Pada tanggal 1 Juni merupakan hari lahirnya slogan negara Republik Indonesia yakni "berbeda-beda tetapi tetap satu (5sila)". Segenap Tokoh-tokoh terdahulu mencetuskan Pancasila sebagai rumusan dan pedoman kehidupan berbangsa dan bernegara bagi seluruh rakyat Indonesia.
Mereka melahirkan supaya generasi penerus harus mematuhi dan mengikutsertakan harkat dan martabat kesatuan bersama tanpa pamrih dan diskriminasi.
Pada hari Rabu 1 Juni 2016 adalah hari bahagia bagi saya khususnya dan pada umumnya kepada kita semua rakyat Negara Republik Indonesia, Merauke-Sabang. Karena itu kita diwajibkan &/ diharuskan untuk mengheningkan sejenak untuk mengilhami maksud dan isi daripada 5sila alias Pancasila.
Untuk saya sendiri, tepat pada hari 5sila saya hanya beraktivitas pagi sampai malam dengan merayakan dengan seadanya.
Saya juga tidak merayakan di tempat-tempat biasa yang banyak orang dirayakan. Misalnya, di lapangan upacara, lomba-lomba dari sekolah, cerdas-cermat, dan perlombaan internal maupun eksternal lainnya yang dikaitkan dan dapat mendukung hari lahirnya 5sila tersebut. Tetapi sendiri sebaliknya, saya lebih merayakan dengan kesederhanaan, tenang, kasih, damai dalam rutinitas aktivitas saya. dimana saya duduk, makan, berjalan, dan berjoging.
Pada hari itu juga, sekitar jam 15:00 s/d 17:00 pm, teman saya mengajak saya untuk berjoging di luar, tepatnya di lapangan Karebosi Makassar Sul-sel alias Kota Daeng.
Ketika itu tidak dipungkiri bahwa sebagian dari masyarakat datang berjoging sambil merayakan hari 5sila. untuk merelease berat badan serta menyegarkan tubuh serta merevolusi dalam benak supaya bisa berkolaborasi antara olahraga dan asas-asas 5sila untuk menjaga keseimbangan fisik dan mentalitas guna hidup penuh bermartabat sesuai dengan isi dan nilai-nilai yang telah dituangkan dalam Pancasila.
Setelah jogging, saya bersama teman memutuskan untuk pulang kembali kediaman. Kami merasa lelah akibat jogging kami berdua sepakat untuk berjalan santai menuju tempat tinggal kami. Di pertengahan jalan, kami melihat seseorang dari sedikit jarak jauh. Pada arah jalan yang sama, ada seseorang yang duduk santai berjongkok di bawah pohon sambil tangannya naik turun.
Kami berdua mengira dia sedang makan. Kami berada di sebelah jalan kiri sambil berjalan santai dan orang tersebut itu disebelah kanan pada jalan raya. Saat Setiba dekat lurus dengan orang tersebut itu. Waduhh!!!? Kami mengira dia sedang makan tetapi orang tersebut itu adalah si miskin yang makan ampas di tempat sampah. Ohh???, teriak dalam hati sanubari kami berdua.
Kami berdua prihatin dengan keadaan si miskin itu karena di tanah darah kami yakni di Papua kami berdua tidak pernah melihat orang tersebut itu (si miskin) yang makan ampasnya orang lain di tempat sampah. Ketika itu juga kami memutuskan menyeberangi ke sebelah jalan untuk menolong dan menyerahkan uang seadanya yang kami miliki. Kami memberi dia 12.000 rupiah untuk dia beli makan.