Mohon tunggu...
Nopian Teguh Susyanto
Nopian Teguh Susyanto Mohon Tunggu... Wiraswasta - Mahasiswa

Janji Untuk Sebuah Kehormatan

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Kalau Voters-nya Baik, Maka PSSI-nya Akan Baik

22 Januari 2019   16:45 Diperbarui: 23 Januari 2019   14:25 405
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pada hari Minggu (20/1/2019) kemarin, kongres tahunan PSSI telah selesai diselenggarakan di Hotel Sofitel, Nusa Dua, Kab. Badung, Bali. Kongres tahunan PSSI yang beragendakan laporan dari operator PT Liga Indonesia Baru (LIB) dan Federasi Futsal Indonesia (FFI), serta pemaparan program dan rencana anggaran PSSI tahun 2019 ini diikuti oleh 85 voters yang terdiri dari 34 Asosiasi Provinsi (Asprov), 18 klub Liga 1, 16 klub Liga 2, 16 klub Liga 3 dan 1 Asosiasi Futsal (FFI) serta tamu undangan seperti Kemenpora, KONI dan perwakilan FIFA.

Berikut merupakan hasil kongres PSSI 2019 dilansir dari Jawa Pos:

  • Kongres setuju dengan laporan aktivitas dan laporan keuangan PSSI
  • Kongres mendengarkan paparan program PSSI 2019 sekaligus anggarannya
  • Menerima pencapaian LIB dan FFI untuk aktivitas dan program selama tahun 2018
  • Terbentuknya Komite Ad Hoc Integritas yang diketuai oleh Ahmad Riyadh dan Azan Karim sebagai wakilnya
  • Fokus untuk menjaga integritas sepakbola dan dinamika saat ini untuk memerangi pengaturan skor
  • Kongres menyetujui terbentuknya lembaga independen terkait dengan wasit profesional Liga 1 dan Liga 2
  • Penyatuan tekad exco pada 2019 ini karena dihadapkan tantangan yang lebih berat

Mundurnya Edy Rahmayadi, Tepatkah?

Tentunya selain tujuh hal tersebut, sudah kita ketahui bersama bahwa salahsatu hal yang mengejutkan terjadi di kongres tahunan tersebut, yaitu mundurnya Ketua Umum PSSI, Edy Rahmayadi, sehingga digantikan oleh wakilnya Joko Driyono sebagai Pelaksana Tugas Ketua Umum PSSI dan Iwan Budianto menjadi wakil ketua PSSI. Mekanisme penggantian tongkat kepemimpinan tersebut sudah sesuai dengan statuta FIFA.

Mudurnya Edy Rahmayadi sebenarnya cukup mengejutkan karena pada kesempatan-kesempatan sebelumnya beliau selalu menjawab dengan tegas bahwa sama sekali tidak ada niat untuk mundur dari PSSI 1. 

Selain itu, tampak mengejutkan karena Edy mundur saat Satgas Mafia Bola sedang begitu gencar-gencarnya menyelidiki kasus pengaturan skor di sepakbola Indonesia. Keputusan yang juga disesalkan oleh sebagian pecinta sepakbola Indonesia termasuk penulis yang mempunyai pemikiran berbeda akan siapa yang seharusnya mundur dari PSSI.

Kenapa penulis menyesalkan hal tersebut? Karena dibalik beberapa pernyataannya yang sering nyeleneh, antik dan membuat orang berpikir keras, penulis melihat bahwa Edy Rahmayadi sudah berusaha semaksimal mungkin dalam memimpin PSSI. 

Selain itu, karena di masa kepemimpinannya-lah akhirnya terkuak kebenaran akan adanya mafia bola di Indonesia yang sejak tahun 2000-an hanya sekadar gosip dan "katanya" saja dengan mulai tertangkapnya  beberapa "pemain" penting dalam kasus pengaturan skor dan penyuapan sepak bola.

Hebat bukan? Di masa kepemimpinannya-lah kepolisian dengan bebas keluar masuk kantor Asosiasi Provinsi PSSI, memanggil pengurus PSSI untuk dimintai keterangan dan menangkap orang-orang yang selama ini dicurigai menjadi dalang dalam mafia bola di Indonesia. 

Percayalah, kalau saja sejak 5 bulan lalu Edy Rahmayadi sudah mundur, tidak akan pernah bisa pihak kepolisian "menembus" PSSI dan diberi kebebasan untuk mengusut kasus dugaan pengaturan skor di sepakbola Indonesia. Terima kasih, Pak Edy Rahmayadi!!!

Sebenarnya Semua Ini Salah Voters

Dibalik hasil kongres yang sudah disetujui oleh seluruh voters, rupanya masih terdapat hal yang mengecewakan dari kongres PSSI tersebut. Dilansir oleh kompas, Manager Madura FC, Januar Hermanto kecewa dengan jalannya Kongres PSSI karena sama sekali tidak mambahas persoalan-persoalan dasar yang membuat Edy Rahmayadi mundur, yaitu ditangkapnya beberapa exco PSSI, match fixing dan keputusan-keputusan tidak berimbang dari Komisi Disiplin. 

Sedangkan CEO Persijap Jepara, Esti Puji Lestari juga mengecam jalannya kongres karena menurutnya para voters banyak yang bernegosiasi di luar arena kongres, sehingga tidak terjadi diskusi yang mendalam di dalam kongres, sehingga kongres berlangsung cepat  dan seperti sinetron yang kejar tayang.

Dari dua pernyataan tersebut penulis dapat memberikan kesimpulan bahwa sebenarnya yang selama ini melakukan kesalahan adalah para voters.

Kenapa penulis beranggapan seperti itu? Karena ternyata para voters lah yang "merusak" PSSI. Dari pernyataan Manager Madura FC tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa peserta kongres hanya iya-iya saja dan terkesan tidak mau repot karena masalah yang sebenarnya sedang begitu hangat diperbincangkan namun malah tidak dibahas sama sekali, sedangkan publik sebenarnya sangat berharap ada terobosan besar dari setiap kongres yang dibuat oleh PSSI untuk menjawab hal-hal yang sedang diperbincangkan oleh pencinta sepakbola Indonesia. 

Terbentuknya Komite AdHoc yang merupakan salahsatu hasil kongrespun terasa terlambat karena saat ini Satgas MAfia Bola sudah membuat langkah yang kongkret, ya semoga saja komite yang nantinya akan menjadi Departemen Integritas di tahun 2020 ini bisa berjalan dengan baik dan benar.

Sedangkan dari pernyataan CEO Persijap Jepara dapat ditarik kesimpulan bahwa diskusi ternyata tidak berjalan karena adanya lobi-lobi di luar arena kongres yang membuat diskusi di dalam arena kongres berjalan hambar karena voters sudah membuat gang-gang dan kelompok, hal tersebut membuat ide-ide dan saran-saran brilian yang sebenarnya bisa mereka keluarkan di kongres tidak bisa tersampaikan.

Jadi, inti dari tulisan ini adalah sebuah masukan dari penulis agar voters-voters PSSI bertindak lebih baik dan benar dalam kongres-kongres selanjutnya. Karena sebenarnya masa depan sepakbola Indonesia ada di tangan voters PSSI. Merekalah yang memilih pengurus, merekalah yang memilih ketua PSSI dan merekalah yang diambil suaranya dalam setiap keputusan yang diambil oleh PSSI.

Penulis sebagai pecinta sepakbola Indonesia mengharapkan adanya revolusi di tubuh PSSI, penulis berharap jika nantinya ada kongres luar biasa, voters bisa melakukan revolusi di kepengurusan PSSI, mengeluarkan orang-orang lama yang terbukti tidak memberi efek positif bagi sepakbola Indonesia.

Tidak ada niat buruk apapun, namun revolusi harus terjadi di tubuh PSSI. Cobalah memilih pengurus PSSI yang masih berusia muda, agar banyak pemikiran dan ide kreatif yang muncul untuk membenahi sepak bola Indonesia, perbanyaklah pengurus seperti Ratu Tisha, muda, energik, penuh pemikiran dan berintegritas. 

Cobalah memilih pengurus yang tidak terlibat dengan politik praktis, karena permainan kasar saling menjatuhkan yang biasa dipertontonkan di arena politik hanya akan merusak keindahan dari sepakbola. 

Cobalah memilih pengurus yang tidak mempunyai jabatan apapun di dalam klub sepakbola Indonesia, agar tidak terjadi benturan kepentingan dan rasa saling curiga antar supporter, bagaimanapun apakah tidak lucu saat seorang panitia ikut berkompetisi di lomba yang ia buat sendiri?

Dan untuk supporter klub-klub sepakbola di Indonesia, kalau kalian merasa ada yang salah dengan PSSI, sepertinya kalian tidak perlu datang ke Jakarta. 

Kalian cukup menyampaikannya kepada klub-klub kebanggaan kalian dan ke kantor Asosiasi Provinsi PSSI di wilayah kalian, kawal dan kritisi mereka, karena merekalah sebenarnya yang berkuasa di PSSI. Sampaikan dengan aksi-aksi damai, tanpa perlu berbuat anarkis dan vandalisme yang hanya akan merugikan diri kalian sendiri. 

Baiklah, selamat bekerja, Pak Joko Driyono. Kami disini hanya bisa berdoa agar sepakbola Indonesia bisa kembali bangkit dan berjaya. Kami sudah bosan hanya menjadi yang ke-dua di Asia Tenggara, kami sudah bosan hanya menjadi penggembira di kualifikasi Piala Asia, dan kami sudah bosan hanya menjadi penonton di Piala Dunia.

Akhir kata, memplesetkan kalimat dari Pak Edy Rahmayadi, penulis mengucapkan, "Kalau votersnya baik, maka PSSInya akan baik."

Terima kasih.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun