahan kepada Mao. Pemecatan Peng-De-huai dari kedudukannya setelah melakukan kritik keras di sidang Komite Sentral Partai, Mao menyebut Peng-De-huai sebagai pengikut kaum kapitalis yang berusaha menyebarkan paham kapitalis kembali di wilayah Cina. Insiden tersebut mengawali Revolusi Kebudayaan.

Periode penting didalam politik Cina setelah tahun 1949 adalah Revolusi Kebudayaan Proletar. Revolusi Kebudayaan merupakan kampanye besar yang terjadi di Negara Cina, yang mengakibatkan produksi industri Cina berhenti total. Bangunan-bangunan bersejarah hancur, klenteng, masjid, dan kota-kota besar mengalami kelumpuhan serta mengakibatkan sebesar 729.511 jiwa menjadi korban. Deng-Xiao-ping mengumumkan kebijakan merehabilitasi korban Revolusi Kebudayaan pada tahun 1978, serta untuk mengembalikan kondisi Cina pada kondisi semula.

c. Faktor Gagalnya Gerakan Lompatan Besar Ke Depan (Great Leap Forward)

Mao ingin mewujudkan China menjadi kekuatan modern kelas satu di mata dunia. Metode dan strategi pembangunan diubah, tahap-tahap pembangunan China tetap Mao mencanangkan kampanye ini pada bulan Mei 1958, tujuannya membangkitkan ekonomi Tiongkok melalui industrialisasi secara besar-besaran dan memanfaatkan jumlah tenaga kerja murah. Kepada rakyat disampaikan bahwa sasaran dari kampanye Lompatan Besar ke depan adalah mengungguli semua negara kapitalis dalam waktu singkat dan menjadi salah satu negara paling kaya, paling maju, dan paling berkuasa di seluruh dunia. Program industrialisasi tersebut akan dicapai dalam waktu sepuluh sampai lima belas tahun. Mao menyebut baja sebagai pilar industri dan memerintahkan untuk meningkatkan produksi baja dua kali lipat dalam waktu satu tahun, dari 5,35 juta ton pada tahun 1957 menjadi 10,7 juta ton pada tahun 1958. Mao merahasiakan sisi militer dari program tersebut. (Darini, R., & HUM, M. 2010)

Slogan Lompatan Besar ke Depan adalah berjalan di atas 2 kaki dan "kemandirian pembangunan bersama industry dan pertanian" mencerminkan penerapan teknologi ganda: teknologi modern dan tradisional. Untuk mengembangkan industri baja tersebut Mao tidak mempekerjakan tenaga ahli, tetapi Mao memutuskan untuk menggerakkan seluruh rakyat untuk berpartisipasi dalam gerakan lompatan jauh ke depan. Para ahli yang mencoba berbicara dengan akal sehat dihukum mati. Dalam program ini Mao mengesampingkan rasionalitas. Pabrik baja dan industri terkait seperti tambang batu bara diperintahkan bekerja habis-habisan untuk untuk memperbesar produksi. Pabrik-pabrik tersebut tidak mampu mencapai target seperti yang ditetapkan Mao, sehingga Mao memerintahkan untuk membangun tanur rakyat. Rakyat dipaksa untuk menyerahkan semua benda logam yang mereka miliki, seperti alat-alat pertanian, alat masak-memasak, pegangan pintu, tempat tidur besi, dan sebagainya, untuk dicairkan dan dilelehkan. Gunung-gunung digunduli, pohon-pohon ditebang untuk dijadikan kayu bakar. Bagi setiap unit diberikan kuota produksi baja, akibatnya masyarakat banyak menghentikan kegiatan rutin mereka selama berbulan-bulan hanya untuk memenuhi kuota. (Darini, R., & HUM, M. 2010)

Faktor-faktor yang menyebabkan kegagalan gerakan ini adalah:

a. tenaga kerja produktif di bidang agraris ditransfer seluruhnya ke bidang industri menyebabkan kurangnya tenaga petani yang menanam tanaman untuk stok bahan pangan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun