Mohon tunggu...
Nopian Teguh Susyanto
Nopian Teguh Susyanto Mohon Tunggu... Wiraswasta - Mahasiswa

Janji Untuk Sebuah Kehormatan

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Liga 1 Putri 2019: Singgasana dan Mahkota Ratu Sepak Bola Indonesia untuk Persib Putri

28 Desember 2019   20:25 Diperbarui: 29 Desember 2019   17:52 145
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
instagram: @reva_octaviani10

Pergelaran kompetisi sepakbola putri terbesar di Indonesia mencapai klimaksnya sore tadi. Persib Putri dan Tira Persikabo Kartini menjalani final leg kedua Liga 1 Putri 2019 di Stadion Pakansari, Cibinong, Bogor untuk memperebutkan tahta sebagai Ratu Sepakbola Indonesia.

Persib sebenarnya mempunyai peluang juara yang sangat besar mengingat pada Final Leg pertama (22/12) di Stadion Si Jalak Harupat mereka berhasil menang dengan skor  telak 3-0 lewat gol Febriana, Tia Darti dan Uyung.

Seharusnya dengan format Home-Away, kemenangan tersebut bisa menjadi sebuah keuntungan yang sangat besar bagi Persib, namun hal tersebut tidak berlaku di kompetisi ini dikarenakan regulasi Liga 1 Putri 2019 yang cukup unik. 

Keunggulan tersebut tidak akan berarti apapun seandainya pada Leg 2 tadi Persib kalah dari Tira Persikabo berapapun skornya. Walaupun Persib kalah dengan 1-0 pun, laga akan dianggap seri dan harus diselesaikan dengan adu penalti.

Hal tersebut tercantum dalam surat Nomor 5308/AGB/1641/XII-2019 tertanggal 4 Desember 2019 yang berisi aturan khusus. Dikutip dari situs web resmi PSSI, aturan tersebut berbunyi, "Jika didapatkan hasil nilai yang sama dari hasil semifinal leg 1 dan leg 2 maupun final leg 1 dan leg 2, maka penentuan pemenang akan dilanjutkan melalui tendangan titik penalti di pertandingan leg kedua tanpa melalui perpanjangan waktu dan tidak mempertimbangkan ketentuan gol tandang".

Sebuah regulasi yang bisa diperdebatkan, karena sangat jarang bahkan penulis mengingat belum pernah ada kompetisi resmi di dunia yang menggunakan format tersebut. Seperti yang kita ketahui, sejak tahun 1965 berbagai kompetisi resmi FIFA dan federasi sepak bola dibawahnya selalu  menggunakan sistem agregat gol dan agresivitas gol tandang pada babak knock-out pertandingan resmi dengan format Home-Away. Sedangkan yang digunakan untuk Semifinal dan Final Liga Putri ini adalah format head to head. Antik, memang out of the box sekali PSSI tercinta kita ini.

Regulasi ini sempat menimbulkan polemik saat partai semifinal yang mempertemukan Tira Persikabo Kartini dan Galanita Persipura Tolikara. Pada Leg pertama, Tira Persikabo Kartini harus takluk di kandang mereka sendri dengan skor 4-5. Berikutnya di leg kedua, giliran Tira Persikabo Kartini berhasil mengalahkan tuan rumah Galanita Persipura Tolikara dengan skor 1-2.

Secara agregat, skor imbang 6-6 dan secara normal harusnya Persipura lah yang lolos ke babak final karena unggul dalam aggresivitas gol tandang. Namun, sesuai regulasi yang sudah disebutkan diatas, laga harus dilanjutkan dengan adu tendangan penalti. Persipura menolak adu penalti tersebut dan memilih mengakhiri laga.

Hal tersebut membuat hasil pertandingan menjadi menggantung tanpa kejelasan hingga akhirnya harus diputuskan melalui sidang Komite Disiplin. Sidang tersebut akhirnya menghasilkan keputusan bahwa Persipura melanggar pasal 13 ayat (1) jo, pasal 67 ayat (2) Regulasi Liga 1 Putri 2019 dan dinyatakan kalah 0-3, sehingga membuat Tira Persikabo lolos ke final.

Format Liga 1 Putri 2019

Liga 1 Putri 2019 ini berlangsung selama 4 seri dengan sistem home match tornament. Masing-masing seri berlangsung selama 6 hari dan memainkan 4 laga, sehingga total setiap tim bermain sebanyak 16 kali di fase grup.  Total 10 peserta dibagi kedalam dua grup. Grup A diisi oleh Persib Putri, Tira Persikabo Kartini, Persija Putri, PSS Putri dan PSIS Putri. Sedangkan grup B diisi oleh Galanita Persipura, Arema Putri, Bali United Woman, Persebaya Putri dan PSM Putri.

Secara berurutan, keempat seri pertandingan Grup A dipertandingkan di Stadion Maguwoharjo, Pakansari (Seri 2 dan 3) serta Wibawa Mukti. Sedangkan Grup B dipertandingkan di Stadion Kusuma Agrowisata, Gelora Samudra, Cendrawasih dan Gajayana. Setelah itu, juara grup dan runner up masing-masing grup lolos ke semifinal. Semifinal dan Final dilangsungkan dengan sistem home-away.

Perjalanan Persib Putri ke Final

Perjalanan Persib Putri sendiri menuju partai final bisa dibilang sangat mulus seperti Jalan Fly Over Pasoepati pada pukul 3 pagi. Persib lolos dari fase grup dengan 34 poin hasil dari 10 kali menang, 4 kali seri dan 2 kali kekalahan. Persib menjadi tim paling agresif di fase grup dengan mencetak 39 gol. Persib dan Persipura juga menjadi tim paling sedikit kebobolan di fase grup dengan kemasukan 9 gol.

Lolos dari fase grup, Persib Putri bertemu dengan runner up grup B, yaitu Arema Putri di partai semifinal. Persib yang notabenenya adalah juara grup A malah menjadi tuan rumah terlebih dahulu pada semifinal leg pertama. Sebuah keputusan yang cukup membingungkan.

Di pertandingan yang berlangsung di Stadion Siliwangi tersebut, Persib berhasil menang dengan skor 2-0 lewat gol Uyung dan Mila. Sedangkan pada leg kedua yang berlangsung di Stadion Gajayana, pertandingan berakhir dengan skor imbang 0-0. Persib pun berhasil lolos ke final.

Perjalanan Tira Persikabo Kartini ke Final

Perjalanan PS Tira Persikabo Kartini ke final tidak semulus Persib Putri. Di fase grup, mereka berada di posisi kedua klasemen dibawah Persib dengan mengumpulkan total 30 poin hasil 9 kali menang, 4 kali seri dan 3 kali kekalahan. Produktifitas gol dan catatan kebobolan gol mereka juga ada di bawah Persib dan Persipura dengan jumlah memasukan 37 gol dan kemasukan 11 gol.

Lolos dari fase grup, Tira Persikabo harus berjumpa dengan juara Grup B, Galanita Persipura. Tira Persikabo lolos dengan kemenangan WO 3-0. Ya, jalannya partai semifinal kedua tim sudah dibahas di paragraf awal artikel ini.

Final Leg kedua Liga 1 Putri 2019

Kembali membahas topik pertandingan final leg kedua. Dengan regulasi partai semifinal dan final yang antik tersebut, Persib perlu hasil menang atau imbang untuk bisa mengunci gelar juara Liga 1 Putri 2019. Namun, Tira Persikabo tidak mau menyerah dengan mudah. Di awal laga, Shafira Ika Putri dkk. tampil dengan agresivitas yang tinggi untuk membobol gawang Persib Putri yang dkawal Della Alyvana.

Tertekan di menit awal ternyata tidak membuat Persib Putri yang dilatih oleh Cocah Iwan Bastian panik. Mereka malah berhasil mencetak gol pertama pada menit ke-14 lewat sontekan striker bernomor punggung 9, Siti Latipah Nuruh Inayah (Uyung).  Sekitar 19 menit kemudian, Febriana yang akrab disapa Bengbeng mencetak gol kedua bagi Persib lewat titik putih pada menit ke-33.

Tertinggal dua gol, Tira Persikabo akhirnya bisa mencetak gol pada menit ke-39. Gol tersebut menjadikan skor berubah menjadi 2-1 dan bertahan hingga akhir babak pertama.

instagram: @rizqi_kjn7
instagram: @rizqi_kjn7
Memasuki babak kedua, Persib yang didukung oleh sekitar 3000 Bobotoh yang sebagian besar mengisi Tribun Timur Stadion Pakansari langsung tancap gas dengan memainkan sepakbola menyerang. Hasilnya, pada menit ke-63, Reva Octaviani berhasil mencetak gol setelah memaksimalkan umpan hasil kreasi pemain favorit penulis, Risqi Yanti atau yang lebih sering dipanggil Kijun.

Setelah gol tersebut, tampak pemain Tira Persikabo seperti hilang arah. Permainan kolektif yang biasanya mereka pertontonkan semakin tidak terlihat pertandingan ini. Hal tersebut juga dikarenakan pemain-pemain Persib yang semakin disiplin untuk mempertahankan keunggulan. Skor 3-1 pun bertahan hingga wasit meniup akhir pertandingan babak kedua.

Persib Putri pun akhirnya keluar sebagai juara Liga 1 Putri 2019, gelar juara yang seakan mengobati kekecewaan atas raihan Persib "Putra"  yang hanya meraih peringkat 6 klasemen akhir Liga 1 2019. Hal menarik lainnya adalah, Persib Putri seakan melanjutkan tradisi Persib yang bisa meraih juara di pergelaran perdana sebuah kompetisi. Sejarah mencatat, Persib adalah peraih trofi Liga Indonesia edisi petama tahun 1995 yang lalu dan peraih gelar juara Piala Presiden di edisi perdana pada tahun 2015. Di level Junior pun, Persib menjadi juara di edisi perdana dari kompetisi sepakbola Indonesia U-19 dan U-16 beberapa tahun yang lalu.

instagram: @reva_octaviani10
instagram: @reva_octaviani10
Selebrasi Penghargaan Individu dan Gelar Juara

Di akhir laga setelah wasit meniup tanda babak kedua berakhir, Shafira Ika Putri, pemain nomor punggung 13 dari Tira Persikabo menjadi pemain pertama yang diwawancari oleh reporter Mola TV. Dalam wawancara tersebut, Shafira berharap kompetisi ini bisa terus berlangsung dengan semakin baik di tahun-tahun yang akan datang.

Lalu dilanjutkan beberapa menit kemudian dengan wawancara bersama pahlawan kemenangan dari Persib Putri, Reva Octaviani. Reva yang juga dinobatkan sebagai Best Player Liga 1 Putri 2019 ini menyampaikan sebuah pesan menyentuk penuh emosional yang intinya adalah mempersembahkan kemenangan tersebut untuk ibu, bobotoh dan semua teman-teman yang sudah hadir mendukung serta yang paling utama dipersembahkan untuk almarhum ayahandanya.

Seakan menjadi obat pelipur lara, selain menjadi Runner Up, Tira Persikabo meraih gelar sebagai Fair Play Team. Sedangkan dua pemain mereka, Helsya Maeisyaroh dan Insyafadya Salsabila masingmasing  berhasil meraih penghargaan sebagai Best Young Player dan Top Scorer Liga 1 Putri 2019.

Pesan Penulis untuk Liga 1 Putri

Akhirnya. Itulah satu-satunya yang penulis ucapkan saat di awal tahun 2019 lalu Sekjen PSSI, Ratu Tisha Destria, mengumumkan akan memulai sebuah kompetisi sepakbola untuk wanita. Sebuah gebrakan yang sangat luar biasa dari sekjen wanita pertama dari PSSI tersebut.

Liga 1 Putri 2019 diharapkan menjadi awal untuk membuat sepakbola wanita di Indonesia mengejar ketertinggalannya yang sangat jauh dari negara-negara lainnya, khususnya dari negara-negara asal Asia Tenggara. 

Dalam FIFA Women's Ranking terbaru, Vietnam, Thailand dan Myanmar masing-masing berada di peringkat 32, 38 dan 44 dunia, sedangkan Indonesia ada di peringkat 92 dunia, berada dibawah Malaysia yang ada di peringkat 88. Sangat jauh sekali.

Bagaimanapun, kompetisi domestik harus bermuara dan bertujuan untuk mendapatkan sebuah Tim Nasional yang tangguh. Penulis berharap dengan adanya kompetisi ini akan ditemukan bakat-bakat terpendam yang selama ini belum tercium oleh tim pelatih sepakbola wanita Indonesia.

Keyakinan itu semakin nyata saat penulis mencari tahu usia  pemain dari gelaran Liga 1 Putri 2019 ini yang masih tergolong sangat muda, bahkan Helsya Maeisyaroh dan Reva Octaviani yang masing-masing menyabet gelar Best Young Player dan Best Player Liga 1 Putri 2019 masih berusia 15 dan 16 tahun.

Namun dibalik semua rasa optimisme tersebut, penulis juga menyimpan beberapa catatan pada penyelenggaraan Liga 1 Putri 2019 ini sebagai berikut.

Pertama, jadwal yang tidak manusiawi. Bagaimana tidak, setiap tim harus menyelesaikan 1 seri (4 pertandingan) dalam 6 hari saja. Mungkin PSSI berkaca pada kompetisi futsal Indonesia yang selama ini menggunakan format tersebut. Namun penulis pikir futsal dan sepakbola mempunyai perbedaan yang sangat signifikan. Pada pertandingan futsal, tidak ada batas dalam pergantian pemain, bahkan pemain bisa keluar masuk menggantikan dan digantika berulang-ulang, sedangkan sepakbola tidak.

Kedua, venue pertandingan yang kadang tidak representatif. Hal ini sempat terjadi saat penunjukkan tuan rumah seri 1 Grup B yang tadinya dilangsungkan di Gelora Brantas. Banyak tim di grup B yang mengeluhkan kondisi lapangan, sehingga akhirnya dipindah ke Stadion Kusuma Agrowisata.

Ketiga, regulasi liga. Sebaiknya PSSI menggunakan regulasi yang berdasarkan pada regulasi FIFA, agar tidak membingungkan semua pihak yang terlibat, baik klub maupun supporter. Regulasi harus disampaikan pada saat Technical Meeting bersama dengan klub-klub yang berpartisipasi di awal Liga dan tidak boleh ada perubahan regulasi di tengah kompetisi. Hal tersebut agar polemik format partai semifinal antara Tira Persikabo dan Persipura tidak terjadi kembali di musim-musim kompetisi yang akan datang.

Keempat, kehadiran penonton. Hal tersebut menjadi sorotan karena aturan tidak bolehnya penonton hadir langsung di tribun stadion khususnya saat laga Persib Putri vs Persija Putri dan Persebaya Putri vs Arema Putri . Hal tersebut adalah sebuah hal yang disayangkan, karena jujur penulis berharap disatukannya dua klub rival tersebut di dalam 1 grup yang sama adalah dengan maksud sebagai awal kedua supporter bisa duduk di satu tribun yang sama. Sayang hal tersebut tidak terjadi.

Walaupun akhirnya penulis mengerti tentang tidak boleh penonton hadir untuk laga-laga tersebut. Laga Seri 1 Persib Putri vs Persija Putri yang dilaksanakan di Stadion Maguwoharjo sempat dihentikan beberapa menit karena adanya gesekan antar kedua supporter.

Awalnya penulis berharap Liga Putri akan berlangsung damai tanpa adanya gesekan ataupun konfrontasi antar supporter baik di tribun maupun di dunia maya. Namun ternyata hal tersebut tidak terjadi dan malah lebih parahnya lagi, supporter berkonfrontasi dan saling caci bernada seksisme kepada perempuan.  

Contoh nyata ditunjukkan saat salah satu akun facebook supporter Persija  (Meme & Rage Persija) yang membuat sebuah poster bertuliskan "Maung Lonte" yang ditujukan kepada para pemain Persib Putri di media sosial. Penulis sepertinya tidak perlu mengartikannya, pasti pembaca sudah tahu maknanya.

Hal tersebut lalu dilakukan juga oleh supporter Arema putri yang membentangkan spanduk besar bertuliskan "Bantai Purel Dolly" di sekitaran stadion yang ditujukan kepada para pemain Persebaya Putri. Ya, ini juga penulis tidak usah memberi tahu lah artinya.

Dibalik semua catatan tersebut, penulis sangat mengapresiasi akan adanya sebuah wadah kompetisi untuk para pemain sepakbola wanita di Indonesia ini dan berharap kompetisi ini terus berlanjut pada tahun-tahun yang akan datang. Penulis berharap kompetisi ini juga bisa berlangsung semeriah kompetisi sepakbola putra. Setiap klub nantinya bisa mendapatkan sponsor yang banyak dan tribun stadion bisa terisi dengan penuh.

Akhirul kalam. Selamat untuk Persib Putri yang berhasil menduduki singgasananya dan mendapatkan mahkotanya sebagai Ratu Sepakbola Indonesia 2019, jangan pernah puas dan tetap pertahankan untuk musim depan. Aamiin.

HIDUP PERSIB!!!

Maju terus sepakbola wanita!

Maju terus sepakbola Indonesia!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun